BAB I
PEMIKIRAN
TOKOH PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN
Pengantar
Manusia sebagai mahkluk yang
mempunyai rasa keingintahuan tentang segala hal melahirkan proses pembelajaran.
Sehingga seiring perkembangan menciptakan teori-teori dan pandangan tentang
proses belajar mengajar dalam pembelajaran. Pandangan yang pertama adalah :
Pandangan kritik sosial dalam
pembelajaran atau Teori Belajar Humanistik,
yaitu proses belajar harus dimulai an ditujukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia itu sendiri. Pelopornya adalah Jurgen Habermas. Teori ini lebih
bersifat abstrak atau bisa dikatakan mengkaji bidang filsafat. Teori ini banyak
membicarakan tentang pembentukan diri. Belajar untuk mencapai apa yang
dicita-citakan oleh manusia atau konsep untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan.
Dalam pelaksanaannya, teori
humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang
dikemukakan oleh Ausbel (Rene: 1996). Pandangannya tentang belajar bermakna
atau meaningful learning, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi
bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motifasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar. Banyak tokoh dalam aliran
humanistik, diantaranya ialah
1. Kolb (Rene: 1996) yang terkenal dengan “Belajar Empat
Tahap”,
2. Honey dan Mumford dengan pembagian macam-macam siswa,
3. Hubermas dengan “Tiga Macam Tipe Belajar, serta
4. Bloom dan Krathwahl yang terkenal dengan “Taksonomi
Bloom.
1. Pandangan Kolb :
Menurut
pandangan ini, belajar dibagi menjadi empat tahap :
- Tahap Pengalaman Kongkret
- Tahap Pengamatan Aktif dan Reflektif
- Tahap Konseptualitas
- Tahap Eksperimentasi Aktif
2. Pandangan Honey dan Mumford
Menggolongkan
kelompok belajar menjadi empat macam :
- Kelompok Aktivis
- Kelompok Reflektor
- Kelompok Teoris
- Kelompok Pragmatis
Masing-masing
kelompok mempunyai karateristik yang berbeda-beda.
3. Pandangan Hubermas
Pandangan
ini berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan, baik itu lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Yaitu :
- Belajar Teknis
- Belajar Praktis
- Belajar Emansipatoris
4. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan
Pembelajaran.
Kegiatan
belajar yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan memperhatikan segala aspek akan membuat belajar
lebih bermakna sehingga menambah pengalaman belajar bagi para siswa.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistic dapat digunakan
sebagai acuan. Langkah-langkah tersebut yaitu :
- Menentukan tujuan pembelajaran
- Menentukan materi pembelajaran
- Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik
- Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri dalam belajar
- Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
- Membimbing siswa belajar secara aktif
- Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajar
- Membimbing siswa dalam membuat koseptualitas pengalaman belajarnya
- Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
- Mengevaluasikan proses dan hasil belajar
Secara garis besar ada 4 pemikiran tokoh pembelajaran berwawasan
kemasyarakatan yaitu:
1. Pandangan
Kritik Sosial dalam Pembelajaran (Teori Belajar Humanistik)
Teori
Humanstik dipelopori oleh Jurgen Habermas. Menurut teori humanstik, proses
belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut Ausbel (Rene: 1996)
belajar bermakna meaning learning,
belajar merupakan asimilasi bermakna. Sedangkan menurut Kolb (Rene: 1996)
membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 tahap, yaitu :
1.
Tahap
pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau
suatu kejadian sebagaimana adanya.
2.
Tahap
pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan semakin mampu
melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
3.
Tahap
konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abtraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang suatu yang
menjadi objek pengmatannya.
4.
Tahap
eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,
teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Habermas
membagi tipe belajar ke dalam tiga bagian, yaitu (1) belajar teknis, (2)
belajar praktis, dan (3) belajar emansipatoris.
Honey
dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat kelompok, yaitu :
(1) kelompok aktivis, (2) kelompok reflector, (3) kelompok teoris, (4) kelompok
pragmatis.
Langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan teori humanitis, yaitu :
a.
Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran
b.
Menentukan
materi pembelajaran
c.
Menngidentifikasi
kemampuan awal peserta didik
d.
Mengidentifikassi
topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri
dalam belajar.
e.
Merancang
fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
f.
Membimbing
siswa belajar secara aktif
g.
Membimbing
siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajarnya
h.
Membimbing
siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
i.
Membimbing
siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
j.
Mengevaluasi
proses dan hasil belajar.
2. Pandangan Progresif dalam Pembelajaran
Pandangan
progresivisme berasal dari pikiran
John Dewey (Tilaar: 2000). Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan
bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi
terhadap masyarakat. Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan kegiatan yang
biasa dipergunakan di sekolah, yaitu :
1)
Untuk
anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangan
kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi fisik.
2)
Menggunakan
bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang dapat merangsang minat anak
belajar agar mampu membangun, mencoba dan mengambangkan kretivitas.
3)
Anak
menemukan ide-ide atau gagassan, mengujinya, dan menggunakan ide-ide atau
gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama.
Pikiran-pikiran
progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap pendidikan tradisional, dalam
hal ; (1) guru memiliki kendali dalam pembelajaran, (2) hanya percaya bahwa
buku sebagai satu-satunya sumber informasi, (3) belajar yang pasif, dan
cenderung tidak faktual, (4) memisahkan sekolah dengan masyarakat, dan (5)
menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.
Terdapat
lima prinsip pendidikan progresif, yaitu (1) berikan kebebasan pada anak untuk
berkembang secara alamiah, (2) minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan paling baik
untuk belajar, (3) guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing
kegiatan belajar, (4) mengembangkan kerja sama antara sekolah dengan keluarga,
(5) sekolah profresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian
pendidikan.
3. Pandangan Sosiokultural Konstruktivis dalam
Pendidikan
Resolusi Konstruktivis memiliki akar
yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan
Piaget dan Vygotsky, yang keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya
terjadi jika konsepsi-konsepsi yang
telah dipahami sebelumnya diolah melalui
suatu proses ketidak seimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.
Ide-ide
konstruktivisme modern banyak berlandaskan kepada teori Vygotsky yang telah
digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelaaran
kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan (Mohamad Nur: 1999).
Terdapat
empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme modern, yaitu :
1) Penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran.
2) Ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu
berada dalam zona perkembangan mereka.
3) Adanya penekanan terhadap keduanya, yaitu hakikat
sosial dari belajar dan zona perkembangan terdekat yang dinamakan dengan
pemagangan kognitif.
4) Pada proses pembelajaran menekankan kemandirian
atau belajar menggunakan media.
Menurut
teori konstruktivis, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan
yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Von
Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses
kognitif pengetahuan, yaitu (1)
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan
membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, (3)
kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari padda yang
lainnya.
Paradigma
kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan
awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut menjadi dasar dalam
mengonstruksi pengetahuan yang baru.
Pendekatan
Vygotsky menganjurkan pngetesan lapisan bawah dan atas zona itu sehingga
mengetahui tentang tingkat status dan kemampuan normal siswa saat ini di
samping juga berapa banyak siswa mendapatkan manfaat dari jenis-jenis bantuan
tertentu.
4. Pandangan Ki Hadjar Dewantoro terhadap
Pendidikan
Pendidikan
adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang
mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan
yang dimaksud dari 3 macam, yaitu : berdiri sendiri, tidak bergantung pada
orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Lahirnya
pendidikan Taman Siswa juga diilhami oleh model pendidikan barat yang tidak
menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu.
Menurutnya Pendidikan barat memiliki ciri : perintah, hukuman dan ketertiban.
Ki Hadjar Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin
anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran apabila hasil pendidikan barat
melahirkan anak dengan budi pekerti rusak sebagai akibat dari anak yang hidup
di bawah paksaan dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya.
Beberapa
falsafah Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan pendidikan, yaitu :
1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus
sesuai denngan kodratnya
2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap
masyarakat dengan berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk
mencapa hidup tertib dan damai
3. Adat istiaddat sifatnya selalu berubah (dinamis)
4. Untuk mengetahui karakteristik mesyarakat saat ini
diperlukan kajian dalam mendalam tentang kehidupan masyrakat tersebut di masa
lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan datang pada masyarakat
tersebut.
5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi
oleh unsur-unsur lain. Hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan bangsa.
BAB
II
RUANG
LINGKUP KEBUDAYAAN
DALAM
PENDIDIKAN
Hakikat Kebudayaan
Kata
“kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddayah
yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi”
yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkut paut dengan budii atau akal”. Adapaun istilah culture yang merupakan
istilah bahasa asing sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin
“colere”, yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau
bertani. Dari asal kata tersebut (colere) kemudian culture diartikan sebagai
segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Definisi penting yang pertama
tentang kebudayaan diberikan oleh ahli antropologi Inggris Sir Edward B.
Tylor dalam tahun 1871. Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai
"kompleks keseluruhan, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat, dan semua kemampuan dan kebiasaan lain, yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat." Definisi-definisi yang baru cenderung
lebih mementingkan nilai-nilai dan kepercayaan yang abstrak, yang terdapat di
belakang perilaku yang dapat diamati daripada perilaku itu sendiri.
Di dalam semua kebudayaan terdapat sejumlah
karakteristik tertentu yang menjadi milik bersama. Studi tentang karakteristik
itu dapat memberi pengertian tentang sifat dan fungsi kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan adalah milik bersama yang berupa cita-cita, nilai, dan norma-norma
perilaku. Tidak mungkin ada kebudayaan tanpa ada masyarakat: yaitu sekelompok
orang yang mendiami suatu daerah tertentu, yang saling bergantung satu sama
lain dalam perjuangan hidup. Masyarakat terikat oleh hubungan-hubungan, yang ditentukan
oleh struktur sosial dan organisasi sosial. Kebudayaan tidak mungkin tanpa
masyarakat, meskipun mungkin ada masyarakat tanpa kebudayaan. Kebudayaan tidak
semuanya serba seragam. Di dalam setiap masyarakat manusia pasti terdapat
perbedaan antara peran pria dan wanita; juga variasi berdasarkan umur; dan
terdapat juga kebudayaan yang memiliki sejumlah kebudayaan khusus. Kebudayaan
khusus adalah suatu kelompok yang berfungsi didalam kerangka umum
kebudayaan yang lebih besar, sambil menaati seperangkat peraturan yang sedikit
berbeda dengan yang baku. Masyarakat majemuk adalah masyarakat dimana
variasi kebudayaan khusus tampak dengan jelas. Karakteristiknya berupa
kelompok-kelompok yang masing-masing berjalan menurut perangkat peraturannya
yang berbeda-beda. Kebudayaan khusus di Amerika Serikat dapat dilihat pada
orang Amish.
Karakteristik dasar kedua
dari semua kebudayaan adalah bahwa kebudayaan merupakan hasil belajar. Secara
individual anggota masyarakat mempelajari norma-norma perilaku sosial yang
diterima di dalam masyarakat melalui proses enkulturasi.
Karakteristik ketiga adalah bahwa kebudayaan didasarkan pada sejumlah lambang. Kebudayaan diteruskan melalui komunikasi gagasan, emosi, dan keinginan yang diekspresikan dalam bahasa.Akhirnya, kebudayaan adalah terpadu, sehingga semua aspek kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang integral. Akan tetapi, dalam kebudayaan yang berfungsi baik tidak dituntut harmoni seratus persen diantara semua unsurnya.
Karakteristik ketiga adalah bahwa kebudayaan didasarkan pada sejumlah lambang. Kebudayaan diteruskan melalui komunikasi gagasan, emosi, dan keinginan yang diekspresikan dalam bahasa.Akhirnya, kebudayaan adalah terpadu, sehingga semua aspek kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang integral. Akan tetapi, dalam kebudayaan yang berfungsi baik tidak dituntut harmoni seratus persen diantara semua unsurnya.
Tugas seorang ahli antropologi
adalah mengabstraksikan seperangkat peraturan dari apa yang diamatinya untuk
menerangkan perilaku sosial orang. Agar dapat membuat paparan yang realistis
tentang kebudayaan, bebas dari prasangka pribadi dan prasangka budaya, ahli
antropologi harus:
- Mempelajari pengertian anggota tentang bagaimana masyarakat seharusnya berjalan
- Menentukan bagaimana seseorang berperilaku menurut pendapatnya sendiri
- Memaparkan bagaimana perilaku orang secara nyata
Dalam perjalanan evolusinya, adaptasi kultural telah memberi peluang kepada
manusia untuk bertahan hidup dan memencar ke berbagai lingkungan. Akan tetapi,
kadang-kadang apa yang adaptif dalam situasi keadaan yang satu, atau dalam
jangka pendek tidak cocok dalam situasi keadaan yang lain, atau dalam jangka
panjang.
Agar lestari, kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis yang pokok para
anggotanya, memelihara kelangsungannya, dan memelihara tata tertib di antara
para anggotanya dan di antara anggotanya dengan orang luar. Semua kebudayaan
berubah dalam perjalanan waktu, kadang-kadang sebagai akibat masuknya orang
luar atau karena nilai-nilai di dalam kebudayaan telah mengalami modifikasi.
Kadang-kadang akibat yang tidak terduga berupa digerogotinya seluruh struktur
sosial.
Masyarakat harus menciptakan
keseimbangan antara kepentingan pribadi individu dan kebutuhan kelompok. Kalau
salah satu menjadi dominan, akibatnya mungkin berupa hancurnya kebudayaan. Pertanyaan
yang berulang-ulang dikemukakan oleh orang yang bukan ahli antropologi ialah,
kebudayaan mana yang paling baik? Etnosentrisme ialah tendensi untuk menganggap
kebudayaannya sendiri lebih baik daripada kebudayaan semua orang lain. Salah
satu konsep yang digunakan oleh para ahli antropologi untuk melawan
etnosentrisme adalah relativisme kebudayaan, yang berarti mempelajari
kebudayaan menurut sifat-sifatnya sendiri, sesuai dengan norma-normanya
sendiri. Baik pendekatan etnosentri maupun relativisme kebudayaan menggunakan
ukuran-ukuran subyektif. Agar sampai tingkat tertentu dapat mencapai
obyektivitas, ahli antropologi harus menggunakan kriteria yang berasal dari
ilmu pengetahuan dan mempelajari kebudayaan berdasarkan suksesnya bertahan
hidup.
Menurut
Tylor (1871) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yan didapatkan
atau dipelajari oleh manusia sebgai anggota masyarakat.
Tilaar
(2002) merinci definisi yang dikemukakan E.B. Tylor sebagai berikut :
1) Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang
kompleks.
2) Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia
yang bukan material, artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti :
ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan seni.
3) Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil
seni
4) Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan
yang terarah seperti hokum, adat istiadat yang berkesinambungan.
5) Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.
6) Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia
soliter atau terasing tetapi yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
J.J.
Honingmann membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yakni : (1) ideas,
(2) activities, (3) artifacts. Namun demikian Koentjaraningrat (1996)
menyarankan agar kebudayaan dibeda-bedakan sesuai empat wujudnya, yang terdiri
dari : (1) artifacts, (2) sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, (3)
sistem gagasan, (4) sistem idiologis.
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
1.Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal
kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan,nilai-nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak
dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
penulis warga masyarakat tersebut.
2.Aktivitas (tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
3.Artefak (karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara
ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sifat-sifat
Kebudayaan:
1. Adaptif.
Dalam beberapa kebudayaan yang
bertahan dan berkembang, kebiasaan masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan di
lingkungannya, Hal ini dilakukan agar masyarakatnya dapat bertahan. Jadi
kebudayaan bersifat adaptif artinya adalah kebudayaan selalu mampu menyesuaikan
diri.
2. Integratif.
Kebudayaan bersifat integratif
artinya kebudayaan memadukan semua unsur dan sifat- sifatnya menjadi satu, oleh
karena itu kebiasaan yang dimiliki suatu kebudayaan tidak dapat dengan mudah
dimasukkan ke dalam kebudayaan lain.
3. Dinamis.
Kebudayaan bersifat dinamis
artinya adalah kebudayaan selalu berubah, bergerak dan mengikuti dinamika
kehidupan sosial budaya masyarakat.
Unsur-unsur Pokok Kebudayaan
Menuurt
Melville J. Herskovits (Soekanto: 1990) ada 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
1. Alat-alat
teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaaan politik
Menurut
Malinowski (Soekanto: 1990) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan adalah
sebagai berikut :
1.
Sistem
norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam
supaya menguasai alam sekelilingnya.
2.
Organisasi
ekonomi
3.
Alat-alat
dan lembaga atau petugas pendidikan
4.
Organisasi
kekuatan
Menurut
C. Kluckhohn (1953) menyebutkan unsur-unsur pada kebudayaan yang ada di dunia
ini secara universal terdiri atas :
1.
Peralatan
dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,
senjata, alat-alat produksi, transportasi, dsb)
2.
Mata
pencaharian hidup dan sistem-sistem
ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dsb)
3.
Sistem
kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem
pekawinan)
4.
Bahasa
(lisan maupun tertulis)
5.
Kesenian
(seni rupa, seni rupa, seni gerak, dsb)
6.
Sistem
Pengetahuan
7.
Religi
(sistem kepercayaan)
Unsur-unsur
normative yang merupakan bagian dan kebudayaan adalah sebagai berikut :
1.
Unsur-unsur
yang menyangkut penilaian, misalnya baik dan buruk, dsb
2.
Unsur-unsur
yang berhubungan dengan apa yang seharausnya, seperti perilaku.
3.
Unsur-unsur
yang menyangkut kepercayaan, seperti mengadakan upacara adat saat kelahiran,
dsb.
DINAMIKA
UNSUR- UNSUR KEBUDAYAAN
Gerak Kebudayaan:
Semua kebudayaan memiliki
dinamika atau gerakan, sehingga suatu kebudayaan pasti akan bersifat dinamis
(meskipun kebudayaan nampak statis/ tetap, tetapi pada hakekatnya kebudayaan
bergerak walau sangat lambat sekali).
Gerak kebudayaan sebenarnya
sejalan dengan dinamika manusia di dalam masyarakat. Dinamika manusia terjadi karena manusia selalu
mengadakan hubungan/ kontak dengan manusia lain. Kontak ini bisa melalui proses
akulturasi, dalam proses akulturasi ada unsur kebudayaan yang mudah diterima
dan ada yang sulit diterima.
Unsur yang mudah diterima yaitu
:
-
Unsur kebudayaan kebendaan
-
Unsur yang terbukti membawa manfaat besar
-
Unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat
Unsur yang sulit diterima yaitu :
-
Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan (misal ideologi dan falsafah hidup)
-
Unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi (misal makanan
pokok)
-
Unsur sistem kekerabatan
-
Unsur sistem religi
Perubahan Kebudayaan:
Perubahan kebudayaan adalah
proses ketidaksesuaian diantara unsur- unsur kebudayaan yang ada sehingga
terjadi keadaan yang tidak serasi fungsinya. Semua kebudayaan akan mengalami
proses perubahan,perubahan kebudayaan ada yang berlangsung lambat (evolusi) dan
ada yang berlangsung cepat (revolusi).
Perubahan dan perkembangan
kebudayaan meliputi berbagai segi , yaitu peralatan, ilmu pengetahuan, kesenian
pranata dan kemasyarakatan. Perubahan kebudayaan dapat terjadi melalui dua
faktor, yaitu internal dan eksternal.
Perubahan yang terjadi dalam
masyarakat akan diikuti pula dengan perubahan kebudayaan karena kebudayaan
merupakan hasil kesatuan sosial yang hidup dalam masyarakat, digunakan
masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan perubahan tersebut
meliputi seluruh unsur kebudayaan.
Perubahan kebudayaan disebabkan
karena adanya pengaruh unsur budaya luar, perubahan ini menyangkut perubahan
perilaku, nilai- nilai, norma maupun gaya hidup. Perubahan kebudayaan membawa
dampak positif dan netagif, dampak negatif dari perubahan kebudayaan dapat menimbulkan
masalah bagi kehidupan masyarakat. Masalah yang timbul akibat perubahan
kebudayaan antara lain:
1. Akulturasi (Proses percampuran
antara dua kebudayaan atau lebih tanpa meninggalkan budaya lama).
Perubahan kebudayaan akibat
proses akulturasi tidak mengakibatkan perubahan total pada kebudayaan yang
bersangkutan, sebagian dari unsur- unsur kebudayaan itu masih bertahan dan
sebagian melakukan penyesuaian.
2. Penetrasi/ penerobosan kebudayaan (Proses
dimana unsur kebudayaan asing mempengaruhi kebudayaan setempat sedemikian
intensifnya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan besar pada kebudayaan
setempat. Penetrasi kebudayaan ini adalah suatu bentuk kontak langsung dengan kebudayaan asing.
Penetrasi dibedakan menjadi dua yaitu;
a. Penetrasi
Pasifique
Adalah penetrasi yang biasa
dilakukan oleh pedagang dan penyebar agama (melalui jalan damai)
b. Penetrasi
Violente
Adalah penetrasi yang dilakukan
melalui penaklukan atau penjajahan.
3. Globalisasi
(Suatu proses dimana batas- batas negara luluh/ hilang dan tidak penting lagi
dalam kehidupan sosial). Globalisasi ini adalah suatu bentuk kontak tidak langsung dengan kebudayaan
asing.
Masuknya unsur- unsur budaya
asing disatu sisi membawa manfaat tapi disisi lain dapat merugikan dan merusak
kehidupan bangsa. Adapun unsur- unsur budaya asing yang merugikan dan merusak
kehidupan bangsa Indonesia antara lain;
-
Paham- paham yang tidak sesuai
dengan pancasila, misalnya liberalisme, komunisme, fasisme, individualisme dsb.
-
Sikap- sikap/ perbuatan negatif,
misalnya egoisme, materialisme, sekularisme, ekstremisme, chauvinisme,
elitisme, diskriminatif, konsumtif dan glamoristik.
FAKTOR YANG MENDORONG DAN
MENGHAMBAT PERUBAHAN KEBUDAYAAN
1.Mendorong Perubahan Kebudayaan
Adanya unsur-unsur
kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah,terutama unsur-unsur teknologi
dan ekonomi.adanya individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan
kebudayaan terutama generasi muda.
2.Menghambat perubahan
kebudayaan
adanya
unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti : adat
istiadat,dan keyakinan agama,adanya individu-individu yang sukar menerima
unsur-unsur perubahan terutama generasi kolot.
A. FAKTOR INTERNAL
*PERUBAHAN DEMOGRAFIS
perubahan
demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah,akan mengakibatkan
terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan,contohnya : bidang
perekonomian, pertambahan peduduk akan persediaan kebutuhan pangan,sandang dan
papan.
*KONFLIK SOCIAL
konflik
social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat,contohnya
: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah
transmigrasi,untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat
dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
*BENCANA ALAM
bencana
alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi perubahan contohnya :
banjir,bencana longsor,letusan gunung berapi masyarakat akan dievakuasi dan
dipindahkan ketempat yang baru,disanalah mereka harus beradaptasi dengan
kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilisasi
maupun alkuturasi.
*PERUBAHAN
LINGKUNGAN ALAM
ada
beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk
delta,rusaknya hutan karena erosi,perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan
hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan
setempat.
2.FAKTOR EKSTERNAL
*PERDAGANGAN
Indonesia
terletak pada jalur perdagangan asia timur dengan india,timur tengah bahkan
eropa barat,itulah sebabnya indonesia sebagai persinggahan pendagang pendagang
besar,selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat
setempat sehingga terjadilah perubahan budaya.
*PENYEBARAN AGAMA
Masuknya unsur-unsur
agama hindu dari india atau budaya arab bersamaan proses penyebaran agama hindu
dan islam ke indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui
proses penyebaran agama kristen dan kalonialisme.
*PEPERANGAN
Kedatangan bangsa
barat ke indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk
peperangan,dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur unsur budaya bangsa
asing ke indonesia.
HUBUNGAN
ANTARA UNSUR- UNSUR KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa
tujuh unsur kebudayaan (cultural
universal) merupakan unsur yang bersifat menyeluruh artinya bahwa unsur-
unsur tersebut ada dalam semua kebudayaan dari seluruh bangsa di dunia.Setiap
kebudayaan dapat diuraikan menjadi unsur- unsur yang lebih kecil yang disebut
sub- sub unsur kebudayaan. Sub- sub unsur kebudayaan tersebut antara lain:
1. Cultural Universal yang terdiri dari; sistem mata penceharian,
sistem peralatan dan tehnologi, sistem organisasi kemasyarakatan,sistem pengetahuan,
bahasa, kesenian dan religi.
2. Cultural Activities yang
meliputi kegiatan kebudayaan yang
tidak selalu dapat dijumpai di tempat lain. Misalnya, sistem mata pencaharian
pada cultural universal yang terdapat pada setiap masyarakat, akan tetapi
perladangan atau pertanian yang merupakan kegiatan kebudayaan cultural
activities tidak selalu ada di suatu kelompok masyarakat.
3. Traits Complexes adalah
kebudayaan yang lebih kecil dari kegiatan kebudayaan (cultural activities)
setempat. Traits compleks adalah pelengkap kegiatan kebudayaan, contohnya: sistem irigasi, sistem pengolahan
tanah dan sistem kepemilikan tanah.
4. Traits adalah
unsur pelengkap yang lebih kecil dari traits compleks, misalnya alat bajak
sawah tradisional adalah unsur pelengkap
dari pengolahan tanah.
5. Items adalah
unsur terkecil yang tidak dapat diuraikan lagi, misalnya: roda dan tali kemudi, kerbau, dan petani.
Fungsi Pendidikan dalam Kebudayaan
Di
dalam transmisi kebudayaan terdapat tiga unsur utama, yaitu :
1. Unsur-unsur yang
ditransmisikan
2. Proses transmisi
3. Cara transmisi
Pada
masyarakat modern, sekolah merupakan salah satu lembaga utama yang dipergunakan
oleh orang dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anak-anaknya. Oleh karena
itu, guru atau tenaga kependidikan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang
budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara makro maupun secara mikro
yang meliputu nilai, kepercayaan, dan norma.
D’Antonio
(1983) mendefinikan keluarga sebgai suatu unit yang terdiri dua orang atau
lebih yang hidup bersama untuk suatu periode waktu, dan diantara mereka saling
berbagi dalam suatu hal atau lebih, yang berkaitan dengan pekerjaan, seks,
kesejahteraan, dan makanan anak-anak, kgiatan intelektual, spiritual, dan
rekreasi.
Rollin
dan Galligen (1978) mendefinikan keluarga sebagai suatu sistem interaksi semi
tertutup di antara orang-orang yang bervariasi umur dan jenis kelaminnya,
dimana interaksi tersebut terorganisasi dalam arti hubungan proses sosial
dengan norma dan peranan yang ditentukan, baik oleh individu yang beriteraksi
mauupun oleh masyarakat sebgai suatu ciri dari sistem tersebut.
Zimmerman
(1983) mengemukakan fungsi utama keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik
dan kesejahteraan anggota keluarga
2. Meambah anggota
keluarga baru, baik melalui kelahiran amupun adopsi
3. Sosialisasi
anak-anak tehadap orang dewasa, seperti sebgai orang dewasa, pekerja, anggota
masyarakat, dll
4. Pengendali sosial
anggota keluarga
5. Pemelihara moral
keluarga dan motivasi untuk memastikan kinerja tugas baik di dalam keluarga
maupun dalam kelompok sosial lain.
6. Produksi dan
konsumsi peralatan dan pelayanan yang diperlukan untuk mendorong dan memelihara
inti keluarga
Di
dalam proses pembudayaan terdapat pengertian-pengetian seperti invensi dan
penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan
prediksi masa depan.
Menurut
kajian Bremeld (Tilaar: 2000) proses kebudayaan mempunyai tiga aspek yang
saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu :
1.
Kebudayaan
mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun merupakan suatu anyaman yang
berpola
2.
Nilai-nilai
kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses acquiring, dan
3.
Proses
pembudayaan mempunyai tujuan
FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN
.
A. Pendidikan dalam Lingkup Kebudayaan
Pada dasarnya pendidikan tidak
akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan
hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan
fisik maupun non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia.Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya
telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya
proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia
dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu
akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat
erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni
nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai
agen pengajaran nilai-nilai budaya. Dari paparan terakhir dapat ditangkap bahwa
pada dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan
kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
Uraian tentang pendidikan dan
kebudayaan akan diterangkan dalam urutan pembahasan dibawah ini.
1.
1. Kepribadian dalam Proses
Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks
kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa
kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar
jumlah kepribadian-kepribadian. Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan
kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang melalui
kepribadian–kepribadian tersebut.
2. 2.
Penerusan Kebudayaan
Satu proses yang dikenal luas
tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Proses tersebut menunjukkan
bahwa kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. Bahkan banyak ahli
pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi kebudayaan. Di dalam transmisi
tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu, (1) unsur-unsur yang ditransmisi,
(2) proses transmisi, dan (3) cara transmisi.
Unsur-unsur kebudayaan manakah
yang ditransmisi? Pertama-tama tentunya unsur-unsur tesebut ialah nilai-nilai
budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai
konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya berbagai
kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota di
dalam masyarakat tersebut. Selain itu, berbagai sikap serta peranan yang
diperlukan di dalam dunia pergaulan dan akhirnya berbagai tingkah-laku lainnya
termasuk proses fisiologi, refleks dan gerak atau reaksi-reaksi tertentu dalam
penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata-makanan untuk dapat bertahan hidup.
Proses transmisi meliputi
proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru
tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi di dalam lingkungan
keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal. Yang
diimitasi adalah unsur-unsur yang telah dikemukakan di atas. Transmisi
unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Rangkaian transmisi berangkat
dari imitasi, identifikasi, dan sosialisasi, berkaitan dengan bagaimana cara
mentransimisikannya. Dalam hal ini ada dua bentuk peran-serta dan bimbingan.
Cara transmisi dengan peran-serta antara lain dengan melalui perbandingan.
3. Pendidikan
dan Proses Pembudayaan
Di dalam proses pembudayaan
terdapat pengertian seperti inovasi dan penemuan, difusi kebudayaan,
akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan serta
banyak lagi terminology lainnya. Beberapa proses tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a.
Penemuan atau Invensi
Dengan invensi maka umat manusia
dapat menemukan hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan
penemuan-penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri
yang telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di negara-negara
barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membuka
horizon baru di dalam kehidupan umat manusia.
b.
Difusi
Difusi kebudayaan berarti
pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang
lebih maju kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap
masyarakat setiap jaman selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada
jaman yang lalu lebih bersifat perlahan-lahan.
c.
Akulturasi
Salah satu bentuk difusi
kebudayaan ialah akulturasi. Dalam proses ini terjadi pembaruan budaya
antar-kelompok atau di dalam kelompok yang besar.
d.
Asimilasi
Proses asimilasi dalam
kebudayaan terjadi terutama antaretnis dengan subbudaya masing-masing. Biasanya
proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih
sangat terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses
asimilasi itu banyak sulit dihilangkan.
e.
Inovasi
Inovasi mengandalkan adanya pribadi
yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif.
Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh
kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka
kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya
yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern mpribadi yang
inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi
merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia
yang terbuka dewasa ini.
f.
Fokus
Konsep ini menyatakan adanya
kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas dan variasi dalam
lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya berbagai
kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada
aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan Bali, aspek
perdagangan, dan sebagainya. Dalam proses pembudayaan melalui fokus itu kita
lihat betapa besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan
penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut
tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
g.
Krisis
Konsep tersebut merupakan
konsekuensi akibat proses akulturasi kebudayaan. Suatu contoh yang jelas
timbulnya krisis di dalam proses westernisasi terhadap kehidupan budaya-budaya
Timur. Sejalan dengan maraknya kolonialisme ialah masuknya unsur-unsur budaya
Barat memasuki dunia ketiga. Terjadilah proses akulturasi yang kadang-kadang
menyebabkan hancurnya kebudayaan lokal.
h.
Visi Masa Depan
Suatu hal yang baru dalam proses
pembudayaan dewasa ini ialah peranan visi masa depan. Terutama dalam dunia
global tanpa-batas dewasa ini diperlukan suatu visi ke arah mana masyarakat
dan bangsa kita akan menuju.
Tanpa visi yang jelas yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang hidup di
dalam kebudayaan bangsa (Indonesia), akan sulit untuk menentukan arah
perkembangan masyarakat dan bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah
tinggal mengadopsi saja apa yang disebut budaya global.
B. Perubahan
Sosial dan Pendidikan
Sejalan dengan penjelasan
perubahan sosial di atas maka sebenarnya di manakah letak posisi pendidikan.
Dalam hal ini kita mengingat penuturan Eisentandt dalam Faisal dan Yasik (1985)
institusionalisasi merupakan proses penting untuk membantu berlangsungnya
transformasi potensi-potensi umum perubahan sehingga menjadi kenyataan sejarah.
Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya menjembatani
dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat. Melihat perkembangan masyarakat
yang sering dilanda perubahan secara tiba-tiba, maka kemungkinan terjadinya
dampak negatif yang akan menggejala ke dalam kehidupan masyarakat tidak dapat
dihindari kehadirannya.
Gejala ketimpangan budaya atau cultural
lag, harus dapat diminimalisasi pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan
masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga yang berfungsi menjaga dan mengarahkan
perjalanan masyarakat, pendidikan harus dapat menangkap potensi kebutuhan
masyarakat. Dalam proses perubahan sosial modifikasi yang terjadi seringkali
tidak teratur dan tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu
saling berkaitan secara erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan.
Dikatakan pula olehnya bahwa cepatnya perubahan teknologi jelas akan membawa
dampak luas ke seluruh institusi-institusi masyarakat sehingga munculnya
kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain sebagainya merupakan dampak
negatif yang tidak bisa dicegah. Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan
analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat
mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.
C. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perubahan Kebudayaan Masyarakat
a. Kekuatan Demokratisasi
Saat ini gelombang demokratisasi
sedang melanda dunia. Semenjak beberapa waktu lalu dimana-mana telah terjadi
penghancuran dinasti pemerintah otoriter oleh rakyat beriringan dengan
tumbuhnya pemerintah yang demokratis. Meskipun bukannya tanpa hambatan namun
dewasa ini menurut Huntington (1995) gelombang demokratisasi telah mencapai
tahap ketiga. Menurut pengamatannya gelombang demokratisasi yang pertama
berakar dari revolusi Perancis dan revolusi Amerika yang memperjuangkan hak-hak
rakyat untuk mengatur dirinya sendiri. Gelombang kedua terutama terjadi setelah
perang dunia kedua dengan lahirnya nagara-negara baru di Afrika dan Asia dari
daerah-daerah bekas penjajahan. Gelombang ketiga ditandai oleh pemerintah
diktator di Eropa Selatan seperti Portugal telah terjadi penumbangan
pemerintahan diktator pada tahun 1974, diikuti oleh pendemokrasian
negara-negara Eropa Selatan lainnya seperti Yunani dan Spanyol. Sejak tahun
1980 proses demokratisasi mulai menelan dunia komunis seperti Polandia.
Rontoknya Negara Negara komunis pada penghujung tahun 80-an ditandai oleh
rontoknya tembok Berlin yang memisahkan Berlin Barat yang demokratis dan Berlin
Timur yang komunis. Rontoknya pemerintahan diktator komunis mencapai klimaksnya
dengan bubarnya negara Uni Sovyet. Sampai permulaan abad 21 ini proses
demokratisasi terus berlangsung. Sampai di sini kita lihat pengertian demokrasi
berhubungan
dengan sistem pemerintahan,
yaitu pemerintah oleh rakyat melalui para wakilnya di dalam suatu dewan atau
majelis. Demokrasi itu sendiri bukan merupakan suatu nama benda tetapi lebih
merupakan suatu proses yaitu proses demokratisasi.
b. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Bagaimanakah dengan keadaan
kehidupan masyarakat dan negara dewasa ini? Ternyata sumber kemakmuran dan
kekuatan bukan lagi terletak pada luas wilayah dan sumber daya alamnya yang
melimpah tetapi telah berpindah pada penguasaan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Inilah peradaban baru umat manusia. Terdapat tiga kekuatan yang
dominan yaitu:
(1)
ilmu pengetahuan,
(2)
teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan,
(3)
informasi.
Ketiga kekuatan ini tidak
berhubungan lagi secara langsung dengan nasionalitas. Ilmu pengetahuan tidak
perlu menyebarangi tapal batas suatu Negara dan oleh sebab itu tidak lagi
memerlukan paspor dan visa. Demikian pula informasi berembus ke mana-mana tanpa
batas dan tidak ada yang dapat menghentikan atau menghambatnya
c. Globalisasi
Globalisasi adalah proses
kebudayaan yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia,
baik geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya,
ekonomi dan politik. Dalam kehidupan sosial proses global telah menciptakan
egalitarianisme. Di bidang budaya memicu munculnya internalisasi kultural, di bidang
ekonomi menciptakan saling ketergantungan dalam proses produksi dan pemasaran,
dan di bidang politik menciptakan liberalisasi. Hal-hal nyata yang terlihat
dalam era global adalah meningkatnya integrasi ekonomi antar negara-negara di
dunia, baik antarnegara maju, berkembang, dan keduanya. Globalisasi dengan
demikian diwarnai oleh ekspansi pasar dalam bentuk konkret menjelma dalam
berbagai penyelenggaraan pasar-pasar bersama regional seperti AFTA, NAFTA,
APEC, EEC, dll. Ini merupakan ekspansi hubungan dagang serta formasi wilayah
pasar terpadu di benua-benua Asia, Eropa, Amerika, Australia, dll. Proses per85
luasan pasar di seluruh wilayah penjuru dunia tersebut merupakan sebuah
rekayasa sosial dengan skala luas, yang belum pernah terbayangkan sebelumnya,
dengan menggunakan berbagai instrument seperti ilmu pengetahuan, teknologi,
institusi sosial, politik dan kebudayaan.
D. Pendidikan
sebagai Dasar Pengembangan Masyarakat Baru
Pendidikan telah dijadikan
prioritas utama dan pertama dari banyak negara untuk dijadikan sebagai pondasi
membangun masyarakat yang lebih demokratis, terbuka bagi perubahan-perubahan
global dan menghadapi masyarakat digital.
a. Arah Baru Pedagogik
Dalam perkembangannya, pedagogik
terbatas kepada masalah-masalah mikro pendidikan, seperti perkembangan
anak, proses belajar dan pembelajaran, fasilitas pendidikan, biaya pendidikan,
manajemen pendidikan dan sebagainya. Di dalam perkembangannya dewasa ini,
pedagogik ternyata tidak terlepas dari perubahan-perubahan sosial, politik dan
ekonomi. Pedagogik bukan sekadar mencermati perkembangan anak sejak lahir
sampai dewasa, atau mengenai proses pendidikan orang dewasa, atau menyimak
mengenai proses belajar dan pembelajaran, tetapi lebih luas daripada itu, yaitu
menempatkan perkembangan dan kehidupan manusia di dalam tetanan kehidupan
global. Dengan demikian, pedagogik bukan hanya terbatas kepada ilmu mendidik
dalam arti sempit, atau sekadar aplikasi ilmu jiwa pendidikan, tetapi juga
membahas mengenai keberadaan manusia di dalam kebersamaan hidup yang mengglobal
bagi umat manusia.
b. Pendidikan, Ekonomi, Politik,
dan Kebudayaan
Pedagogik orientasi baru
tersebut di atas, menunjukkan keterkaitan yang erat antara pedagogik dengan
pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan politik. Demikian selanjutnya, pedagogik
tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan di mana pendidikan itu merupakan bagian
dari padanya. Kebudayaan merupakan sarana, bahkan jiwa dari kohesi sosial dari
suatu masyarakat. Tanpa kohesi sosial tidak mungkin lahirnya proses pendidikan.
Demikianlah kita melihat bagaimana peranan pendidikan di dalam menata suatu
masyarakat baru. Masyarakat baru yang berdasarkan paradigma baru, akan dapat
dipersiapkan melalui proses pendidikan.
BAB
III
PEMBELAJARAN
BERWAWASAN KEMASYARAKATAN
Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi
Dengan
terjadinya pergeseran peran pendidikan, maka secara mendasar pendidikan perlu
memiliki karakteristik sebgai berikut :
1.
Mampu
mangembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban
2.
Mendukung
diseminasi nilai keunggulan
3.
Mengembangkan
nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan keagamaan
4.
Mengembangkan
secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan
nilai-nilai moral
Dengan
acuan buku Reformasi Pendidikan dalam
Konteks Otonomi Daerah (Jalal dan Supriadi, 2001), diungkapkan tentang arah
pendangan dasar pendidikan nasional, visi misi tujuan pendidikan nasional dan demokratisasi
pendidikan.
Acuan
pemikiran dalam penataan, dan pengembangan sistem pendidikan nasional harus
mampu mengakomodasikan berbagai pandangan sehingga terjadi keterpaduan dalam
konteks dengan didasarkan prinsip :
1. Membangun prinsip
kesetaraan
2. Menciptakan
konfigurasi komponen sumber
3. Menerapkan prinsip
pemberdayaaan
4. Melaksanakan
prinsip kemandirian
5. Menciptakan
prinsip toleransi dan consensus
6. Menyusun dasar
perencanaan pendidikan
7. Menerapkan prinsip
rekonstruksionis
8. Berorientasi pada
peserta didik
9. Berdasar pada
prinsip pendidikan multicultural
10. Menerapkan prinsip globalisasi
Visi
Pendidikan Nasional adalajh pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju
keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Misi Pendidikan sesuai amanat UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa yang ditempuh melalui pembelajaran dan pembudayaan bangsa dan masyarakat
Indonesia agar setiap insan Indonesia berpendidikan, berbudaya, cerdas, berakar
kuat pada moral dan budaya, dan berkeadilan sosial. Misi Pendidikan Nasional
jangka pendek adalah pemulihan dari krisis, misi jangka menengah adalah
pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan, misi jangka panjangnya adalah
tercapainya masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat madani. Tujuan
Pendidikan Nasional mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota
masyarakat yang sehat dan cerdas.
Makna
demokratis dalam pendidikan yaitu proses pengembalian keputusan pendidikan
melibatkan semua tingkatan secara maksimal, dan upaya harus dilakukan dalam
rangka demokratisasi pendidikan adalah :
1. Perluasan dan
pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
2. Pendidikan untuk
semua
3. Pemberdayaan dan
pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan
4. Pengakuan hak-hak
masyarakat termasuk hak pendidikan
5. Kerja sama dengan
dunia usaha dan industry
Pembelajaran
berwawasaan kemasyarakatan dilandasi
oleh pemikiran dari berbagai teori pembelajaran,
yaitu teori humanistik, teori progresivisme, dan teori konstruksivisme, serta pendidikan
berbasis masyarakat. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
1.
Kebermaknaan
dan kebermanfaatan bagi peserta didik
2.
Pemanfaatan
lingkungan dalam pembelajaran
3.
Materi
pembelajaran terintegrasi dengan kehdupan sehari-hari peserta didik
4.
Masalah
yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik
5.
Menekankan
pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik
6.
Menumbuhkan
kerja sama di antara peserta didik
7.
Menumbuhkan
kemandirian
Menurut
Galbarait (Marzuki: 2004), pendidikan berbasis masyarakat mengandung beberapa
makna, yaitu :
1) Kemampuan peserta
didik meningkat
2) Partisipasi dan
demokrasi
3) Mobilisasi aksi
masyarakat
Dari
pendapat tersebut terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat disimpulkan,
yaitu :
1. Determinasi Diri (self determination)
2. Membantu dirinya
sendiri (self help)
3. Mengembangkan
kepemimpinan (Leadership Development)
4. Lokalisasi (localization)
5. Pelayanan Terpadu
(Integrated Delivery of Service)
6. Menerima Perbedaan
(Accept Diversity)
7. Belajar Terus
Menerus (Lifelong Learning)