Kamis, 14 Mei 2015

PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN



BAB I
PEMIKIRAN TOKOH PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN
Pengantar
Manusia sebagai mahkluk yang mempunyai rasa keingintahuan tentang segala hal melahirkan proses pembelajaran. Sehingga seiring perkembangan menciptakan teori-teori dan pandangan tentang proses belajar mengajar dalam pembelajaran. Pandangan yang pertama adalah :
Pandangan kritik sosial dalam pembelajaran atau Teori Belajar Humanistik, yaitu proses belajar harus dimulai an ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Pelopornya adalah Jurgen Habermas. Teori ini lebih bersifat abstrak atau bisa dikatakan mengkaji bidang filsafat. Teori ini banyak membicarakan tentang pembentukan diri. Belajar untuk mencapai apa yang dicita-citakan oleh manusia atau konsep untuk membentuk manusia yang dicita-citakan.
Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausbel (Rene: 1996). Pandangannya tentang belajar bermakna atau meaningful learning, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motifasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar. Banyak tokoh dalam aliran humanistik, diantaranya ialah
1. Kolb (Rene: 1996) yang terkenal dengan “Belajar Empat Tahap”,
2. Honey dan Mumford dengan pembagian macam-macam siswa,
3. Hubermas dengan “Tiga Macam Tipe Belajar, serta
4. Bloom dan Krathwahl yang terkenal dengan “Taksonomi Bloom.
1. Pandangan Kolb :
Menurut pandangan ini, belajar dibagi menjadi empat tahap :
  1. Tahap Pengalaman Kongkret
  2. Tahap Pengamatan Aktif dan Reflektif
  3. Tahap Konseptualitas
  4. Tahap Eksperimentasi Aktif
2. Pandangan Honey dan Mumford
Menggolongkan kelompok belajar menjadi empat macam :
  1. Kelompok Aktivis
  2. Kelompok Reflektor
  3. Kelompok Teoris
  4. Kelompok Pragmatis
Masing-masing kelompok mempunyai karateristik yang berbeda-beda.
3. Pandangan Hubermas
Pandangan ini berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Yaitu :
  1. Belajar Teknis
  2. Belajar Praktis
  3. Belajar Emansipatoris
4. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran.
Kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan segala aspek akan membuat belajar lebih bermakna sehingga menambah pengalaman belajar bagi para siswa. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistic dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah tersebut yaitu :
  1. Menentukan tujuan pembelajaran
  2. Menentukan materi pembelajaran
  3. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik
  4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri dalam belajar
  5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
  6. Membimbing siswa belajar secara aktif
  7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajar
  8. Membimbing siswa dalam membuat koseptualitas pengalaman belajarnya
  9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
  10. Mengevaluasikan proses dan hasil belajar
Secara garis besar ada 4 pemikiran tokoh pembelajaran berwawasan kemasyarakatan yaitu:
1.    Pandangan Kritik Sosial dalam Pembelajaran (Teori Belajar Humanistik)
Teori Humanstik dipelopori oleh Jurgen Habermas. Menurut teori humanstik, proses belajar harus  dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut Ausbel (Rene: 1996) belajar bermakna meaning learning, belajar merupakan asimilasi bermakna. Sedangkan menurut Kolb (Rene: 1996) membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 tahap, yaitu :
1.    Tahap pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
2.    Tahap pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
3.    Tahap konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abtraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang suatu yang menjadi objek pengmatannya.
4.    Tahap eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Habermas membagi tipe belajar ke dalam tiga bagian, yaitu (1) belajar teknis, (2) belajar praktis, dan (3) belajar emansipatoris.
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat kelompok, yaitu : (1) kelompok aktivis, (2) kelompok reflector, (3) kelompok teoris, (4) kelompok pragmatis.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan teori humanitis, yaitu :
a.          Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b.          Menentukan materi pembelajaran
c.          Menngidentifikasi kemampuan awal peserta didik
d.          Mengidentifikassi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri dalam belajar.
e.          Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
f.           Membimbing siswa belajar secara aktif
g.          Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajarnya
h.          Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
i.            Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
j.            Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

2.     Pandangan Progresif dalam Pembelajaran
Pandangan progresivisme berasal dari pikiran John Dewey (Tilaar: 2000). Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan di sekolah, yaitu :
1)    Untuk anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangan kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi fisik.
2)    Menggunakan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang dapat merangsang minat anak belajar agar mampu membangun, mencoba dan mengambangkan kretivitas.
3)    Anak menemukan ide-ide atau gagassan, mengujinya, dan menggunakan ide-ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama.
Pikiran-pikiran progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap pendidikan tradisional, dalam hal ; (1) guru memiliki kendali dalam pembelajaran, (2) hanya percaya bahwa buku sebagai satu-satunya sumber informasi, (3) belajar yang pasif, dan cenderung tidak faktual, (4) memisahkan sekolah dengan masyarakat, dan (5) menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.
Terdapat lima prinsip pendidikan progresif, yaitu (1) berikan kebebasan pada anak untuk berkembang secara alamiah, (2) minat dan pengalaman  langsung merupakan rangsangan paling baik untuk belajar, (3) guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar, (4) mengembangkan kerja sama antara sekolah dengan keluarga, (5) sekolah profresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.

3.     Pandangan Sosiokultural Konstruktivis dalam Pendidikan
            Resolusi Konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, yang keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika  konsepsi-konsepsi yang telah dipahami  sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidak seimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan kepada teori Vygotsky yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelaaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan (Mohamad Nur: 1999).
Terdapat empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme modern, yaitu :
1)     Penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran.
2)     Ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan mereka.
3)     Adanya penekanan terhadap keduanya, yaitu hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan kognitif.
4)     Pada proses pembelajaran menekankan kemandirian atau belajar menggunakan media.
Menurut teori konstruktivis, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Von Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses kognitif pengetahuan, yaitu (1)  kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, (3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari padda yang lainnya.
Paradigma kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut menjadi dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru.
Pendekatan Vygotsky menganjurkan pngetesan lapisan bawah dan atas zona itu sehingga mengetahui tentang tingkat status dan kemampuan normal siswa saat ini di samping juga berapa banyak siswa mendapatkan manfaat dari jenis-jenis bantuan tertentu.


4.     Pandangan Ki Hadjar Dewantoro terhadap Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang dimaksud dari 3 macam, yaitu : berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Lahirnya pendidikan Taman Siswa juga diilhami oleh model pendidikan barat yang tidak menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya Pendidikan barat memiliki ciri : perintah, hukuman dan ketertiban. Ki Hadjar Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran apabila hasil pendidikan barat melahirkan anak dengan budi pekerti rusak sebagai akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya.
Beberapa falsafah Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan pendidikan, yaitu :
1.     Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai denngan kodratnya
2.     Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapa hidup tertib dan damai
3.     Adat istiaddat sifatnya selalu berubah (dinamis)
4.     Untuk mengetahui karakteristik mesyarakat saat ini diperlukan kajian dalam mendalam tentang kehidupan masyrakat tersebut di masa lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan datang pada masyarakat tersebut.
5.     Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain. Hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan bangsa.
























BAB II
RUANG LINGKUP KEBUDAYAAN
DALAM PENDIDIKAN

Hakikat Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkut paut dengan budii atau akal”. Adapaun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere”, yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut (colere) kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Definisi penting yang pertama tentang kebudayaan diberikan oleh ahli antropologi Inggris Sir Edward B. Tylor dalam tahun 1871. Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai "kompleks keseluruhan, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan semua kemampuan dan kebiasaan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat." Definisi-definisi yang baru cenderung lebih mementingkan nilai-nilai dan kepercayaan yang abstrak, yang terdapat di belakang perilaku yang dapat diamati daripada perilaku itu sendiri.
 Di dalam semua kebudayaan terdapat sejumlah karakteristik tertentu yang menjadi milik bersama. Studi tentang karakteristik itu dapat memberi pengertian tentang sifat dan fungsi kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan adalah milik bersama yang berupa cita-cita, nilai, dan norma-norma perilaku. Tidak mungkin ada kebudayaan tanpa ada masyarakat: yaitu sekelompok orang yang mendiami suatu daerah tertentu, yang saling bergantung satu sama lain dalam perjuangan hidup. Masyarakat terikat oleh hubungan-hubungan, yang ditentukan oleh struktur sosial dan organisasi sosial. Kebudayaan tidak mungkin tanpa masyarakat, meskipun mungkin ada masyarakat tanpa kebudayaan. Kebudayaan tidak semuanya serba seragam. Di dalam setiap masyarakat manusia pasti terdapat perbedaan antara peran pria dan wanita; juga variasi berdasarkan umur; dan terdapat juga kebudayaan yang memiliki sejumlah kebudayaan khusus. Kebudayaan khusus adalah suatu kelompok yang berfungsi didalam kerangka umum kebudayaan yang lebih besar, sambil menaati seperangkat peraturan yang sedikit berbeda dengan yang baku. Masyarakat majemuk adalah masyarakat dimana variasi kebudayaan khusus tampak dengan jelas. Karakteristiknya berupa kelompok-kelompok yang masing-masing berjalan menurut perangkat peraturannya yang berbeda-beda. Kebudayaan khusus di Amerika Serikat dapat dilihat pada orang Amish.
Karakteristik dasar kedua dari semua kebudayaan adalah bahwa kebudayaan merupakan hasil belajar. Secara individual anggota masyarakat mempelajari norma-norma perilaku sosial yang diterima di dalam masyarakat melalui proses enkulturasi.
          Karakteristik ketiga adalah bahwa kebudayaan didasarkan pada sejumlah lambang. Kebudayaan diteruskan melalui komunikasi gagasan, emosi, dan keinginan yang diekspresikan dalam bahasa.Akhirnya, kebudayaan adalah terpadu, sehingga semua aspek kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang integral. Akan tetapi, dalam kebudayaan yang berfungsi baik tidak dituntut harmoni seratus persen diantara semua unsurnya.
Tugas seorang ahli antropologi adalah mengabstraksikan seperangkat peraturan dari apa yang diamatinya untuk menerangkan perilaku sosial orang. Agar dapat membuat paparan yang realistis tentang kebudayaan, bebas dari prasangka pribadi dan prasangka budaya, ahli antropologi harus:
  1. Mempelajari pengertian anggota tentang bagaimana masyarakat seharusnya berjalan
  2. Menentukan bagaimana seseorang berperilaku menurut pendapatnya sendiri
  3. Memaparkan bagaimana perilaku orang secara nyata
          Dalam perjalanan evolusinya, adaptasi kultural telah memberi peluang kepada manusia untuk bertahan hidup dan memencar ke berbagai lingkungan. Akan tetapi, kadang-kadang apa yang adaptif dalam situasi keadaan yang satu, atau dalam jangka pendek tidak cocok dalam situasi keadaan yang lain, atau dalam jangka panjang.
          Agar lestari, kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis yang pokok para anggotanya, memelihara kelangsungannya, dan memelihara tata tertib di antara para anggotanya dan di antara anggotanya dengan orang luar. Semua kebudayaan berubah dalam perjalanan waktu, kadang-kadang sebagai akibat masuknya orang luar atau karena nilai-nilai di dalam kebudayaan telah mengalami modifikasi. Kadang-kadang akibat yang tidak terduga berupa digerogotinya seluruh struktur sosial.
 Masyarakat harus menciptakan  keseimbangan antara kepentingan pribadi individu dan kebutuhan kelompok. Kalau salah satu menjadi dominan, akibatnya mungkin berupa hancurnya kebudayaan. Pertanyaan yang berulang-ulang dikemukakan oleh orang yang bukan ahli antropologi ialah, kebudayaan mana yang paling baik? Etnosentrisme ialah tendensi untuk menganggap kebudayaannya sendiri lebih baik daripada kebudayaan semua orang lain. Salah satu konsep yang digunakan oleh para ahli antropologi untuk melawan etnosentrisme adalah relativisme kebudayaan, yang berarti mempelajari kebudayaan menurut sifat-sifatnya sendiri, sesuai dengan norma-normanya sendiri. Baik pendekatan etnosentri maupun relativisme kebudayaan menggunakan ukuran-ukuran subyektif. Agar sampai tingkat tertentu dapat mencapai obyektivitas, ahli antropologi harus menggunakan kriteria yang berasal dari ilmu pengetahuan dan mempelajari kebudayaan berdasarkan suksesnya bertahan hidup.
Menurut Tylor (1871) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yan didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebgai anggota masyarakat.
Tilaar (2002) merinci definisi yang dikemukakan E.B. Tylor sebagai berikut :
1)     Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks.
2)     Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang bukan material, artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti : ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan seni.
3)     Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni
4)     Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hokum, adat istiadat yang berkesinambungan.
5)     Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.
6)     Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia soliter atau terasing tetapi yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
J.J. Honingmann membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yakni : (1) ideas, (2) activities, (3) artifacts. Namun demikian Koentjaraningrat (1996) menyarankan agar kebudayaan dibeda-bedakan sesuai empat wujudnya, yang terdiri dari : (1) artifacts, (2) sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, (3) sistem gagasan, (4) sistem idiologis.
            Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1.Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2.Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
3.Artefak (karya)
            Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sifat-sifat Kebudayaan:
1.    Adaptif.
Dalam beberapa kebudayaan yang bertahan dan berkembang, kebiasaan masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan di lingkungannya, Hal ini dilakukan agar masyarakatnya dapat bertahan. Jadi kebudayaan bersifat adaptif artinya adalah kebudayaan selalu mampu menyesuaikan diri.
2.    Integratif.
Kebudayaan bersifat integratif artinya kebudayaan memadukan semua unsur dan sifat- sifatnya menjadi satu, oleh karena itu kebiasaan yang dimiliki suatu kebudayaan tidak dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam kebudayaan lain.
3.    Dinamis.
Kebudayaan bersifat dinamis artinya adalah kebudayaan selalu berubah, bergerak dan mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat.

Unsur-unsur Pokok Kebudayaan
Menuurt Melville J. Herskovits (Soekanto: 1990) ada 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
1.      Alat-alat teknologi
2.      Sistem ekonomi
3.      Keluarga
4.      Kekuasaaan politik
Menurut Malinowski (Soekanto: 1990) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan adalah sebagai berikut :
1.    Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam supaya menguasai alam sekelilingnya.
2.    Organisasi ekonomi
3.    Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan
4.    Organisasi kekuatan
Menurut C. Kluckhohn (1953) menyebutkan unsur-unsur pada kebudayaan yang ada di dunia ini secara universal terdiri atas :
1.    Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dsb)
2.    Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem  ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dsb)
3.    Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem pekawinan)
4.    Bahasa (lisan maupun tertulis)
5.    Kesenian (seni rupa, seni rupa, seni gerak, dsb)
6.    Sistem Pengetahuan
7.    Religi (sistem kepercayaan)
Unsur-unsur normative yang merupakan bagian dan kebudayaan adalah sebagai berikut :
1.         Unsur-unsur yang menyangkut penilaian, misalnya baik dan buruk, dsb
2.         Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharausnya, seperti perilaku.
3.         Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan, seperti mengadakan upacara adat saat kelahiran, dsb.

DINAMIKA UNSUR- UNSUR KEBUDAYAAN
Gerak Kebudayaan:
Semua kebudayaan memiliki dinamika atau gerakan, sehingga suatu kebudayaan pasti akan bersifat dinamis (meskipun kebudayaan nampak statis/ tetap, tetapi pada hakekatnya kebudayaan bergerak walau sangat lambat sekali).
Gerak kebudayaan sebenarnya sejalan dengan dinamika manusia di dalam masyarakat. Dinamika  manusia terjadi karena manusia selalu mengadakan hubungan/ kontak dengan manusia lain. Kontak ini bisa melalui proses akulturasi, dalam proses akulturasi ada unsur kebudayaan yang mudah diterima dan ada yang sulit diterima.
Unsur yang mudah diterima yaitu :
-          Unsur kebudayaan kebendaan
-          Unsur yang terbukti membawa manfaat besar
-          Unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat
Unsur  yang sulit diterima yaitu :
-          Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan (misal ideologi dan falsafah hidup)
-          Unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi (misal makanan pokok)
-          Unsur sistem kekerabatan
-          Unsur sistem religi
Perubahan Kebudayaan:
Perubahan kebudayaan adalah proses ketidaksesuaian diantara unsur- unsur kebudayaan yang ada sehingga terjadi keadaan yang tidak serasi fungsinya. Semua kebudayaan akan mengalami proses perubahan,perubahan kebudayaan ada yang berlangsung lambat (evolusi) dan ada yang berlangsung cepat (revolusi).
Perubahan dan perkembangan kebudayaan meliputi berbagai segi , yaitu peralatan, ilmu pengetahuan, kesenian pranata dan kemasyarakatan. Perubahan kebudayaan dapat terjadi melalui dua faktor, yaitu internal dan eksternal.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan diikuti pula dengan perubahan kebudayaan karena kebudayaan merupakan hasil kesatuan sosial yang hidup dalam masyarakat, digunakan masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan perubahan tersebut meliputi seluruh unsur kebudayaan.
Perubahan kebudayaan disebabkan karena adanya pengaruh unsur budaya luar, perubahan ini menyangkut perubahan perilaku, nilai- nilai, norma maupun gaya hidup. Perubahan kebudayaan membawa dampak positif dan netagif, dampak negatif dari perubahan kebudayaan dapat menimbulkan masalah bagi kehidupan masyarakat. Masalah yang timbul akibat perubahan kebudayaan antara lain:
1.    Akulturasi (Proses percampuran antara dua kebudayaan atau lebih tanpa meninggalkan budaya lama).
Perubahan kebudayaan akibat proses akulturasi tidak mengakibatkan perubahan total pada kebudayaan yang bersangkutan, sebagian dari unsur- unsur kebudayaan itu masih bertahan dan sebagian melakukan penyesuaian.
2.    Penetrasi/ penerobosan kebudayaan (Proses dimana unsur kebudayaan asing mempengaruhi kebudayaan setempat sedemikian intensifnya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan besar pada kebudayaan setempat. Penetrasi kebudayaan ini adalah suatu bentuk  kontak langsung dengan kebudayaan asing. Penetrasi dibedakan menjadi dua yaitu;
a.    Penetrasi Pasifique
Adalah penetrasi yang biasa dilakukan oleh pedagang dan penyebar agama (melalui jalan damai)
b.    Penetrasi Violente
Adalah penetrasi yang dilakukan melalui penaklukan atau penjajahan.
3.    Globalisasi (Suatu proses dimana batas- batas negara luluh/ hilang dan tidak penting lagi dalam kehidupan sosial). Globalisasi ini adalah suatu bentuk  kontak tidak langsung dengan kebudayaan asing.
Masuknya unsur- unsur budaya asing disatu sisi membawa manfaat tapi disisi lain dapat merugikan dan merusak kehidupan bangsa. Adapun unsur- unsur budaya asing yang merugikan dan merusak kehidupan bangsa Indonesia antara lain;
-            Paham- paham yang tidak sesuai dengan pancasila, misalnya liberalisme, komunisme, fasisme, individualisme dsb.
-            Sikap- sikap/ perbuatan negatif, misalnya egoisme, materialisme, sekularisme, ekstremisme, chauvinisme, elitisme, diskriminatif, konsumtif dan glamoristik.
FAKTOR YANG MENDORONG DAN MENGHAMBAT PERUBAHAN KEBUDAYAAN
1.Mendorong Perubahan Kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah,terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi.adanya individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan terutama generasi muda.
2.Menghambat perubahan kebudayaan
adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti : adat istiadat,dan keyakinan agama,adanya individu-individu yang sukar menerima unsur-unsur perubahan terutama generasi kolot.
 A. FAKTOR INTERNAL
*PERUBAHAN DEMOGRAFIS
perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah,akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan,contohnya : bidang perekonomian, pertambahan peduduk akan persediaan kebutuhan pangan,sandang dan papan.
*KONFLIK SOCIAL
konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat,contohnya : konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi,untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
*BENCANA ALAM
bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempengaruhi perubahan contohnya : banjir,bencana longsor,letusan gunung berapi masyarakat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru,disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilisasi maupun alkuturasi.
*PERUBAHAN LINGKUNGAN ALAM
ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta,rusaknya hutan karena erosi,perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
 2.FAKTOR EKSTERNAL
*PERDAGANGAN
Indonesia terletak pada jalur perdagangan asia timur dengan india,timur tengah bahkan eropa barat,itulah sebabnya indonesia sebagai persinggahan pendagang pendagang besar,selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya.
*PENYEBARAN AGAMA
Masuknya unsur-unsur agama hindu dari india atau budaya arab bersamaan proses penyebaran agama hindu dan islam ke indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama kristen dan kalonialisme.
*PEPERANGAN
Kedatangan bangsa barat ke indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan,dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur unsur budaya bangsa asing ke indonesia.

HUBUNGAN ANTARA UNSUR- UNSUR KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa tujuh unsur kebudayaan (cultural  universal) merupakan unsur yang bersifat menyeluruh artinya bahwa unsur- unsur tersebut ada dalam semua kebudayaan dari seluruh bangsa di dunia.Setiap kebudayaan dapat diuraikan menjadi unsur- unsur yang lebih kecil yang disebut sub- sub unsur kebudayaan. Sub- sub unsur kebudayaan tersebut antara lain:
1.    Cultural  Universal  yang terdiri dari; sistem mata penceharian, sistem peralatan dan tehnologi, sistem organisasi kemasyarakatan,sistem pengetahuan, bahasa, kesenian dan religi.
2.    Cultural Activities yang meliputi kegiatan kebudayaan yang tidak selalu dapat dijumpai di tempat lain. Misalnya, sistem mata pencaharian pada cultural universal yang terdapat pada setiap masyarakat, akan tetapi perladangan atau pertanian yang merupakan kegiatan kebudayaan cultural activities tidak selalu ada di suatu kelompok masyarakat.
3.    Traits Complexes adalah kebudayaan yang lebih kecil dari kegiatan kebudayaan (cultural activities) setempat. Traits compleks adalah pelengkap kegiatan kebudayaan,  contohnya: sistem irigasi, sistem pengolahan tanah dan sistem kepemilikan tanah.
4.    Traits adalah unsur pelengkap yang lebih kecil dari traits compleks, misalnya alat bajak sawah  tradisional adalah unsur pelengkap dari pengolahan tanah.
5.    Items adalah unsur terkecil yang tidak dapat diuraikan lagi, misalnya:  roda dan tali kemudi,  kerbau, dan petani.


Fungsi Pendidikan dalam Kebudayaan
Di dalam transmisi kebudayaan terdapat tiga unsur utama, yaitu :
1.      Unsur-unsur yang ditransmisikan
2.      Proses transmisi
3.      Cara transmisi
Pada masyarakat modern, sekolah merupakan salah satu lembaga utama yang dipergunakan oleh orang dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, guru atau tenaga kependidikan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara makro maupun secara mikro yang meliputu nilai, kepercayaan, dan norma.
D’Antonio (1983) mendefinikan keluarga sebgai suatu unit yang terdiri dua orang atau lebih yang hidup bersama untuk suatu periode waktu, dan diantara mereka saling berbagi dalam suatu hal atau lebih, yang berkaitan dengan pekerjaan, seks, kesejahteraan, dan makanan anak-anak, kgiatan intelektual, spiritual, dan rekreasi.
Rollin dan Galligen (1978) mendefinikan keluarga sebagai suatu sistem interaksi semi tertutup di antara orang-orang yang bervariasi umur dan jenis kelaminnya, dimana interaksi tersebut terorganisasi dalam arti hubungan proses sosial dengan norma dan peranan yang ditentukan, baik oleh individu yang beriteraksi mauupun oleh masyarakat sebgai suatu ciri dari sistem tersebut.
Zimmerman (1983) mengemukakan fungsi utama keluarga adalah sebagai berikut :
1.      Pemeliharaan fisik dan kesejahteraan anggota keluarga
2.      Meambah anggota keluarga baru, baik melalui kelahiran amupun adopsi
3.      Sosialisasi anak-anak tehadap orang dewasa, seperti sebgai orang dewasa, pekerja, anggota masyarakat, dll
4.      Pengendali sosial anggota keluarga
5.      Pemelihara moral keluarga dan motivasi untuk memastikan kinerja tugas baik di dalam keluarga maupun dalam kelompok sosial lain.
6.      Produksi dan konsumsi peralatan dan pelayanan yang diperlukan untuk mendorong dan memelihara inti keluarga
Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian-pengetian seperti invensi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan.
Menurut kajian Bremeld (Tilaar: 2000) proses kebudayaan mempunyai tiga aspek yang saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu :
1.    Kebudayaan mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun merupakan suatu anyaman yang berpola
2.    Nilai-nilai kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses acquiring, dan
3.    Proses pembudayaan mempunyai tujuan

FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN
.                           A. Pendidikan dalam Lingkup Kebudayaan
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya. Dari paparan terakhir dapat ditangkap bahwa pada dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
Uraian tentang pendidikan dan kebudayaan akan diterangkan dalam urutan pembahasan dibawah ini.
1.                                 1. Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut.
2.                                                      2.    Penerusan Kebudayaan
Satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Proses tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari proses  transmisi kebudayaan. Di dalam transmisi tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu, (1) unsur-unsur yang ditransmisi, (2) proses transmisi, dan (3) cara transmisi.
Unsur-unsur kebudayaan manakah yang ditransmisi? Pertama-tama tentunya unsur-unsur tesebut ialah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya berbagai kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota di dalam masyarakat tersebut. Selain itu, berbagai sikap serta peranan yang diperlukan di dalam dunia pergaulan dan akhirnya berbagai tingkah-laku lainnya termasuk proses fisiologi, refleks dan gerak atau reaksi-reaksi tertentu dalam penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata-makanan untuk dapat bertahan hidup.
Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi di dalam lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal. Yang diimitasi adalah unsur-unsur yang telah dikemukakan di atas. Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Rangkaian transmisi berangkat dari imitasi, identifikasi, dan sosialisasi, berkaitan dengan bagaimana cara mentransimisikannya. Dalam hal ini ada dua bentuk peran-serta dan bimbingan. Cara transmisi dengan peran-serta antara lain dengan melalui perbandingan.
3.     Pendidikan dan Proses Pembudayaan
Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian seperti inovasi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan serta banyak lagi terminology lainnya. Beberapa proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Penemuan atau Invensi
Dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan penemuan-penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri yang telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di negara-negara barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membuka horizon baru di dalam kehidupan umat manusia.
b.       Difusi
Difusi kebudayaan berarti pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat setiap jaman selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang lalu lebih bersifat perlahan-lahan.
c.        Akulturasi
Salah satu bentuk difusi kebudayaan ialah akulturasi. Dalam proses ini terjadi pembaruan budaya antar-kelompok atau di dalam kelompok yang besar.
d.      Asimilasi
Proses asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antaretnis dengan subbudaya masing-masing. Biasanya proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu banyak sulit dihilangkan.
e.       Inovasi
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern mpribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
f.        Fokus
Konsep ini menyatakan adanya kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas dan variasi dalam lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya berbagai kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan Bali, aspek perdagangan, dan sebagainya. Dalam proses pembudayaan melalui fokus itu kita lihat betapa besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
g.          Krisis
Konsep tersebut merupakan konsekuensi akibat proses akulturasi kebudayaan. Suatu contoh yang jelas timbulnya krisis di dalam proses westernisasi terhadap kehidupan budaya-budaya Timur. Sejalan dengan maraknya kolonialisme ialah masuknya unsur-unsur budaya Barat memasuki dunia ketiga. Terjadilah proses akulturasi yang kadang-kadang menyebabkan hancurnya kebudayaan lokal.
h.            Visi Masa Depan
Suatu hal yang baru dalam proses pembudayaan dewasa ini ialah peranan visi masa depan. Terutama dalam dunia global tanpa-batas dewasa ini diperlukan suatu visi ke arah mana masyarakat
dan bangsa kita akan menuju. Tanpa visi yang jelas yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang hidup di dalam kebudayaan bangsa (Indonesia), akan sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa yang disebut budaya global.
B.   Perubahan Sosial dan Pendidikan
Sejalan dengan penjelasan perubahan sosial di atas maka sebenarnya di manakah letak posisi pendidikan. Dalam hal ini kita mengingat penuturan Eisentandt dalam Faisal dan Yasik (1985) institusionalisasi merupakan proses penting untuk membantu berlangsungnya transformasi potensi-potensi umum perubahan sehingga menjadi kenyataan sejarah. Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya menjembatani dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat. Melihat perkembangan masyarakat yang sering dilanda perubahan secara tiba-tiba, maka kemungkinan terjadinya dampak negatif yang akan menggejala ke dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dihindari kehadirannya.
Gejala ketimpangan budaya atau cultural lag, harus dapat diminimalisasi pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga yang berfungsi menjaga dan mengarahkan perjalanan masyarakat, pendidikan harus dapat menangkap potensi kebutuhan masyarakat. Dalam proses perubahan sosial modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan. Dikatakan pula olehnya bahwa cepatnya perubahan teknologi jelas akan membawa dampak luas ke seluruh institusi-institusi masyarakat sehingga munculnya kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain sebagainya merupakan dampak negatif yang tidak bisa dicegah. Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kebudayaan Masyarakat
a.  Kekuatan Demokratisasi
Saat ini gelombang demokratisasi sedang melanda dunia. Semenjak beberapa waktu lalu dimana-mana telah terjadi penghancuran dinasti pemerintah otoriter oleh rakyat beriringan dengan tumbuhnya pemerintah yang demokratis. Meskipun bukannya tanpa hambatan namun dewasa ini menurut Huntington (1995) gelombang demokratisasi telah mencapai tahap ketiga. Menurut pengamatannya gelombang demokratisasi yang pertama berakar dari revolusi Perancis dan revolusi Amerika yang memperjuangkan hak-hak rakyat untuk mengatur dirinya sendiri. Gelombang kedua terutama terjadi setelah perang dunia kedua dengan lahirnya nagara-negara baru di Afrika dan Asia dari daerah-daerah bekas penjajahan. Gelombang ketiga ditandai oleh pemerintah diktator di Eropa Selatan seperti Portugal telah terjadi penumbangan pemerintahan diktator pada tahun 1974, diikuti oleh pendemokrasian negara-negara Eropa Selatan lainnya seperti Yunani dan Spanyol. Sejak tahun 1980 proses demokratisasi mulai menelan dunia komunis seperti Polandia. Rontoknya Negara Negara komunis pada penghujung tahun 80-an ditandai oleh rontoknya tembok Berlin yang memisahkan Berlin Barat yang demokratis dan Berlin Timur yang komunis. Rontoknya pemerintahan diktator komunis mencapai klimaksnya dengan bubarnya negara Uni Sovyet. Sampai permulaan abad 21 ini proses demokratisasi terus berlangsung. Sampai di sini kita lihat pengertian demokrasi berhubungan
dengan sistem pemerintahan, yaitu pemerintah oleh rakyat melalui para wakilnya di dalam suatu dewan atau majelis. Demokrasi itu sendiri bukan merupakan suatu nama benda tetapi lebih merupakan suatu proses yaitu proses demokratisasi.
b. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bagaimanakah dengan keadaan kehidupan masyarakat dan negara dewasa ini? Ternyata sumber kemakmuran dan kekuatan bukan lagi terletak pada luas wilayah dan sumber daya alamnya yang melimpah tetapi telah berpindah pada penguasaan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah peradaban baru umat manusia. Terdapat tiga kekuatan yang dominan yaitu:
(1)               ilmu pengetahuan,
(2)               teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan,
(3)               informasi.
Ketiga kekuatan ini tidak berhubungan lagi secara langsung dengan nasionalitas. Ilmu pengetahuan tidak perlu menyebarangi tapal batas suatu Negara dan oleh sebab itu tidak lagi memerlukan paspor dan visa. Demikian pula informasi berembus ke mana-mana tanpa batas dan tidak ada yang dapat menghentikan atau menghambatnya
c.  Globalisasi
Globalisasi adalah proses kebudayaan yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dalam kehidupan sosial proses global telah menciptakan egalitarianisme. Di bidang budaya memicu munculnya internalisasi kultural, di bidang ekonomi menciptakan saling ketergantungan dalam proses produksi dan pemasaran, dan di bidang politik menciptakan liberalisasi. Hal-hal nyata yang terlihat dalam era global adalah meningkatnya integrasi ekonomi antar negara-negara di dunia, baik antarnegara maju, berkembang, dan keduanya. Globalisasi dengan demikian diwarnai oleh ekspansi pasar dalam bentuk konkret menjelma dalam berbagai penyelenggaraan pasar-pasar bersama regional seperti AFTA, NAFTA, APEC, EEC, dll. Ini merupakan ekspansi hubungan dagang serta formasi wilayah pasar terpadu di benua-benua Asia, Eropa, Amerika, Australia, dll. Proses per85 luasan pasar di seluruh wilayah penjuru dunia tersebut merupakan sebuah rekayasa sosial dengan skala luas, yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, dengan menggunakan berbagai instrument seperti ilmu pengetahuan, teknologi, institusi sosial, politik dan kebudayaan.
D.  Pendidikan sebagai Dasar Pengembangan Masyarakat Baru
Pendidikan telah dijadikan prioritas utama dan pertama dari banyak negara untuk dijadikan sebagai pondasi membangun masyarakat yang lebih demokratis, terbuka bagi perubahan-perubahan global dan menghadapi masyarakat digital.
 a. Arah Baru Pedagogik
Dalam perkembangannya, pedagogik terbatas kepada masalah-masalah mikro pendidikan, seperti perkembangan anak, proses belajar dan pembelajaran, fasilitas pendidikan, biaya pendidikan, manajemen pendidikan dan sebagainya. Di dalam perkembangannya dewasa ini, pedagogik ternyata tidak terlepas dari perubahan-perubahan sosial, politik dan ekonomi. Pedagogik bukan sekadar mencermati perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa, atau mengenai proses pendidikan orang dewasa, atau menyimak mengenai proses belajar dan pembelajaran, tetapi lebih luas daripada itu, yaitu menempatkan perkembangan dan kehidupan manusia di dalam tetanan kehidupan global. Dengan demikian, pedagogik bukan hanya terbatas kepada ilmu mendidik dalam arti sempit, atau sekadar aplikasi ilmu jiwa pendidikan, tetapi juga membahas mengenai keberadaan manusia di dalam kebersamaan hidup yang mengglobal bagi umat manusia.
b. Pendidikan, Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan
Pedagogik orientasi baru tersebut di atas, menunjukkan keterkaitan yang erat antara pedagogik dengan pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan politik. Demikian selanjutnya, pedagogik tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan di mana pendidikan itu merupakan bagian dari padanya. Kebudayaan merupakan sarana, bahkan jiwa dari kohesi sosial dari suatu masyarakat. Tanpa kohesi sosial tidak mungkin lahirnya proses pendidikan. Demikianlah kita melihat bagaimana peranan pendidikan di dalam menata suatu masyarakat baru. Masyarakat baru yang berdasarkan paradigma baru, akan dapat dipersiapkan melalui proses pendidikan.










BAB III
PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN

Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi
Dengan terjadinya pergeseran peran pendidikan, maka secara mendasar pendidikan perlu memiliki karakteristik sebgai berikut :
1.    Mampu mangembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban
2.    Mendukung diseminasi nilai keunggulan
3.    Mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan keagamaan
4.    Mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan nilai-nilai moral
Dengan acuan buku Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Jalal dan Supriadi, 2001), diungkapkan tentang arah pendangan dasar pendidikan nasional, visi misi tujuan  pendidikan nasional dan demokratisasi pendidikan.
Acuan pemikiran dalam penataan, dan pengembangan sistem pendidikan nasional harus mampu mengakomodasikan berbagai pandangan sehingga terjadi keterpaduan dalam konteks dengan didasarkan prinsip :
1.      Membangun prinsip kesetaraan
2.      Menciptakan konfigurasi komponen sumber
3.      Menerapkan prinsip pemberdayaaan
4.      Melaksanakan prinsip kemandirian
5.      Menciptakan prinsip toleransi dan consensus
6.      Menyusun dasar perencanaan pendidikan
7.      Menerapkan prinsip rekonstruksionis
8.      Berorientasi pada peserta didik
9.      Berdasar pada prinsip pendidikan multicultural
10.    Menerapkan prinsip globalisasi
Visi Pendidikan Nasional adalajh pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Misi Pendidikan sesuai amanat UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditempuh melalui pembelajaran dan pembudayaan bangsa dan masyarakat Indonesia agar setiap insan Indonesia berpendidikan, berbudaya, cerdas, berakar kuat pada moral dan budaya, dan berkeadilan sosial. Misi Pendidikan Nasional jangka pendek adalah pemulihan dari krisis, misi jangka menengah adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan, misi jangka panjangnya adalah tercapainya masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat madani. Tujuan Pendidikan Nasional mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas.
Makna demokratis dalam pendidikan yaitu proses pengembalian keputusan pendidikan melibatkan semua tingkatan secara maksimal, dan upaya harus dilakukan dalam rangka demokratisasi pendidikan adalah :
1.      Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
2.      Pendidikan untuk semua
3.      Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan
4.      Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan
5.      Kerja sama dengan dunia usaha dan industry
Pembelajaran berwawasaan kemasyarakatan  dilandasi oleh pemikiran dari berbagai teori pembelajaran, yaitu teori humanistik, teori progresivisme, dan teori konstruksivisme, serta pendidikan berbasis masyarakat. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan harus didasarkan pada hal-hal berikut :
1.         Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik
2.         Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran
3.         Materi pembelajaran terintegrasi dengan kehdupan sehari-hari peserta didik
4.         Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik
5.         Menekankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik
6.         Menumbuhkan kerja sama di antara peserta didik
7.         Menumbuhkan kemandirian
Menurut Galbarait (Marzuki: 2004), pendidikan berbasis masyarakat mengandung beberapa makna, yaitu :
1)      Kemampuan peserta didik meningkat
2)      Partisipasi dan demokrasi
3)      Mobilisasi aksi masyarakat
Dari pendapat tersebut terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat disimpulkan, yaitu :
1.      Determinasi Diri (self determination)
2.      Membantu dirinya sendiri (self help)
3.      Mengembangkan kepemimpinan (Leadership Development)
4.      Lokalisasi (localization)
5.      Pelayanan Terpadu (Integrated Delivery of Service)
6.      Menerima Perbedaan (Accept Diversity)
7.      Belajar Terus Menerus (Lifelong Learning)



























KOMISIONER KPU KARO TERPILIH PERIODE 2018-2023

https://www.hetanews.com/article/141331/ini-nama-nama-komisioner-kpu-kabupaten-karo-terpilih-yang-diumumkan-kpu-ri-tertanggal-24-oktober-201...