BAB I
PARADIGMA BARU PKN
Pengertian
Paradigma Baru PKn
Pendidikan Kewarganegaraan
atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang bersfat multifaset yang bidang
keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan multidimensonal.
Namun, menurut seorang hal lmu politik yang bernama Chreshore (1886), secara
filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik khususnya dari konsep “political
democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen”. Darontolog pokok nlah berkembang konsep
“Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “civicus” yang artinya
warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis
sebagai nembronya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi
menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari sudut pandang epistemologis,
menurut Barr, Barrt, dan Sherms (1978), PKn sebagaisuatu bidang keilmuan
merupakan pengembangan dari salah satu
dari lima tradsi “social studies” yakn“citizenship transmission”.
Paradigma adalah suatu
model atau kerangka berpikir. Yang dimaksud dengan paradigma baru dalam
pembelajaran PKn adalah suatu model atau kerangka berpikir yang digunakan dalam
pembelajaran PKn.
Bangsa Indonesia yang kini
tengah memasuki masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat
demokratis dan masyarakat madani (civil society), maka pendidikan
kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah perlu menyesuaikan
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah.
Adapun tugas PKn melalui
paradigma barunya adalah:
1.
Mengembangkan
kecerdasan warga negaranya (civic intelligence)
2.
Membina
tanggung jawab warganegaranya (civic responsibility)
3.
Mendorong
partisipasi warganegara (civic responsibility)
Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat
menjadi suatu “body of knowledge” yang dkenal
dan memlkparadgma sstemk yang ddalamnya
terdapat tga doman “citizenship education” yakni: doman akademis, doman
kurikuler, dan domain sosial kultural” (Winataputra:2001) Ketiga doman itu satu
sama lain memiliki keterkatan struktural dan fungsonal yang menurut Center for
Civic Education (1998) di Amerika Serikat dekat oleh konseps kebajikan dan
budaya kewarganegaraan (civic virtue and culture) yang mencakup pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), watak
kewarganegaraan (civic disposition), keteramplan kewarganegaraan (civic
skills), kepercayaan kewarganegaraan (civic confidence), komtmen
kewarganegaraan (civic commitment), dan kompetens kewarganegaraan (civic
competence).
Oleh karena tu, ontologi PKn
saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya sehingga kajian keilmuan PKn,
program kurikuler PKn, dan aktivitas sosal-kultural PKn saat nbenar-benar bersifat multifaset/multdmensonal.
Sfat multidmensionalitas inlah yang membuat bidang studi PKn dapat disebut sebagai:
penddkan kewarganegaraan, penddkan poltk, penddkan nladan moral, penddkan
kebangsaan, penddkan kemasyarakatan, penddkan hukum dan hak azasmanusa, dan
penddkan demokras. Kemana arah pengembangan PKn di Indonesa? Hal itu tergantung dari aspek ontology mana
kita berangkat, dengan metode kerja epistemology mana pengetahuan itu dibangun,
dan untuk ariah tujuan aksiologis mana kegIatan Itu akan membawa implikasi. Bagi negara kita, Indonesa, arah pengembangan
PKn tdak boleh keluar dari landasan deologs Pancasla, landasan konsttusonal UUD
1945, dan landasan operasional Undang-undang Sisdiknas yang berlaku saat in,
yaknUU Nomor 20 tahun 2003. Bukalah UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003. Temukan
pasal yang mengatur tentang Pendidikan Kewarganegaraan untuk tingkat satuan
pendidikan Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu
bentuk dari domain kurikuler PKn. Sesuai dengan namanya, PKn merupakan mata pelajaran dalam kurkulum
SD/MI.
Secara ontologis, mata
pelajaran ini berangkat dari nilai-nilai Pancasila dan konsepsi kewarganegaraan. Secara epistemologis, mata pelajaran ini
merupakan program pengembangan individu, dan secara aksiologis mata pelajaran
ini bertujuan untuk pendewasaan peserta ddk sebagaanggota masyarakat, warga negara,
dan komponen bangsa Indonesa. Oleh karena tu, karakterstk kurkulum PKn yang
perlu dkembangkan dalam Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP) hendaknya untuk
mencapatarget hIngga terjadinya artikulasi proses “belajar tentang, melalui
proses, dan untuk menumbuhkan demokrasi konstitusional Indonesia sesuai dengan
UUD NRI 1945”, yang secara konseptual dadaptasdarkonsep “learning about,
through, and for democracy” (CIVITAS: 1996, 2001; Kerr:1996; Winataputra,
2001).
Oleh karena itu, secara umum pembelajaran PKn
di SD adalah pengembangan kualtas warga negara secara utuh sebagamana pernah
durakan dalam naskah akademk Alur Pakar Pengembangan Kurkulum SD/MI (Dtnaga
Dkt, 2005) dalam aspek-aspek: kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic
literacy), yaknpemahaman peserta ddk sebagai warga negara tentang hak dan
kewajiban warga negara dalam kehidupan demokraskonsttusonal Indonesa serta
menyesuakan perlakunya dengan pemahaman dan kesadaran untuk komunkasi sosial
kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan kemampuan
peserta didik sebagawarga negara untuk melbatkan diri dalam komunikasi
sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya. pemecahan masalah
kewarganegaraan (civic skill and participation), yaknkemauan, kemampuan, dan
keteramplan peserta didik sebagawarga negara dalam mengambl prakarsa dan/atau
turut serta dalam pemecahan masalah sosal-kultur kewarganegaraan dlngkungannya.
Penalaran kewarganegaraan
(civic knowledge), yakni kemampuan peserta ddk sebagai warga negara untuk
berpikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide, instrumentas, dan
praksis demokraskonsttusonal Indonesa.partisipasi kewarganegaraan secara
bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility), yakni
kesadaran dan kesapan peserta ddk sebagawarga negara untuk berpartisipasi aktif
dan penuh tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi konsttusonal. PKn untuk
persekolahan sangat erat katannya dengan dua disipln lmu yang erat dengan
kenegaraan, yakni Ilmu Poliitk dan Hukum yang terntegrasdengan humanora dan dimensi
keilmuan lannya yang dkemas secara ilmiah dan pedagogs untuk kepentingan
pembelajaran di sekolah. Oleh karena
itu, PKn ditingkat persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para peserta
didik sebagai warga negara yang cerdas dan bak (to be smart dan good
citizen). Warga negara yang dmaksud
adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keteramplan
(skills), skap dan nla(attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk
menumbuhkan rasa kebangsaan dan cnta tanah ar.
Di SD, PKn lebih dttkberatkan
pada penghayatan dan pembasaan druntuk berperan sebagawarga negara yang
demokrats dalam konteks Indonesa. Untuk itu guru PKn harus menjadi model warga
negara yang demokratis sehingga menjadi teladan bagpeserta ddknya. Dalam program PGMI dLPTK, PKn sebaga
matakulah merupakan program pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan
penguasaan calon guru/guru SD mengenai substansi dan metodologi pembelajaran
PKn dISD. Bertolak darberbagapertmbangan sebagamana durakan Di atas, maka
Wnataputra dan Saprya (2003:99-100) pernah mengorgansaskan kurkulum PKn dan IPS
untuk Sekolah Dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran PKn tersebut
sebagaI berkut. • Pada jenjang SD kelas rendah (lower primary), yakni rentang
kelas 1 s/d 3, pengorgansasian materi pendidikan kewarganegaraan menerapkan
pendekatan terpadu (integrated) dengan fokus model pembelajaran yang
berorientasi pada pengalaman (experence orented) dengan memanfaatkan pola
pengorgansasian lingkungan yang meluas (expanding environment/ community approach).
Tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan di kelas rendah ini adalah untuk
menumbuh- kembangkan kesadaran dan pengertan awal tentang pentingnya kehidupan
bermasyarakat secara tertib dan damai.
Melalui pembahasaan para
peserta didik dikondsikan untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagaanggota
keluarga, warga sekolah, dan warga masyarakat dlngkungannya secara cerdas dan
bak (good and smart citizen). Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk
belajar sambil bermain (learning through gaming), belajar sambil berbuat
(learning by doing), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural di
lingkungannya (enculturation and socalzaton).
Pada jenjang kelas 1 sampai
3 yakni menerapkan pendekatan terpadu (integrated) dengan model pembelajaran
yang berorentasI pada pengalaman (experence orented) dengan pola pengorganIsasIan
lingkungan meluas (expandng envronment/communty approach) dengan vsutama
sebagapenddkan nilai dan moral demokras(democracy value and moral
education). Perbedaannya, pada jenjang SD
kelas tinggi, pembelajaran sudah mulai
dikenalkan mata pelajaran yang terpisah.
Guru SD sebagai guru kelas membelajarkan lima mata pelajaran (Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn) secara terpisah. Namun, dianjurkan pula untuk beberapa kompetensi
dasar, agar guru menerapkan pendekatan tematik (Integrated) sesuadengan
memperhatkan prnsp kontekstual, aktualtas, dan kebutuhan peserta didik.
Untuk itu maka substansi pendidikan
kewarganegaraan dikelas tinggi dipilih
dan diorgansasikan secara terorkestras(orchestrated) dengan menekankan pada
tumbuh- kembangnya lebih lanjut kesadaran, pengertian, tentang pentingnya
kehidupan bermasyarakat secara tertib dan damai dan mulai tumbuhnya
tanggungjawab kewarganegaraan (civic responsblty). Para peserta ddk dkondskan,
difasiltasi, dan ditantang untuk selalu berskap dan berperilaku sebaga anggota
keluarga, warga sekolah, dan warga masyarakat dlngkungannya yang cerdas dan
bak. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil bermain
(learning through gaming), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui pembiasaan serta
Interakssosal-kultural dlngkungannya (enculturaton and socalzaton) termasuk
dlngkungan bermain.
Tujuan akhir dari
pendidikan kewarganegaraan di kelas SD ini adalah tumbuh- kembangnya kepekaan,
ketanggapan, krtsas, dan kreatvtas sosal
dalam konteks kehdupan bermasyarakat secara tertb, dama, dan kreatf.
Para peserta ddk dkondskan untuk selalu berskap kritis dan berperlaku kreatf
sebagaanggota keluarga, warga sekolah, anggota masyarakat, warga negara, dan
ummat manusa dlngkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran
diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat (learning by doing),
belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving learning), belajar
melalui perlibatan sosial (socio-participatory learning), dan belajar melalu nterakssosal-kultural
sesuadengan konteks kehdupan masyarakat. Untuk mempermudah kajian dan analisis
PKn dalam mencapai tujuannya, maka para mahasiswa perlu mengenal sejumlah
dimensi. Apa saja dimensi PKn itu? Pendidikan
Kewarganegaraan yang ada di Indonesia sepertyang berkembang dnegara lan memiliki
multidimensional, artinya bahwa program PKn bukan hanya untuk satu tujuan.
Winataputra (2001)
mengemukakan bahwa ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagaiprogram
kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagaprogram sosial
kultural. Dalam pelaksanaan program,
tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara bersamaan
(overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan umum, yaknmembentuk warga negara
yang cerdas dan bak. Khusus untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tujuan PKn dapat dilihat dalam
Undang-Undang Republk Indonesa Nomor 20 tahun 2003 tentang Sstem Penddkan
Nasonal pada bagian Penjelasan Pasal 37 ayat (1) bahwa “Penddkan
kewarganegaraan dmaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.”
Domain PKn sebagai program
kurikuler merupakan program PKn yang drancang dan dibelajarkan kepada peserta
didik pada jenjang satuan pendidikan tertentu.
Melalui domain ini, proses penilaian dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik terhadap program pembelajaran dan program pembangunan
karakter. Namun diakui oleh para pakar
bahwa pencapaan program PKn dalam doman kurkuler belumlah optmal karena mash
adanya kelemahan dalam dmenskurkuler, sepert masalah landasan, pengorganisasian
kurikulum, buku pelajaran, metodologi, dan kompetensi guru.
Domain PKn sebagai program
akademik merupakan program kajian ilmiah yang dilakukan oleh komuntas akademk
PKn menggunakan pendekatan dan metode penelitian lmah untuk memecahkan
masalah-masalah konseptual dan operasonal guna menghaslkan generalsasi dan teori
untuk membangun batang tubuh kelmuan PKn.
Kajian ini lebih memperjelas bahwa PKn bukan semata-mata sebagai mata
pelajaran dalam kurkulum sekolah melainkan
pendidikan disipln lmu yang memilki tugas komprehensf dalam arti bahwa semua
community of scholars mengemban amanat (missions) bukan hanya dbdang telaah instrumental,
prakss-operasonal dan aplkatf melainkan dalam bidang kajian teoritis-konseptual
yang terkait dengan pengembangan struktur lmu pengetahuan dan body of
knowledge.
Domain PKn sebagai program
sosial kultural pada hakikatnya tdak banyak perbedaan dengan program kurikuler
dilihat dari aspek tujuan, pengorganisasian kurikulum dan materi
pembelajaran. Perbedaan terutama pada
aspek sasaran, kondisi, dan karakteristik
peserta didik. Program PKn ini
dkembangkan dalam konteks kehdupan masyarakat dengan sasaran semua anggota
masyarakat. Tujuannya lebih pada upaya
pembinaan warga masyarakat agar menjadi warga negara yang baik dalam berbagai
stuasi dan perkembangan zaman yang senantiasa berubah. Bangsa Indonesa pernah
menyelenggarakan PKn melalui program sosal kultural pada masa pemerntahan Orde
Baru, yakni melalui berbagai program penataran P4. Program nsekarang sudah tdak
ada lagi karena di pandang telah
menympang dartujuan sehingga tidak efektif lagi. Namun, dipandang dari sudut kepentingan
berbangsa dan bernegara, terutama dalam pembangunan karakter bangsa, PKn
melaluprogram sosal kultural nsangat pentng. Oleh karena tu, program PKn dalam
dmenssosal kultural pada pasca dbubarkannya BP7 dan penghentan program
penataran P4 perlu direvtalsasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
pembangunan karakter warga negara Indonesa yang bak.
Rangkuman
Pendidikan Kewarganegaraan
atau PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas
bidang keilmuan. Namun secara filsafat keilmuan ia memlkontolog pokok lmu poltk
khususnya konsep “political democracy” untuk aspek “duties and rights of
citizen”. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara
harfiah diambil dari bahasa Latin “Civicus” yang artinya warga negara pada
jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya
“civic education”, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Secara
epstemologs, PKn sebagasuatu bdang kelmuan merupakan pengembangan darsalah satu darlma trads“social studies”
yakn “citizenship transmission”. Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi
suatu “body of knowledge” yang dkenal
memiliki paradigma sistem yang didalamnya terdapat tiga doman “citizenship education”
yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural”.
PKn di SD menekankan pada
pengembangan kualtas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek:
kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), komunkassosal kultural
kewarganegaraan (civic engagement); pemecahan masalah kewarganegaraan (civic
skill and participation), penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), dan
partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and
civic responsibility).
Penddkan Kewarganegaraan
yang ada di Indonesa seperti yang berkembang di negara lan memiliki
multidimensonal, artinya bahwa program PKn bukan hanya untuk satu tujuan. Ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagai
program kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagai
program sosal kultural. Dalam pelaksanaan
program, tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara
bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan umum, yakni membentuk
warga negara yang cerdas dan bak.
Tes FormaTiF
1:
Lingkarilah salah satu kemungkinan
jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.
Dilhat
darasal-usulnya penddkan kewarganegaraan merupakan bagan dar lmu poltk terutama
dari istlah ...
- contemporary poltc
- poltcal democracy
- poltcal party
- poltcal organzaton
2.
Pendekatan
interdisplner atau multdsplner mengandung pengertan yang menekankan pada aspek:
A.
bahan
pembelajaran
B.
metode
pembelajaran
C.
strategi
penyajian
D.
evaluasi
pembelajaran
3.
Pendekatan
atau strategi pembelajaran yang cocok karena sesuai dengan karakteristik anak
usa SD/MI adalah …
A.
structural
B.
Integrated
C.
separated
D.
correlated
4.
Pendekatan
pembelajaran PKn tersebut sesuai dengan ciri anak SD/MI yang memiliki kemampuan
berpkr yang bersfat …
A.
abstrak
B.
preoperasonal
C.
holstk
D.
deduktf
5.
Penyelenggaraan
pembelajaran PKn di tiap satuan pendidikan formal merupakan dmensPKn sebaga...
A.
program
sosal kultural
B.
program
kurkuler
C.
program
akademk
D.
program
penddkan brokrat
6.
keterkatan
PIPS dan PKn dapat dlhat darpendapat Barr, Bart dan Sherms (1978) sebagaberkut:
A.
Social
Studies as citizenship transmission
B.
Social
Studies as social sciences
C.
Social
Studies as reflective inquiry
D.
Social
Studies as personal development
7.
Salah
satu kontribusi ilmu politik terhadap pembelajaran PKn adalah kemampuan (skill)
dalam ....
A.
membuat
kesmpulan
B.
membuat
keputusan
C.
pemecahan
masalah krusal
D.
mencptakan
masalah actual
8.
Karakteristik
pembelajaran PKn SD/MI adalah ... kecuali:
A.
pembelajaran
yang meluas (broad field)
B.
belajar
terpadu (integrated learning)
C.
pembelajaran
tematik (thematical learning)
D.
pembelajaran
disiplin ilmu (disciplinary learning)
9.
Kemampuan
yang perlu diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa SD/MI kelas rendah
terutama dalam masalah afektf adalah aspek …
A.
mengklarifikasi
isu-isu untuk pengambilan keputusan
B.
pengumpulan
data emprs dan data yang berkatan dengan nIlai
C.
mempertmbangkan
alternatf tndakan dan akbat-akbatnya
D.
kemampuan
membasakan drdalam berskap peka
10.
Dengan
memperhatikan karakteristik siswa SD/MI, maka pembelajaran PKn untuk siswa
kelas rendah perlu dsampakan secara ... kecuali:
A.
terpadu
B.
tematk
C.
disipliner
D.
kontekstual
BAB II
PROFIL DAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN [PKN]
Pengantar profil dan dimensi PKn
Pada kegiatan belajar ini,
akan dibahas dimensi pembelajaran PKn.
Persoalan ini perlu dangkat mengngat fokus utama dari penddkan kewarganegaraan
adalah yaknwarga negara yang cerdas dan baik.
Profil warga negara ini merupakan syarat bagi terwujudnya masyarakat
yang demokratis dalam menuju masyarakat madani. Dengan demikian, dimensi pembelajaran yang
diperlukan adalah pembelajaran yang dapat mempersiapkan warga negara yang mampu
hdup dalam masyarakat demokrats.
Dengan kata lan, perlu ada sejumlah alternatif
model pembelajaran PKn yang mampu mengantarkan dan mengisi masyarakat
demokrats. Dalam masa transisi atau
proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan
kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dan mata kulah di perguruan tnggperlu
menyesuakan diri dengan perkembangan zaman sejalan dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat yang sedang berubah.
Tuntutan dan tantangan masyarakat yang selalu berubah ini tidak dapat dipisahkan
darpengaruh lngkungan sektar yang pada gilirannya berpengaruh pula terhadap
kehdupan bangsa dalam konteks yang lebh luas. Proses pembangunan karakter
bangsa (national character building) yang sejak proklamaskemerdekaan RI telah
mendapat prioritas tdak sterl pula dar pengaruh perubahan nsehngga perlu direvitalsasi
agar sesuadengan arah dan pesan Konsttusi Negara Kesatuan Republk Indonesa
(NKRI). Pada hakekatnya proses
pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu
masyarakat Indonesa yang menempatkan demokrasdalam kehdupan berbangsa dan
bernegara sebagai titik sentral.
Dalam proses tulah,
pembangunan karakter bangsa kembali di rasakan sebagakebutuhan yang sangat
mendesak yang harus dijawab oleh pendidikan kewarganegaraan dengan paradgma
barunya. Tugas PKn dengan paradgma yang
direvitalsasin adalah mengembangkan penddkan demokrasyang mengemban tga
fungspokok, yaknmengembangkan kecerdasan warganegara (civic intelligence),
membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan mendorong
partspaswarganegara (civic participation).
Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warganegara
yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional dan intelektual semata melainkan
juga dalam dimensi spiritual, emosonal dan sosal sehngga paradgma baru PKn
bercrkan multdmensonal. Bagamana PKn
mengembangkan warga negara yang demokratis melalutga fungs pokoknya itu?
Untuk mengembangkan
masyarakat yang demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan suatu
strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang sesuai dengan paradigma PKn
yang baru. Sebelum mengembangkan model
pembelajaran yang dimaksud, terlebh dahulu perlu dkemukakan dahulu tentang
konsep warga negara yang demokrats. Oleh
karena itu, bab ini akan membahas secara berturut-turut dua topik utama, yakni:
(1) Warga negara demokratis dan (2) Pembelajaran PKn untuk warga negara demokrats
Dengan menganalisis kehidupan warga negara yang demokrats dan bagamana
pembelajaran untuk membentuk warga negara yang demokratis dalam paradigma PKn
yang baru, para pembaca dharapkan memlkkemampuan : (1) memahami kebutuhan
kualitas WNI yang demokratis; dan (2) membelajarkan PKn untuk kewarganegaraan
yang demokrats. Selain itu, menguasai paradigma
baru PKn baik tentang kualitas warga negara yang demokratis maupun pembelajaran
untuk mengembangkan warga negara yang demokratis penting bagcalon guru dan atau
guru-guru pemula yang serng mengalami kesulitan dalam memilih dan menyusun
materi serta menentukan model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan
tertentu. Khusus bagi calon guru dan
guru pemula dharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam
menerapkan model pembelajaran PKn dengan paradigma baru. Dengan memahami dan menguasai materiini diharapkan
anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menguasai materi
dan membelajarkan PKn yang sesua dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini.
Dengan demikian, kemampuan
anda dalam menerapkan model pembelajaran PKn menjadi semakin kaya dan implikasi
lebih lanjut, para siswa akan semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya
memiliki kemampuan yang memada. Pada bagan pendahuluan telah dkemukakan bahwa
kebutuhan akan adanya revitalisasi paradigma PKn saat ini sudah mendesak. Bangsa Indonesa saat ini sedang mengalami perubahan
ke arah terbentuknya masyarakat demokratis yang sesungguhnya sesuadengan pesan
dan misi gerakan reformasi dalam segala
bdang terutama bidang politik dan hukum.
Namun, pembentukan masyarakat demokratis tidaklah mudah terutama bagi
masyarakat yang memiliki pengalaman pada masa lampau yang ihdup dalam
lingkungan masyarakat yang tidak demokratis atau undemocratic democracy.
Dapat dikatakan bahwa
membentuk masyarakat demokratis itu
perlu direncanakan. Artinya
masyarakat demokratis tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu dipersiapkan
karena demokrasadalah karakter atau watak yang dapat terbentuk melalusuatu
proses. Alexis de Toqueville, negarawan
Perancis yang hijrah ke Amerika Serikat, menyatakan “The habits of the mind, as
well as ‘habits of the heart’, the dispositions that inform the democratic
ethos, are not inherited.” (Branson,
1999:2) Artnya, kebasaan pikiran dan juga ‘kebiasaan hati’ yakni watak yang
menginformasikan demokrasi tidak diturunkan. Dengan kata lain, seorang demokrat
belum tentu melahrkan seorang anak yang demokrat apabila anak itu tidak belajar
demokrasi. Untuk menjadi seorang demokrat perlu proses pendidikan dan
pembelajaran. Demokrasi sering dikatakan sstem pemerntahan yang cerdas dan rasional.
Suatu negara tidak dapat hidup
secara demokrats apabla masyarakatnya dalam keadaan miskin, bodoh, dan tdak
terdidik. Dengan kata lan, masyarakat
demokrats baru dapat terwujud apabila masyarakatnya berpendidikan, cerdas,
memiliki tingkat penghidupan yang cukup (layak), dan mereka punya keinginan
berpartspasaktf dalam kehdupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena persyaratannya begtu tinggi maka
sering dkatakan pula bahwa demokrasadalah sistem pemerntahan yang mahal.
Dalam prinsip pemerntahan
demokratis terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negara. Hak berpartisipasiini
membebankan tanggung jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara
tanggung jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak
meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan prnsp-prnsp keadlan. Agar warga
negara dapat berpartspassecara efektf, dperlukan bekal pengetahuan dan
keteramplan, pengalaman prakts, dan pemahaman tentang pentngnya partspaswarga
negara. Mempersiapkan warga negara yang memlkkualtas seperttersebut datas
merupakan tugas pokok kependidikan, bak penddkan sekolah maupun penddkan luar
sekolah. Khusus dalam pendidikan persekolahan, Penddkan Kewarganegaraan (PKn)
memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membna warga
negara dengan kualtas seperti terurai diatas. Tujuan pendidikan kewarganegaraan
adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik
dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar
demokrasi konstitusional Indonesia.
Partisipasi warga negara
yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu
pengetahuan dan keteramplan ntelektual serta keteramplan untuk berperan serta.
Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih
lanjut melalui pengembangan dspossatau watak-watak tertentu yang menngkatkan
kemampuan ndvdu berperan serta dalam proses poltk dan mendukung berfungsnya
sstem poltk yang sehat serta perbakan masyarakat. Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di
atas, selayaknya pembelajaran PKn dapat membekalsswa dengan pengetahuan dan
keteramplan ntelektual yang memadai serta pengalaman prakts agar memliki
kompetensi dan efektivitas dalam berpartspas. Oleh karena tu, ada dua hal yang
perlu mendapat perhatian kita dalam mempersapkan pembelajaran PKn di kelas,
yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan
pembelajaran.
Hal terakhir ini merupakan titik yang masih
lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara yang
demokratis. Pembelajaran partispatif
yang berbass portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatf utama
guna mencapai tujuan PKn tersebut. Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang
model pembelajaran PKn yang berbasis
portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi PKn dengan revitalisasi paradigmanya
dkembangkan dalam bentuk standar nasonal PKn, yaknstandar kompetens(SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang pelaksanaannya berprnsp pada implementasi kurkulum terdesentralsasi.
PKn dengan revitalisasi paradigma bertumpu
pada kemampuan dasar kewarganegaraan ( civic competence) untuk semua jenjang
SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA. Kemampuan
dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk sejumlah
kemampuan disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan dengan tingkat
perkembangan para sswa. Kemampuan diuraikan dalam bentuk butiran standar
kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menternomor 22 tentang Standar Isi(SI) dan 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
Sejarah
Kurikulum PKn Di Indonesia
Dalam sejarah penggunaan kurikulum di Indonesia setelah
merdeka, ada sepuluh kurikulum yang pernah dipakai yaitu kurikulum pasca
kemerdekaan 1947, 1949, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan KBK yang
disempurnakan menjadi kurikulum KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Sebagai mata pelajaran di
sekolah,Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang
fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat dilihat
dalam substansi kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan
dengan kepentingan negara. Secara historis, epistemologis dan pedagogis,
pendidikan kewarganegaraan berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai
dengan diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam kurikulum SMA
tahun 1962 yang berisikan materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945 (Dept. P&K: 1962). Pada saat itu, mata pelajaran Civics
atau kewarganegaraan, pada dasarnya berisikan pengalaman belajar yang
digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan politik,
pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut
secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum
tahun 1946. Namun secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957
terdapat mata pelajaran tata negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946
terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya memasukkan
pengetahuan mengenai pemerintahan.
Kemudian dalam kurikulum tahun
1968 dan 1969 istilah civicsdan Pendidikan Kewargaan Negara
digunakan secara bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya dalam
Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai
sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia,
geografi Indonesia, dan civics (d iterjemahkan sebagai pengetahuan
kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan
Kewargaan Negara yang berisikan sejarah Indonesia dan Konstitusi termasuk
UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum SMA 1968 terdapat mata pelajaran Kewargaan
Negara yang berisikan materi, terutama yang berkenaan dengan UUD 1945.
Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969 mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara yang isinya terutama berkenaan dengan sejarah Indonesia, konstitusi,
pengetahuan kemasyarakatan dan hak asasi manusia (Dept. P&K: 1968a; 1968b;
1968c; 1969). (Winataputra, 2006 : 1). Secara umum mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara membahas tentang nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika,
agama dan kebudayaan (Somantri, 2001:298)
Pada Kurikulum tahun 1975 istilah
Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan dengan missi pendidikan
yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran PMP ini merupakan
mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan. Mata
pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai dengan
berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum 1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) pada masa itu berorientasi pada value inculcation dengan
muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Winataputra dan Budimansyah,
2007:97)
Dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional
yang menggariskan adanya muatan kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan, sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis dan
jenjang pendidikan (Pasal 39), Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah tahun 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan
memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau
PPKn. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum PPKn 1994
mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-butir
nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber
resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau spiral
of concept development (Taba,1967). Pendekatan ini mengartikulasikan
sila-sila Pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan
kelas serta catur wulan dalam setiap kelas.
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya didominasi oleh proses value
incucation dan knowledge dissemination. Hal tersebut
dapat lihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan
butir-butir setiap sila Pancasila. Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk
menanamkan sikap dan prilaku yang beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta
untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk memahami, menghayati dan
meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam berprilaku sehari-hari
(Winataputra dan Budimansyah, 2007:97).
Dengan dberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama
Kurikulum berbasis Kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan
berubah nama menjadi Kewarganegaraan. Tahun 2006 namanya berubah kembali
menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat
perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan kurikulum yang diserahkan
pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berbagai perubahan yang dialami
dalam pengimplementasian PKn sebagaimana diuraikan diatas menunjukkan telah
terjadinya ketidakajekan dalam kerangka berpikir, yang sekaligus mencerminkan
telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya krisis
operasional kurikuler.
Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan
dapat terangkum sebagai berikut :
(a) Kewarganegaraan
(1956)
(b) Civics
(1959)
(c) Kewarganegaraan
(1962)
(d) Pendidikan
Kewarganegaraan (1968)
(e) Pendidikan
Moral Pancasila (1975)
(f) Pendidikan
Pancasila Kewarganegaraan (1994)
(g) Pendidikan
Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)
Dari penggunaan istilah
tersebut sangat terlihat jelas ketidakajegannya dalam mengorganisir pendidikan
kewarganegaraan, yang berakibat pada krisis operasional, dimana terjadinya
perubahan konteks dan format pendidikannya. Menurut Kuhn (1970) krisis yang
bersifat konseptual tersebut tercermin dalam ketidakajekan konsep atau istilah
yang digunakan untuk pelajaran PKn. Krisis operasional tercermin terjadinya
perubahan isi dan format buku pelajaran, penataran yang tidak artikulatif, dan
fenomena kelas yang belum banyak dari penekanan pada proses kognitif memorisasi
fakta dan konsep. Kedua jenis krisis tersebut terjadi karena memang sekolah
masih tetap diperlakukan sebagai socio-political institution, dan masih
belum efektifnya pelaksanaan metode pembelajaran secara konseptual, karena
belum adanya suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg
diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan
operasional.
Variabilitas kurikulum yang digunakan berimplikasi
terhadap variabilitas penuangan mata pelajaran yang harus dipelajari. Secara
umum bisa dijelaskan karena adanya substansi determinan atau landasan kurikulum
yang digunakan tidak sama. Meskipun unsur-unsur umum determinan kurikulum itu
sama yaitu faktor filosofis, sosiologis, psikologis, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, namun pada setiap masa memiliki suatu kecederungan tersendiri yang
menjadi warna dominan dari kurikulum itu sendiri, sebagai alat pencapaian
tujuan pendidikan. Perbedaan ini juga turut menentukan mata pelajaran apa saja
yang harus dipelajari, juga prinsip-prinsip cara mempelajari mata pelajaran
yang ada dalam struktur kurikulum yang bersangkutan.
Landasan filosofis, berkaitan dengan pandangan hidup
negara. Filosofis negara ini akan mengarahkan pada penentuan tujuan umum
pendidikan nasional. Perbedaan filosofis negara, atau adanya perbedaan
konsistensi pengamalan nilai-nilai filosifis akan mempengaruhi filsafat
pendidikian dan filsafat kurikulum yang digunakan. Tentu ini pun akan mengarah
pada susunan mata pelajaran yang harus dipelajari.
Landasan sosiologis, berkaitan dengan sistem nilai,
norma, adat isitiadat, tata aturan bermasyarakat dan bernegara juga berpengaruh
terhadap penggunaan sistem kurikulum. Dalam aspek sosiologis di dalamnya adalah
sistem politik yang berlaku, ikut menentukan tentang apa yang harus dipelajari,
kedalaman dan keluasannya, serta teknis pengembangannya.
Contoh ketika sistem politik negara menggunakan sistem
sentralistik, maka pengembangan kurikulum didominasi oleh pemerintah pusat,
kurang atau bahkan mungkin tidak melibatkan pemerintah daerah atau guru sama
sekali. Namun ketika sistem politik berubah menjadi desetralisasi, kebijakan
pengembangan kurikulum pun berubah, yang tadinya terpusat sebagian
didesentralisasikan ke daerah (pemerintah daerah dan sekolah, guru).
Contoh lainnya, terdapat perbedaan kurikulum, jenis dan
jumlah mata pelajaran antara negara yang demokratis dan negara yang tidak
terlalu menonjolkan demokratis. Bahkan sesama negara demokratis pun masih
terdapat variabilitas.
Determinan berikutnya yaitu unsur psikologis. Situasi
kondisi sasaran kurikulum ikut mempengaruhi konsep dan model kurikulum. Akan
terdapat perbedaan mata pelajaran, setidaknya tingkat kesulitan dan cakupannya,
antara jenjang pendidikan satu dengan lainnya. Antara pendidikan normal dan
pendidikan luar biasa.
Selain dari pada itu, pandangan psikologi atas bagaimana
manusia belajar bermacam-macam, di antaranya ada behavioristik, kognitivistik,
dan konstruktivistik. Ketiga jenis pandangan tersebut berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Penggunaan salah satu dari tiga pandangan atas belajar di
atas, akan berpengaruh terhadap apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara
mempelajarinya.
Determinan terakhir yaitu bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi kurikulumnya itu
sendiri. Kemajuan IPTEK akan melahirkan tuntutan untuk mempelajari IPTEK
kontemporer. IPTEK kontemporer memiliki karakteristik tersendiri tentang bagaimana
cara untuk mempelajarinya.
Uraian di atas, menjelaskan kepada kita bahwa
perkembangan mata pelajaran dipengaruhi oleh model konsep kurikulum yang
digunakan. Suatu jenis model kurikulum itu sendiri memiliki karakteristik
disain (tujuan, materi, strategi, dan evaluasi) tersendiri.Di bawah ini tabel
perbandingan jurusan dan mata pelajaran yang hilang dan muncul pada kurikulum
kurikulum 1964 sampai dengan KTSP
Tabel 1 Perbandingan
Jurusan dan Mata Pelajaranyang Hilang dan Muncul pada Kurikulum 1964 sampai dengan
KTSP (Belen, 2007)
No.
|
Kurikulum
|
Jurusan
yang hilang
|
Jurusan
yang muncul
|
Mapel
yang hilang
|
Mapel
yang muncul
|
1
|
1964
|
|
Jurusan
Budaya SMA
|
|
Prakarya
|
2
|
1968
|
|
|
Berhitung
|
Matematika
Pendidikan Kesehatan Keluarga Kecakapan Khusus |
3
|
1975
|
Jurusan
Budaya SMA
|
SMA:
Jurusan IPA, IPS, Bahasa. Jurusan Budaya menjadi jurusan bahasa
|
Bahasa
Indonesia
Tulisan Arab Bahasa Jawa Kuno |
Muncul Broadfield:
Matematika, IPA, IPS Bahasa Indonesia, Civics menjadi PMP (Pendidikan
Moral Pancasila)
|
4
|
1984
|
|
SMA:
Program B (Vokasional) tak dilaksanakan. Jurusan IPS dan Bahasa tetap.
Jurusan IPA di bagi dua: Jurusan ilmu-ilmu fisik dan jurusan ilmu-ilmu hayati. Jurusan Agama untuk Madrasah Aliyah. |
Tata Buku.
Pendidikan Keterampilan dan Pendidikan Seni tergabung menjadi Pendidikan
Kertakes.
Pada Pendidikan Bahasa Indonesia dikenalkan Pragmatic. |
Akuntansi,
Sosiologi, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), Tata Negara, Muatan
Lokal, Keterampilan, Budaya.
|
5
|
1994
|
Program B
SMA, Jurusan Ilmu-ilmu Fisik dan Ilmu-ilmu Hayati digabung ke jurusan IPA.
|
Penjurusan
di kelas 3 SMA: IPA, IPS, Bahasa.
|
Tata buku,
Pendidikan Keterampilan dan Pendidikan Seni tergabung menjadi kertakes.
Pada Pendidikan Bahasa Indonesia dikenalkan Pragmatic |
PMP
menjadi PPKn. B. Indonesia dan B. Inggris menggunakan communicative
approach. Muncul bahasa Jepang dan Mandarin.
Muatan Lokal di SD dan SMP. |
6
|
KBK
|
Jurusan
Agama SMA
|
Penjurusan
kembali ke kelas 2 SMA.
Tematik untuk kelas I dan II SD. |
PPKn
menjadi PKn. Di SMA Antropologi digabungkan ke Sosiologi. Diberi jam untuk
pembiasaan di SD dan SMP. Muatal lokal tak ditangani.
|
Bahasa
Inggris SD dan Komputer SD menjadi pilihan. ICT di SMA. Konsep Kimia
dimasukkan ke IPA. Konsep Sosiologi dimasukkan ke IPS. Pembiasaan di SD dan
SMP.
|
7
|
KTSP
|
|
Tematik
kelas I-III SD.
|
|
Antropologi
terpisah dari Sosiologi di SMA. IPA dan IPS terpadu di SMP. Muatan Lokal
dihidupkan lagi bahkan sampai SMA. Pengembangan Diri (Pembiasaan) bahkan
sampai SMA.
|
PERKEMBANGAN PKN
(Pendidikan Kewarganegaraan)
A. Perkembangan PKN
di Amerika Serikat
1.
Civics
Numan sumantri
menggambarkan civics, pada istilah pada zaman Yunani yaitu penduduk sipil yang
mempraktekkan demokrasi langsung dalam “negara kota” (polis). Istilah ini
kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat untuk diguaka sebagai istilah
pelajaran demokrasi politik di sekolah-sekolah dan digunakan untuk membedakan
dalam pelajaran ilmu politik di universitas-unversitas karena dalam pelajaran
civics ini organisasinya akan diorganisir secara psiklogis (psychologically
organized). Maksudnya agar civics bias dipahami, dimengerti sesuai dengan
tingkat umur pelajar (Numan somantri, 1976:46). Pelajaran civics mulai
diperkenalkan pada tahun 1970 di Amerika Serikat dalam rangka mengAmerikakan
bangsa Amerika”. Isinya membicarakan mengenai pemerintahan, hak dan kewajiban
warga negara.
2.
Community Civics
Pada tahun 1907 lahir gerakan
Community Civics yang dipelopori oleh W.A.Dunn dimaksudkan agar pelajaran civic
lebih fungsional bagi pelajar. Isi civics menurut gerakan community civics
disamping mempelajari konstitusi dan pemerintahan juga mempelajari tentang
community civics, economic civics, dan vocational civics.
3.
Civic Education
Istilah lainnya adalah citizenship
education. Gerakan Civic education pada tahun 1910 timbul karena pelajaran
civics kurang berisikan kebutuhan pelajar yang berkaitan dengan aspek
pendidikan dan kebutuhan masyrakat. Sehingga civics education meliputi:
·
Berbagai
macam kegiatan mengajar yang dapat menimbulkan hidup dan tingkah laku yang
lebih baik dalam masyarakat demokratis.
·
Juga
meliputi seluruh program sekolah dan pengalaman sekolah untuk melengkapi
pandangan daripada fungsinya sebagai warga negara, seperti hak dan kewajiban
serta tanggung jawab dalam masyarakat demokratis.
B. Perkembangan PKn di Indonesia
1. Sebelum Proklamasi
Kemerdekaan
Pada jaman Hindia Belanda di kenal
dengan nama “Burgerkunde”. Pada waktu itu ada 2 buku resmi yang digunakan,
yaitu :
a.
Indische Burerschapkunde, yang di bicarakan dalam buku
tersebut, masalah masyarakat pribumi. Pengaruh barat, bidang sosial, ekonomi,
hukum, ketatanegaraan dan kebudayaan, masalah pertanian, masalah perburuhan.
Kaum menengah dalam industri dan perdagangan, terbentuknya dewan rakyat,
masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, pajak, tentara dan angkatan laut.
b.
Rech en Plich (Bambang Daroeso, 1986: 8-9) karangan J.B.
Vortman yang dibicarakan
dalam buku tersebut yaitu : Badan pribadi yang mengutarakan masyarakat dimana
kita hidup, obyek hukum dimana dib icarakan eigondom eropah dan hak-hak
atas tanah.
Masalah
kedaulatan raja terhadap kewajiban-kewajiban warga negara dalam perinta Hindia
Belanda. Masalah Undang-Undang, sejarah alat pembayaran dan kesejahteraaan
Adapun tujuan
dari buku tersebut, yakni: agar rakyat jajahan lebih memahami hak dan
kewajibannya terhadap pemerintah Hindia Belanda, sehingga diharapkan tidak
menganggap pemerintah belanda sebagai musuh tetapi justru memberikan
dukungan dengan penuh kesadaran dalam jangka waktu yang panjang.
Pada tahun 1932
pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang disetujui Volksraad,
bahwa setiap ugru harus memiliki izin. Dalam pertimbangannya adalah banyak guru
sekolah partikelir bukanlah lulusan sekolah guru, dan yang berhak
mengajar hanyalah lulusan sekolah guru. Sedangkan lewat pendidikan
non-formal terutama dilakukan oleh para tokoh pergerakan nasional yakni bung
Karno dan Bung Hatta. Pelaksanaan pendidikan politik baik yang dilakukan oleh
guru-guru sekolah partikelir maupun yang dilakukan para tokoh pergerakan
nasional, pada prinsipnya dapat di nyatakan sebagai “cikal bakal” pendidikan
politik atau PKn di Jaman Indonesia merdeka.
2. Sesudah Proklamasi
kemerdekaan
Gambaran Nu’man Somantri (1976:
34-35), yakni :
a. Kewarganegaraan
(1957)
Isi pelajaran kewarganegaraan adalah
membahas cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.
b.
Civics (1961)
Isi civics banyak membahas tentang
sejarah kebangkitan nasional . Uud, pidato-pidato politik kenegaraan yang
terutama diarahkan untuk “nation and character building” Bangsa Indonesia
seperti pada waktu pelaksanaan civics di America pada tahun-tahun setelah
declaration of Independence Amerika
c.
Pendidikan Kewargaan Negara (1968)
Diberlakukannya kurikulum 1975, PKn
pada prinsipnya merupakan unsur dari PMP. Lahirnya UU no.2 Tahun 1989 tentang
SPN (Sistem Pendidikan Nasional). menunjuk pasal 39 ayat 2, yang menentukan
bahwa PKn bersama dengan pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama harus di
muat dalam kurikulum semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan maka PKn
akan mengalami perkembangan lagi.
Menurut ali emran (1976: 4) isi PKn
meliputi :
1)
Untuk SD : pengetahuan Kewargaan negara, sejarah
Indonesia, ilmu Bumi.
2)
Untuk SMP : Sejarah kebangsaan, kejadian setelah
kemerdekaan, UUD 1945, Pancasila, Ketetapan MPRs.
3)
Untuk SMA : Uraian pasal-pasal dari UUD 1945 yang dihubungkan
dengan tatanegara, sejarah, ilmu bumi dan ekonomi.
d.
Tahun 1970 PKn difusikan ke dalam mata pelajaran IPS
e.
Tahun 1972, dalam seminar di Tawangmangu Surakarta,
menetapkan istlah ilmu kewargaan Negara (IKN) sebagai pengganti CIVICS, dan
pendidikan Kewargaan Negara (PKn) sebagai istilah civic Education.Dengan
demikian, IKN lebih bersifat teoritis dan PKn lebih bersifat praktis antara
keduanya merupakan kesatuan tak terpisahkan, karna perkembangan PKn sangat
tergantung pada perkembangan IKN.
f.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN)
Menurut Kurikulum 1994Kurikulum 1994 mengintegraiskan antara pengajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan nama mata pelajaran PPKn.
3. Perkembangan PKn pada
masa transisi Demokrasi
Perkembangan PKn pada era Orde Baru,
ternyata lebih ditentukan faktor kepentingan untuk membangun negara (state
Building) ketimbang untuk membangun bangsa (Nation Building). Hal
tersebut di sebabkan karena :
1)
Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara
negara yang sudah kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan kejujuran dan
keikhlasan.
2)
Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat
keadiland an kebenaran.
3)
Fandalisme, paternalisme dan absolutisme
4)
Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari
pada alat negara untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat.
Kondisi di atas
berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn dan pelaksanaan pengajarannya di
lapangan yang lebih menekankan untuk mendukung status quo atau legitimasi dan
pembenaran (justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba dari pada untuk
meningkatkan pemberdayaan warga Negara dalam berhubungan dengan negara. Dalam
era reformasi, tantangan PPKn semakin berat. P4 dipermasalahkan substansinya,
karena tidak memberikan gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai
satu kesatuan. Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan
UU No. 2 tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila,
sehingga tinggal Pendidikan Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004
memperkenalkan istilah Pengganti PPKn dengan kewarganegaraan / pendidikan
kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti dengan perubahan isi PKn yang
lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral.
Tes FormaTiF
2:
Lingkarilah salah satu kemungkinan
jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.
Proses
pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya berorientasi pada pengembangan
tiga kemampuan berkut ini, kecuali:
A.
Kecerdasan
warga negara
B.
Tanggung
jawab warga Negara
C.
Partspas
warga Negara
D.
Pemecahan
masalah warga negara
2.
Kecerdasan
warga negara yang perlu dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan
paradgma baru hendaknya melputi aspek:
A.
Afektf,
emosonal, pemkran dan skap
B.
Rasonal,
ntelektual, pemkran dan emosonal
C.
Sprtual,
rasonal, emosonal dan sosal
D.
Sprtual,
skap, ntelektual, dan sosal
3.
Karakteristik
yang menjadi kriteria dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
dengan paradgma baru dapat dlhat pada:
A.
Kemampuan
dasar dan kemampuan kewarganegaraan
B.
Standar
materkewarganegaraan
C.
Indkator
pencapaan
D.
Rambu-rambu
umum pembelajaran
4.
Penjabaran
materi pembelajaran PKn dengan paradigma baru yang paling operasional terdapat
pada kolom:
A.
Kemampuan
dasar
B.
Kemampuan
C.
Standar
materkewarganegaraan
D.
Standar
pencapaan
5.
Portofolio
dalam proses pembelajaran PKn di kelas pada hakekatnya merupakan:
A.
kumpulan
nformasyang tersusun dengan bak
B.
kumpulan
pekerjaan guru untuk siswa
C.
kumpulan
pekerjaan karyawan sekolah
D.
kumpulan
pekerjaan kepala sekolah
6.
Bentuk
portofolio dalam pembelajaran PKn dapat berupa pernyataan tertulis, peta,
grafik, photografi yang:
A.
menark
secara estetka
B.
mengandung
nformasyang terkat dengan masalah
C.
beragam
dlhat darsegkelmuan
D.
bernlasentngg
7.
Proses
pembelajaran PKn yang berbasis portofolio bertujuan membina komitmen sswa
terhadap kewarganegaraannya dengan cara, kecual:
A.
membekalpengetahuan
dan ketramplan untuk berpartspasaktf
B.
memberkan
doktrn dalam hdup berkewarganegaran
C.
membekalpengalaman
prakts untukmengembangkan kompetsi
D.
mengembangkan
pemahaman partspaswarga Negara
8.
Langkah-langkah
pembelajaran PKn yang berbasis portofolio diakhiri dengan:
A.
mengumpulkan
dan menla nformas
B.
mengkaj
pemecahan masalah
C.
membuat
rencana tndakan
D.
membuat
kebijakan public
9.
Kelompok
I (Satu) siswa dalam pembelajaran PKn berbasis portofolio memiliki tugas:
A.
menjelaskan
masalah
B.
menilai
kebijakan alternatif
C.
membuat
kebijakan publik
D.
membuat
rencana tndakan
10.
Untuk
menilai portofolio yang dibuat oleh siswa, juri dapat melihat portofolio dari
sudut … kecuali:
A.
kelengkapan
B.
kejelasan
C.
estetka
D.
dukungan
BAB III
PENGEMBANGAN KONSEP, NILAI, MORAL, DAN NORMA DALAM PKN
Pengertian Konsep
Istilah konsep, nilai,
moral, dan norma dalam PKn merupakan stlah dasar yang perlu dpahamsecara
benar. Istlah-istlah ini sangat terkiat
langsung bak pada tataran teorts maupun prakss-operasonal bahkan praktik. Agar
para mahasswa memiliki pemahaman dan persepsi yang sama terhadap stlah
tersebut, maka berkut ini akan durakan pengertian-pengertian dan karakterstk istlah-istlah
tersebut menurut para ahli. Pengertian
Konsep, Konsep merupakan pokok pengertian yang bersfat abstrak yang
menghubungkan orang dengan kelompok benda, perstwa, atau pemkran (de). Lahirnya konsep disebabkan oleh adanya
kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep “rakyat” merupakan sebutan umum untuk
sekelompok penghuni wilayah suatu negara yang ada dalam pemerintahan negara
tertentu. Konsep ”demokrasi” merupakan
sebutan abstrak tentang sstem kekuasaan pemerntahan yang berasal darrakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam contoh di atas,
tampak bahwa konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan bukan
hanya dengan contoh tertentu melankan dengan konteks. Konsep dapat dianggap sebagai suatu model
kelompok benda yang terpikirkan. Konsep
“buruh”, msalnya, dapat dpandang sebagakesan mental tentang semua yang memiliki
ciri umum pekerja. Dengan demikian,
konsep merupakan cara berpikir menggeneralisasikan sejumlah anggota kelas yang
khusus ke dalam satu contoh model yang tidak tampak, termasuk atrbut semua
contoh yang berbeda-beda. Konsep bersifat
subyektf dan menyatu. Semua orang
membentuk konsep darpengalamannya sendri.
Dari pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan mendengarkan diskusi
yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian dan
atribut. Konsep “Kitabullah” sebagai
ilustrasi, dapat diperoleh dari dialog dengan ayah dan bu ketka anak sedang
berada dlngkungan keluarga dan membaca langsung sKitabullah tersebut. Akibat dari pengalaman ini, setap sswa akan
mengatkan atribut dengan simbol untuk kelompok yang disebut “Kitabullah”.
Konsep bukanlah verbalsasi melainkan kesadaran yang bersfat abstrak tentang
atrbut umum dar suatu kelas. Konsep
merupakan kesadaran mental nternal yang mempengaruhperlaku yang tampak. Apakah sswa mengetahu suatu konsep maka
kemampuan tersebut dapat ditentukan dari tindakan yang ditunjukkannya. Konsep-
konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep
disiplin lmu atau dari konsep yang telah baisa digunakan dlngkungan kehidupan
sswa atau masyarakat setempat.
Bagaimana kita dapat mengidentifikasi
kemampuan siswa terhadap penguasaan konsep?
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang kompleks karena memerlukan proses
pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Namun, sebagai ilustrasi dan contoh, sejumlah
konsep dasar yang sering digunakan dalam pembelajaran PKn dapat diidentifikasi
dibawah ini.
1. pemerintah 11. Moral 21. nasionalisme
2. Negara 12. Nilai 22. moral
3. bangsa 13.
Karakter 23.
perilaku
4. negera 14.
Perasaan 24.
Kata hati
5. wilayah 15. Sikap 25. empati
6. pembangunan 16.
Solidaritas 26.
politik
7. negara berkembang 17. Kekuasaan 27.
pemilu
8. negara sedang berkembang 18. Kekuatan rakyat 28. konstitusi
9. negara tertinggal 19. Kelas penguasa 29. Partai politik
10.pengamblan keputusan 20. Kelompok penekan 30 kekuasaan
Pengertian Nilai Apabila
kita sadar, maka hampr setap hari orang selalu berbcara, berpkr, menghtung, dan
mempertmbangkan berdasarkan nla. Dalam
hdupnya setap orang akan selalu mengambl keputusan berdasarkan nilai yang dyakn
atau nla yang ada dan disepakati di masyarakat.
Singkatnya, nilai akan menjadi patokan/kriteria bagi siapapun untuk
menentukan skap dan mengambl keputusan.
Bla demkan, apa yang dmaksud dengan ”nilai” (value) tersebut? Menurut Frankel (1978), nla(value) adalah
konsep (concept).
Seperti umumnya konsep, maka nilai sebagai
konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam
pikiran orang. Nilai dapat diartikan
kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks
pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi
atas dua bidang, yakni nilai estetka dan nilai etika. Estetika terkait dengan masalah keindahan
atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh
seseorang. Sedangkan etika terkait
dengan tindakan/ perlaku/ akhlak (conduct) atau bagamana seseorang harus
berperilaku. Etika terkait dengan
masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan
mana yang salah (wrong).
Nilai bukanlah benda atau mater. Nilai adalah
standar atau krtera bertndak, krtera kendahan, krtera manfaat, atau disebut
pula harga yang diakuioleh seseorang dan oleh karena itu orang berupaya untuk
menjunjung tinggi dan memeliharanya.
Nilai tdak dapat dlhat secara konkrt melankan tercermn dalam pertmbangan
harga yang khusus yang daku oleh ndvdu.
Oleh karena tu, ketka seseorang menyatakan bahwa sesuatu tu bernlamaka
seyoganya ada argumen-argumen bak dan tdak baknya. Msalnya, mengapa ada orang yang menolak
hukuman matbahkan mengusulkan agar hukuman matdhlangkan karena bertentangan
dengan hak asasmanusa. Hal ntentu saja
dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan.
Ketika ada orang yang berkampanye dan mengajak orang lain untuk
mendukung salah satu calon anggota legislatif, karena orang tersebut terkenal
kejujurannya. Hal ini tentu saja
dilandasi oleh nilai etika. Apa kriteria dan indikator untuk menilai sesuatu
itu? Raths (dalam Fraenkel, 1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk
melakukan penlaan, yaknperlu ada plhan (chooses), penghargaan (prizes), dan
tndakan (acts). Pertama, tndakan memlh hendaknya dlakukan
secara bebas dan memlh darsejumlah alternatif dan melakukan memilih hendaknya
dilandasi oleh hasil pemikiran yang mendalam, artnya setelah memperhtungkan
berbagaakbat daralternatf tersebut.
Kedua, ada penghargaan atas apa
yang telah dplh dan dkenal oleh masyarakat.
Ketga, melakukan tndakan sesuadengan plhannya dan dmanfaatkan dalam
kehdupan secara terus menerus.
Selain dengan kriteria di
atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai, yakni dilihat dari tujuan,
maksud, sikap, kepentingan, perasaan, keyakinan, aktivitas, dan keraguan. Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat
diidentifikasi dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagkehdupan umat
manusa. Secara sngkat dapat dsmpulkan
bahwa nilai merupakan hasil pertmbangan baik atau tidak baik terhadap sesuatu
yang kemudan dpergunakan sebagadasar alasan (motvas) melakukan atau tdak
melakukan sesuatu. Prof. Dr. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga bagian,
yaitu : (1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
jasmani manusia. (2) Nilai Vital, yatu segala sesuatu yang berguna bagmanusa
untuk dapat melaksanakan kegatan atau aktvtas. (3) Nilai Kerokhanian, yatu
segala sesuatu yang berguna bagrohanmanusa. Dapatkah Anda menympulkan pengertan
nladarpendapat Prof Notonagoro? Baklah,
pendapat Anda sudah tepat bahwa sesuatu dapat dkatakan bernlaapabla sesuatu tu
memlkkegunaan. Samakah, nla kegunaan
untuk semua hal tersebut? Untuk
mengidentifikasi jenis nilai yang ada di masyarakat, marilah kita simak contoh
perstwa kasus berkut ini.
Perjuangan
anTara HiduP dan maTi Adi, seorang anak, yang telah lama dtnggal sang ayah
tercnta. Ia hdup dengan bu yang sangat
ia cinta. Adi yang drop out dari
bangku SMP ketika masih di kelas dua setiap hari bekerja mengumpulkan barang
bekas untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sudah lama berjuang melawan
penyakit kanker yang dideritanya.
Setiap hari, Adi berangkat dari rumah untuk bekerja dengan penuh harap
demi mencari sesuap nasi agar dapat menyambung hidup dirinya. Ia bekerja keras mengumpulkan barang bekas
dengan semangat dan berbekal cta-cta bla uang telah cukup segera akan
mengobat bunya yang telah lama tersksa oleh penyakt kanker. Suatu har, Adi mendengar ucapan bunya,
Nak... tampaknya bu sudah tdak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Jagalah
baik-baik dirimu Nak! Tidak Ibu, Ibu
tidak boleh meninggalkan Adi. Adi mau
mencari obat sekarang”. Adi pergi
untuk mencari obat. Menurut dokter,
Ibunya mash dapat dtolong dengan obat namun karena ia tdak punya uang maka
satu-satunya jalan adalah mencuri uang untuk membeli obat. Adi menghadapdlema, bla tdak mencurmaka Ibunya
mungkn mennggal, tetapi bila ia mencur maka ia akan berdosa bahkan mungkn ia
berurusan dengan polsyang akhirnya masuk penjara. Apa yang harus Adi lakukan? Certa: karangan
Saprya
|
Sudahkah Anda membaca
cerita di atas? Adakah nilai yang
terkandung dalam cerita di atas? Nilai apa saja? Apabila kita identifikasi,
maka ada sejumlah yang disebut benar, indah, baik, dan relgus. Sesuatu yang
danggap benar dsebut nlakebenaran.
Sesuatu yang danggap ndah dsebut nlaestetka. Sesuatu yang danggap bak dsebut
nlamoral/etka. Sesuatu yang danggap
berpahala dan berdosa bla dlakukan dsebut nlarelgus. Ahli lain, sepertti Rokeah
(dalam Kosasih Djahiri, 1985:20) mengatakan bahwa “Nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan
(belief) yang bersumber pada sstem nilai seseorang, mengenai apa yang patut
atau tdak patut dlakukan seseorang atau mengena apa yang berharga dan apa yang
tidak berharga”.
Pengertian Norma Norma
adalah kadah atau peraturan yang pastdan bla dlanggar mengakibatkan sanksi. Norma dsebut pula dalil yang mengandung nilai
tertentu yang harus dpatuhi oleh warga masyarakat ddalam berbuat, bertngkah
laku, untuk mencptakan masyarakat yang aman, tertb, dan teratur. Secara umum,
norma basanya bersanks, yaknancaman atau akbat yang akan diterima apabila norma
itu tidak dilaksanakan. Sedikitnya ada
empat jenis norma, ialah: norma kesopanan, norma kesuslaan, norma agama, dan
norma hukum. (1) Norma kesopanan atau dsebut pula norma sopan santun. Norma ndmaksudkan untuk menjaga atau
menciptakan keharmonisan hidup bersama dan sanksinya berasal dari masyarakat
berupa celaan atau penguclan. (2) Norma kesuslaan atau disebut pula
moral/akhlak. Norma ndmaksudkan untuk
menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati nurani serta ahklak. Sanksinya berupa sanksmoral yang berasal darhatnuranmanusa itu sendiri. (3) Norma
Agama atau disebut pula norma relgus. Norma ini dimaksudkan untuk mencapai kesucian
hidup berman dan sanksnya berasal dari Tuhan. (4) Norma hukum adalah norma yang
dmaksudkan untuk menciptakan kedamaan hdup bersama dan sanksinya berupa sanksi hukum
yang berasal dari Negara atau aparatur Negara. Ada beberapa ciri norma hukum
yang berbeda dartga norma lannya, msalnya : (1) Adanya paksaan dari luar yang
berwujud ancaman hukum bagi mereka yang melanggarnya. Ancaman hukum tersebut
pada umumnya berupa sanksi fisik yang dapat dpaksakan oleh aparatur Negara. (2)
Bersifat umum, yatu berlaku bagsemua orang. Dengan kata lan, sanksyang dterma
oleh orang yang melangggar norma hukum lebih pasti atau tegas, jelas, dan
nyata. Lebih pasti yang dimaksud bahwa
sanksi hukum sudah ditentukan berapa lama hukuman yang harus dijalani oleh
pelanggar hukum karena telah ada ktab undang-undang yang mengatur.
Tegas berarti norma hukum
dapat memaksa siapa saja yang melanggarnya melalui aparatur penegak hukum.
Mengapa perlu ada norma hukum? Norma
hukum diperlukan karena: (1) Tdak semua kepentngan atau tata tertb telah
dlndungatau datur oleh norma agama, norma moral, dan norma sopan santun.
Msalnya, norma sopan santun tdak mengatur bagamana penduduk/warga negara harus
membayar utang ptutang. Demikian pula,
norma kesusilaan tidak mengatur hal-hal tentang pajak, upah, lalu lntas dan
lan-lan.(2) Sanksterhadap pelanggaran norma kesopanan dan kesusilaan bersfat
pskhs dan abstrak, sedangkan sanksi terhadap norma hukum bersifat fisik dan
konkrit. (3) Pada norma hukum, sifat pemaksaannya sangat jelas dan dapat
dipaksakan oleh aparatur Negara, sedangkan norma kesusilaan tidak dapat dipaksakan
oleh aparatur Negara, melainkan hanya berupa dorongan dari diri pribadi manusia
bahkan tidak tegas. Bagamana keterkatan norma dengan nilai? Diatas telah dkemukakan bahwa norma hidup di masyarakat,
diperlukan oleh masyarakat sehingga setiap anggota masyarakat berupaya untuk
menjaga, mentaati/mematuhinya.
Pada umumnya, setiap warga
masyarakat berupaya untuk menghndar darpelanggaran terhadap norma yang berlaku
di masyarakat. Kenyataan nmengandung arti
bahwa norma diperlukan oleh setap warga masyarakat. Dengan demkan, norma mengandung nlaatau
harga. Meskpun demikian, pelaksanaan, penegakan, dan penjabaran nilai dalam
norma sangat tergantung pada masyarakatnya. Oleh karena itu, implikasi dari keberadaan
nilai dalam norma dapat berubah dan berkembang.
Artinya, penjabaran nilai atau prinsip yang bersifat universal ke dalam
norma dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lannya. Nlabersfat unversal, sedangkan
norma berlaku bagmasyarakat tertentu. Msalnya rasa hormat merupakan suatu nilai
yang umum, namun cara menghormat akan berbeda pada masyarakat Indonesa.
Msalnya, cara menghormat antara suku Sunda dan suku Batak, atau bagmasyarakat
Indonesa dan masyarakat Inda, Jepang, Cna dan lan-lan dapat berbeda-beda.
Pengertian Moral Istlah moral berasal darbahasa Latn, mores, yatu adat
kebasaan. Istlah ini erat dengan proses
pembentukan kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals.
Dalam bahasa Indonesa kata
moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata
tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir
dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu, moral erat kaitannya dengan
ajaran tentang sesuatu yang baik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusa. Dalam konteks etka, setap orang akan memlkperasaan apakah
yang dlakukan itu benar atau salah, baik atau jelek? Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan nilai
moral (moral values). Pertmbangan
nlamoral merupakan aspek yang sangat penting khususnya dalam pembentukan warga
negara yang baik sebagai tujuan pendidikan kewarganegaraan. Tingkah laku yang sesuadengan nilai-nilai
moral yang danut dan ditampilkan secara sukarela dharapkan dapat dperoleh
melaluproses penddkan. Hal ndlakukan
sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di
dalam drnya dan dlakukan berdasarkan dorongan dardalam drnya. Tndakan yang baik
yang dilandasi oleh dorongan dari dalam diriinilah yang dharapkan sebagahasl
penddkan nladalam penddkan kewarganegaraan. Bagaimana pelaksanaan pendidikan
nilai, moral, dan norma yang dilaksanakan di Indonesia? Secara yurds-formal,
penddkan nilai, moral, dan norma dIndonesa dlaksanakan melalupenddkan
kewarganegaraan yang berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Negara Republk
Indonesa Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagalandasan konsttusonal, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sstem Penddkan Nasonal (Ssdknas) sebagai landasan
operasonal, dan Peraturan MenterNomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Is(SI) dan
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar KompetensLulusan (SKL) sebagai landasan
kurikuler.
Sejalan dengan kebijakan
Departemen Pendidikan Nasional melaluBadan Standar Nasonal Penddkan (BSNP),
maka kurikulum penddkan kewarganegaraan untuk lngkungan lembaga penddkan formal
dlaksanakan dengan berpedoman pada Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP). UUD
NRI 1945 sebagalandasan konsttusonal pada bagan Pembukaan alnea keempat
memberikan dasar pemikiran tentang tujuan negara. Salah satu tujuan negara tersebut dapat
dikemukakan dari pernyataan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Apabila dikaji, maka tiga kata ini mengandung
makna yang cukup dalam. Mencerdaskan kehidupan
bangsa mengandung pesan pentngnya penddkan bagseluruh anak bangsa.
Dalam kehdupan berkewarganegaraan, pernyataan
nmemberikan pesan kepada para penyelenggara negara dan segenap rakyat agar
memlkkemampuan dalam berpkr, berskap, dan berperlaku secara cerdas bak dalam
proses pemecahan masalah maupun dalam pengamblan keputusan kenegaraan,
kebangsaan, dan kemasyarakatan. UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas
sebagalandasan operasonal penuh dengan pesan yang terkat dengan pendidikan
kewarganegaraan. Pada Pasal 3 ayat (2)
tentang fungsi dan tujuan negara
dikemukakan bahwa: Pendidikan nasonal berfungsmengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehdupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya, pada Pasal
37 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat: “... b. pendidikan kewarganegaraan; ...” dan pada ayat
(2) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
“... b.
pendidikan kewarganegaraan; ...”.
Sedangkan pada bagian
penjelasan Pasal 37 dikemukakan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air.” Adanya ketentuan tentang penddkan kewarganegaraan dalam UU
Ssdknas sebagamata pelajaran wajib di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi menunjukkan bahwa mata pelajaran ini menempati kedudukan yang strategis
dalam mencapai tujuan penddkan nasonal di negara ini. Adapun arah pengembangannya hendaknya
dfokuskan pada pembentukan peserta didik
agar menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cnta tanah ar.
Arah pengembangan penddkan nasonal pada era reformasmengacu pada UU Ssdknas
yang doperasonalkan dalam Peraturan Pemerntah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Sejalan dengan kebijakan otonomi penddkan, maka pengembangan kurkulum
sekolah tdak lagdbebankan kepada pemerntah pusat sebagamana terdahulu melankan
dserahkan kepada masng- masng satuan penddkan.
Pemerntah pusat melaluDepartemen Penddkan Nasonal hanya menyedakan
standar nasonal yakn berupa standar sdan standar kompetenslulusan sementara
pelaksanaan pengembangan kurkulum dlaksnakan oleh setap satuan pendidikan
sesuai dengan jenjang dan jenisnya.
Sebagai landasan kurikulernya,
pendidikan kewarganegaraan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
mengacu pada Permendknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 masng-masng tentang SI dan
SKL.
Berlakunya ketentuan
tentang otonomi pendidikan membawa mplkasbagsetap satuan penddkan termasuk
mplkasdalam pengembangan kurkulum. Bahwa
mereka memlkkewenangan yang lebh besar dalam pengembangan kurkulum bahkan dalam
pengelolaan bdang lannya, namun dphak lan mereka pun dtuntut agar selalu
menngkatkan kualtas satuan penddkan yang sesuadengan standar nasonal terkat.
Rangkuman Istlah konsep, nla, moral, dan norma dalam PKn merupakan istlah dasar
yang perlu dpahamsecara benar.
Istlah-stlah nsangat terkait langsung bak pada tataran teorts maupun
prakss-operasonal bahkan praktk. Konsep merupakan pokok pengertan yang bersfat
abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, perstwa, atau pemkran
(de). Lahrnya konsep karena adanya
kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep bukanlah verbalsasi melankan kesadaran
yang bersfat abstrak tentang atribut umum dari suatu kelas.
Konsep merupakan kesadaran mental nternal yang
mempengaruhperlaku yang tampak. Nladapat
dartkan kualtas darsesuatu atau harga darsesuatu yang dterapkan pada konteks
pengalaman manusa. Nladapat dbagatas dua
bdang, yaknnlaestetka dan nlaetka.
Estetka terkat dengan masalah kendahan atau apa yang dpandang ndah
(beautiful) atau apa yang dapat dnkmatoleh seseorang. Sedangkan etka terkat dengan tndakan/
perlaku/ akhlak (conduct) atau bagamana seseorang harus berperlaku. Etka terkait dengan masalah moral, yakni
pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah
(wrong). Norma adalah kadah atau peraturan yang pastdan bla dlanggar
mengakbatkan sanks. Norma dsebut pula
dall yang mengandung nlatertentu yang harus dpatuholeh warga masyarakat ddalam
berbuat, bertngkah laku, untuk mencptakan masyarakat yang aman, tertib, dan
teratur. Norma ada dua, ialah norma
fisika dan norma etika. Norma etka terdratas norma kesopanan, kesuslaan, agama,
dan hukum. Istlah moral berasal darbahasa Latin, mores, yatu adat
kebasaan. Istlah ini erat dengan proses
pembentukan kata, alah: mos, mors, manner, manners, morals. Dalam bahasa Indonesa kata moral hampr sama
dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau hati
nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam
menjalani hidup dan kehidupannya.
Kelas I, Semester 1
Stándar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan
|
1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa
1.2 Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan
di rumah dan di sekolah
1.3 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah
|
2. Membiasakan
tertib di rumah dan di sekolah
|
2.1 Menjelaskan
pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah
2.2 Melaksanakan
tata tertib di rumah dan di sekolah
|
Kelas I, Semester 2
Stándar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
3. Menerapkan
hak anak di rumah dan di sekolah
|
3.1 Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar
dengan gembira dan didengar pendapatnya
3.2 Melaksanakan hak anak di rumah dan di
sekolah
|
4. Menerapkan
kewajiban anak di rum
ah dan di sekolah
|
4.1 Mengikuti
tata tertib di rumah dan di sekolah
4.2
Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat
|
Kelas II, Semester 1
Stándar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1. Membiasakan hidup bergotong royong
|
1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling
berbagi dan tolong menolong
1.2
Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah
dan di sekolah
|
2. Menampilkan sikap cinta lingkungan
|
2.1 Mengenal pentingnya lingkungan
alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan
2.2 Melaksanakan pemeliharaan
lingkungan alam
|
Kelas II, Semester 2
Stándar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
3. Menampilkan sikap demokratis
|
3.1 Mengenal
kegiatan bermusyawarah
3.2 Menghargai
suara terbanyak (mayoritas)
3.3 Menampilkan sikap mau menerima kekalahan
|
4. Menampilkan nilai-nilai Pancasila
|
4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan,
dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Melaksanakan
perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-hari
|
Kelas III, Semester 1
Stándar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda
|
1.1 Mengenal
makna satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa
1.2 Mengamalkan
nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari
|
2. Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat
|
2.1 Mengenal aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan masyarakat sekitar
2.2 Menyebutkan
contoh aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar
2.3
Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat
sekitar
|
Kelas III, Semester 2
Stándar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
3. Memiliki harga diri sebagai individu
|
3.1 Mengenal pentingnya memiliki harga diri
3.2 Memberi contoh bentuk harga diri, seperti
menghargai diri sendiri, mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan
lain lain
3.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan harga diri
|
4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
|
4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti
kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan
4.2. Menampilkan rasa bangga sebagai anak Indonesia
|
Tes FormaTiF
3:
Lingkarilah salah satu kemungkinan
jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.
Pengertan
yang bersfat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, perstwa,
atau pemkran (ide) disebut....
A.
Fakta
B.
Konsep
C.
Generalsas
D.
Teori
2.
Berkut
nadalah contoh konsep yang bersfat konkrit ...
A.
gubernur
B.
demokras
C.
kekuasaan
D.
kurs
3.
Konsep
dasar PKn yang dambl darpskologadalah ...
A.
kewenangan
B.
kekuasaan
C.
empati
D.
Norma
4.
Berkut
nadalah termasuk contoh nlaetka dalam kehdupan sehari-har...kecuali:
A.
mengendarai
kemdaraan disebelah kiri
B.
mengagumkendahan
bunga
C.
membayar
pajak tepat waktu
D.
tdak
melakukan perbuatan mencur
5.
Raths
mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penilaian, yakni perlu ada
A.
persetujuan
(agreement)
B.
plhan
(chooses)
C.
penghargaan
(prizes),
D.
tndakan (acts).
6.
Menurut
Prof. Dr. Notonegoro, segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusa
dsebut ....
A.
Nlamateral
B.
Nlavtal
C.
Nlakerokhanan
D.
Nlasubstantf
7.
Sesuatu
yang dianggap berpahala dan berdosa bila dilakukan disebut ....
A.
nakebenaran
B.
nilai
estetika
C.
nilai
moral/etika
D.
nilai
religius
8.
Norma
yang dimaksudkan untuk menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan
hatnuranserta ahklak dsebut norma ....
A.
norma
kesopanan
B.
norma
kesuslaan
C.
norma
agama
D.
norma
hukum
9.
Ciri
norma hukum yang membedakan darnorma lainnya adalah ....
A.
mengatur
perlaku
B.
memaksa
untuk tdak melakukan
C.
sankstegas
dan nyata
D.
menertbkan
perlaku
10. Dalam konteks etika, setiap
orang akan memiliki perasaan apakah yang dlakukan itu benar atau salah, baik
atau jelek. Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan
A.
nilai
moral
B.
nilai
kesusilaan
C.
nilai
hokum
D.
nilai
idea
BAB IV
PENGERTIAN STRATEGI DAN
METODE PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Joni (1983) berpendapat
bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan Gerlach dan Elly (1989) menyatakan bahwa strategi
adalah suatu cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu. Definisi yang lain menyebutkan bahwa strategi
adalah suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain, 2002). Dengan demikian pengertian
strategi dalam pembelajaran adalah suatu prosedur yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
B.
Pengertian Metode Pembelajaran
Metode menurut Sagala
(2005) adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang
berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi
dalam suatu strategi.
Tujuan pembelajaran akan
dapat tercapai secara optimal jika pemilihan strategi dan metodenya tepat.perlu
diketahui bahwa supaya proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik,
dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dipilih satu atau lebih metode.
C.
Kebaikan dan Kelemahan Metode Pembelajaran
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan
suatu metode yang digunakan untuk menjelaskan materi secara verbal, dan
biasanya memiliki alat bantu visual.
a.
Kelebihan metode ceramah
1)
Mudah
mengorganisasikan tempat duduk/kelas
2)
Dapat
diikuti oleh jumlah siswa yang besar
3)
Lebih
mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
4)
Biaya
lebih murah dan dapat sekaligus untuk orang banyak
5)
Metode
ini sangat tepat untuk guru yang akan memulai mengenalkan materi
b.
Kelemahan metode ceramah
1)
Siswa
dengan karakteristik auditif dapat menyerap informasi lebih banyak, sedangkan
siswa dengan karakteristik visual menjadi rugi karena miskin informasi
2)
Apabila
selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan terkesan membosankan
3)
Menyebabkan
siswa menjadi pasif
4)
Tidak
memberi kesempatan untuk berdiskusi
2.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab
merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa agar lebih
terpusat kepada proses pembelajaran.
a.
Kelebihan metode tanya jawab
1)
Siswa
dapa mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan
pendapat
2)
Pertanyaan
yang dilontarkan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika
siswa itu sedang ribut
3)
Merangsang
siswa untuk berlatih mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan
4)
Pertanyaan
yang jelas lebih mudah dipahami siswa
b.
Kekurangan metode tanya jawab
1)
Banyak
waktu terbuang
2)
Apabila
siswa tidak siap, maka siswa merasa takut, dan apalagi bila guru kurang dapat
mendorong siswa, maka siswa juga menjadi tidak berani untuk bertanya
3)
Terbatasnya
jumlah waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa
3.
Metode Diskusi
Metode diskusi cocok
digunakan untuk kelompok kecil. Hasil penelitian menujukkan bahwa metode
diskusi lebih tepat digunakan untuk mempelajari keterampilan yang kompleks,
berpikir kritis, dan untuk memecahkan kasus.
a.
Kelebihan metode diskusi
1)
Dapat
memperluas wawasan siswa
2)
Dapat
merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide dalam memecahkan suatu
masalah
3)
Dapat
mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
4)
Dapat
menumbuhkan partisipasi siswa menjadi aktif
b.
Kekurangan metode diskusi
1)
Kemungkinan
besar diskusi akan dikuasai oleh siswa yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri
2)
Tidak
dapat dipakai pada kelompok yang besar
3)
Peserta
mendapat informasi yang terbatas
4)
Menyerap
waktu yang cukup banyak
5)
Tidak
semua guru memahami cara siswa melakukan diskusi
4.
Metode Simulasi
Metode simulasi adalah
metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat menggunakan sekumpulan
fakta, konsep, dan strategi tertentu.
a.
Kelebihan metode simulasi
1)
Metode
ini dapat mempelajari situasi yang nyata
2)
Dapat
membuat siswa belajar dari umpan balik yang datang dari dirinya sendiri
3)
Dapat
melatih siswa dalam mensimulasikan sesuatu sehingga siswa menjadi lebih berani
4)
Siswa
dapat lebih menggunakan sekumpulan fakta dan konsep
b.
Kelemahan metode simulasi
1)
Bagi
siswa yang penakut penerapan metode ini menjadi hal yang tidak menyenangkan
sehingga enggan untuk bersimulasi
2)
Sebaliknya
bagi siswa yang pandai, dan senang berbicara cenderung menguasai proses
simulasi
3)
Bagi
siswa yang susah mengeluarkan pendapat hal ini merupakan metode yang paling
menyusahkan.
5.
Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas
adalah metode yang dilakukan oleh guru terhadap siswa, yang biasanya lebih
banyak dikerjakan di rumah atau di luar sekolah karena penyelesaiannya
memerlukan waktu yang lebih panjang.
a.
Kelebihan metode pemberian tugas
1)
Dapat
memupuk semangat belajar siswa
2)
Dapat
lebih memperdalam, memperkaya, dan memperluas wawasan yang dipelajarinya
3)
Dapat
membina siswa dalam pengolahan informasi
b.
Kelemahan metode pemberian tugas
1)
Tugas
dirasa menyulitkan dan membebani siswa
2)
Tugas
dikerjakan oleh orang lain tanpa sepengetahuan guru
6.
Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah
suatu metode yang mengajak siswa ke suasana di luar kelas.
a.
Kelebihan metode karyawisata
1)
Memiliki
prinsip pembelajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pembelajaran
2)
Membuat
apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di
masyarakat
3)
Dapat
lebih merangsang kreativitas siswa
4)
Mendorong
siswa belajar secara konferhensif dan integral
5)
Merangsang
siswa dapat menjawab semua tugas guru dengan data/peristiwa secara langsung
b.
Kekurangan metode karyawisata
1)
Memerlukan
persiapan atau perencanaan yang matang
2)
Biasanya
cenderung menggunakan unsur rekreasi dan menomorduakan karyanya
3)
Sulit
pengaturan siswa yang besar jumlahnya
4)
Membutuhkan
biaya yang cukup besar
5)
Membingungkan
siswa apabila objek kurang diamati dengan jelas
7.
Metode Laboratorium
Metode laboratorium adalah
suatu metode yang mengaitkan teori dengan pengalaman.
a.
Kelebihan metode laboratorium
1)
Siswa
dapat berganti situasi baru
2)
Situasi
pembelajaran biasanya lebih menyenangkan
3)
Siswa
dapat menggunakan alat bantu media yang lebih lengkap dan lebih dekat untuk
mengambilnya karena memang sudah tersedia
4)
Untuk
PKn semua kasus yang sifatnya pribadi dapat diselesaikan di laboratorium
tersebut
b.
Kekurangan metode laboratorium
1)
Siswa
yang kurang suka dengan belajar model ini merasa kurang mendapatkan tambahan
ilmu pengetahuan
2)
Belum
tentu ruang laboratorium lebih menyenangkan
3)
Sering
ada siswa lain yang lalu lalang karena memerlukan alat lain yang ada di
laboratorium
8.
Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama (role playing) adalah suatu cara
menyajikan bahan pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah dalam hubungan
sosial dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan masalah
sosial.
a.
Kelebihan metode sosiadrama
1)
Melatih
siswa untuk berkreatif dan berinisiatif
2)
Melatih
siswa untuk memahami sesuatu dan mencoba melakukannya
3)
Memupuk
bakat siswa yang memiliki bibit seni dengan baik melalui sosio drama yang
sering dilakukannya dengan metode ini
4)
Memupuk
kerja sama antar teman dengan lebih baik pula
5)
Membuat
siswa merasa senang, karena dapat terhibur oleh fragmen teman-temannya
b.
Kekurangan metode sosiodrama
1)
Pada
umumnya yang aktif hanya yang berperan saja
2)
Cenderung
dominan unsur rekreasinya daripada kerjanya, karena untuk berlatih sosiodrama
memerlukan banyak waktu dan tenaga
3)
Membutuhkan
ruang yang cukup luas
4)
Sering
mengganggu kelas disebelahnya
9.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah
pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa, sampai pada penampilan
tingkah laku yang dicontohkan agar dapat dipahami oleh peserta didik, baik
secara nyata maupun secara tiruan.
a.
Kebaikan metode demonstrasi
1)
Dapat
membimbing siswa kearah berpikir satu jalur pikiran
2)
Dapat
mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu itu juga
3)
Perhatian
siswa terpusat pada hal-hal yang dianggap penting
4)
Permasalahan
yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan guru pada waktu itu pula
b.
Kelemahan metode demonstrasi
1)
Tidak
semua permasalahan dapat didemonstrasikan di dalam kelas
2)
Memerlukan
alat perlengkapan khusus yang bahkan kadang sulit ditemukan
3)
Memerlukan
banyak waktu
4)
Memerlukan
kesabaran dan ketelatenan
10.
Metode Problem Solving (Metode
Pemecahan Masalah)
Metode problem solving adalah suatu metode berpikir, dan memecahkan
masalah.
a.
Kelebihan metode problem solving
1)
Dapat
membuat siswa menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari
2)
Dapat
melatih dan membiasakan para siswa untuk menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil
3)
Dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara kreatif
4)
Siswa
sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya
b.
Kekurangan metode problem solving
1)
Memerlukan
cukup banyak waktu
2)
Melibatkan
lebih banyak orang
3)
Dapat
mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi
dari guru
4)
Dapat
diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah
11.
Metode Individual
Metode individual adalah
suatu metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar yang berkembang
sesuai dengan waktu dan kecepatan masing-masing individu
a.
Kebaikan metode individual
1)
Siswa
dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya
2)
Tidak
merasa rendah dibanding temannya
b.
Kelemahan metode individual
1)
Siswa
menjadi kurang berkembang karena mereka belajar tanpa ada motivasi lain dari
teman sebayanya
Tes FormaTiF 4
Lingkarilah salah satu kemungkinan
jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.
Dalam konteks pembelajaran, strategi diartikan sebagai ....
A.
a
way of viewing
B.
a
way of achieving target
C.
a
way of handling
D.
a
way of tackling
2.
Berikut ini adalah metode yang termasuk kedalam strategi pembelajaran
langsung, kecual:
A.
tinjauan
terstruktur (structured overview),
B.
ceramah
(lecture)
C.
simulas(simulation)
D.
membandngkan
dan mempertentangkan (compare and contrast).
3.
Dalam konteks pembelajaran, metode diartikan sebagai .
A.
a
way of viewing
B.
a
way of achieving target
C.
a
way of tackling
D.
a
way of handling
4.
Berikut ini adalah strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis
pembelajarn nteraktf, kecual:
A.
berman
peran (role playing)
B.
curah
pendapat (brainstorming)
C.
kelompok
belajar kooperatif (cooperative learning groups)
D.
demonstras(demonstration)
5. Metode pembelajaran yang melibatkan
kelompok besar atau kecil yang mendorong para sswa untuk memecahkan masalah
tertentu dsebut ...
A.
berman
peran (role playing)
B.
curah
pendapat (brainstorming)
C.
kelompok
belajar kooperatif (cooperative learning groups)
D.
demonstras(demonstration)
6. Tujuan penggunaan metode curah
pendapat dalam pembelajaran adalah ....
A.
membangktkan
semangat sswa untuk berpendapat
B.
melatih
anak untuk bersabar dan bijaksana
C.
berlath
memerankan tokoh tertentu
D.
melath
sswa agar terampl dalam berargumen
7.
Berikut ini adalah strategi/ metode yang termasuk ke dalam jenis
pembelajarn tidak langsung, kecual:
A.
pemecahan
masalah
B.
studkasus
C.
ceramah
D.
pemetaan
konsep
8.
Peta konsep dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan
tujuan untuk .... kecual:
A.
Mengumpulkan
pengetahuan dan nformas
B.
Mengembangkan
pemahaman tentang batang tubuh lmu pengetahuan
C.
Menumbuhkan
minat belajar secara deduktif
D.
Mencar
nformasbaru dan keterkatannya
9. Keteramplan dasar yang dapat dgunakan oleh
guru terutama untuk memantapkan penguasaan konsep atau pemahaman sswa terhadap
apa yang telah dsmulaskan dsebut keteramplan ....
A.
bertanya
B.
memberpenguatan
C.
menjelaskan
D.
mengajar
kelompk kecil
10. Urutan pertama darprosedur
smulasadalah .....
A.
guru
mencptakan stuasatau membuat pemodelan
B.
mengadakan
tanya jawab
C.
guru
membagperan untuk tap sswa
D.
guru
menyampakan aturan man
BAB V
MEDIA PEMBELAJARAN PKN
Hakekat
Media Pembelajaran
1.
Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan bentuk
jamak khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan
dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari
pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan pengertian media PKn adalah
media yang terpilih dan cocok untuk pembelajaran PKn SD.
2.
Fungsi Media Pembelajaran PKn SD
a.
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
Pada
satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain
pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak
ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran.
Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan
sebagainya.
b.
Media pembelajaran sebagai sumber belajar
Sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan
pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat
dikelompokkan menjadi lima katagori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media
massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.
3.
Jenis-jenis Media Pembelajaran
a. Berdasarkan jenisnya
Berdasarkan jenisnya, media dapat Anda
bedakan atas (1) media audiktif, (2) media visual, dan (3) media audio visual.
1)
Media Nonproyeksi
Media
nonproyeksi terdiri atas model dan bahan grafis
2)
Media yang Diproyeksikan
Media
yang termasuk media yang diproyeksikan adalah overhead transparansi (OHT), slide,
filmstrips, dan opaque.
3)
Media Audio
Media
audio dibedakan menjadi 3, yaitu media
audio yang dipakai untuk mendengarkan, media
audio vision yang dipakai untuk mendengarkan dan melihat, serta media audio visual yang dipakai untuk
mendengar, melihat, dan melakukan.
4)
Media Video
Media
video dapat dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang
studi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan video untuk memanipulasi kondisi waktu
dan ruang sehingga peserta didik atau siswa dapat diajak untuk melihat objek
yang sangat kecil maupun objek yang sangat besar, objek yang berbahaya, objek
lokasinya jauh di belahan bumi lain, maupun objek yang ada di luar angkasa.
5)
Media Berbasis Komputer
Menurut
Hannafin dan Peek (1998), potensi media komputer yanf dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran sangat tinggi. Hal ini antara lain
dikarenakan terjadi interaksi langsung antara siswa dengan materi pembelajaran.
E.
Peran Media Pembelajaran
Kemp dkk (1985) menjabarkan peran media di dalam kegiatan pembelajaran
sebagai berikut.
a.
Penyajian
materi ajar menjadi lebih standar
b.
Penyesuaian
media yang terencana dan terstruktur dengan baik membenatu pengajar untuk
menyampaikan materi dengan kualitas dan kuantitas yang sama dari satu kelas ke
kelas yang lain.
c.
Kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik
d.
Kegiatan
belajar dapat menjadi lebih interaktif
e.
Materi
pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian materi maupun
cara penyajiannya yang melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif di
dalam kelas.
f.
Media
dapat mempersingkat penyajian materi pembelajaran yang kompleks, misalnya
dengan bantuan video.
g.
Kualitas
belajar siswa dapat ditingkatkan.
h.
Penyajian
pembelajaran dengan menggunakan media yang mengintegrasikan visualisasi dengan
teks atau suara akan mampu mengkomunikasikan materi pembelajaran secara
terorganisasi.
i.
Dengan
media yang makin lama makin canggih maka kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan
di dalam kelas saja tetapi dapat dimana saja.
F.
Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Sudirman (1991) mengemukakan 3 katagori prinsip pemilihan media
pembelajaran sebagai berikut.
b.
Tujuan
pemilihan.
c.
Karakteristik
media pembelajaran.
d.
Alternatif
pilihan.
Adapun prinsip pemilihan dan penggunaan media, menurut Sudjana (1991)
adalah sebagai berikut.
a.
Menentukan
jenis media dengan tepat
b.
Menetapkan
atau memperhitungkan subjek dengan tepat.
c.
Menyajikan
media dengan tepat.
4.
Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
Faktor-faktor yang perlu Anda
perhatikan dalam memilih media pembelajaran antara lain sebagai berikut.
a.
Objektivitas.
b.
Program
pembelajaran.
c.
Sasaran
program.
d.
Kualitas
teknik.
e.
Keefektifan
dan efesiensi penggunaan.
G.
Rancangan Media Pembelajaran PKn Sekolah Dasar
Dalam
pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PKn SD, ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan untuk media PKn, yaitu :
1)
Membawakan sesuatu atau sejumlah isi pesan harapan
2)
Memuat nilai atau moral kontras
3)
Diambil dari dunia kehidupan nyata
4)
Menarik minat dan perhatian
5)
Terjangkau oleh kemampuan belajar siswa
Merancang
media pembelajaran PKn sangat tergantung dari jenis media yang digunakan. Di
bawah ini diulas kembali jenis media yang dapat digunakan/dikembangkan dalam
pembelajaran PKn, yaitu:
1)
Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matriks, gambar, data, dan
lain-lain.
2)
Hal-hal yang bersifat materiil, seperti model-model, benda contoh.
3)
Gerak, sikap, dan perilaku, seperto simulasi, bermain peran (role playing).
4)
Cerita, kasus yang mengandung dilema moral.
1.
Rancangan Media Audio dalam Pembelajaran PKn SD
Fungsi skenario media audio adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan suara sekaligus melatih keterampilan
mendengarkan maupun menyimak.
b.
Mengembangkan
imajinasi siswa terhadap apa yang didengarkannya baik melalui guru maupun tape
recorder.
c.
Memantapkan
bagian-bagian yang dianggap penting dari materi ajar yang disampaikan.
2.
Langkah-langkah Penyajian Media Audio dalam Pembelajaran PKn SD
Sebelum menyajikan media audio
terlebih dahulu menyiapkan alat-alat yang akan digunakan termasuk sarana
penunjang seperti aliran listrik atau baterai.
a.
Memberi
tugas pada siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi yang akan
diaplikasikan pada media audio.
b.
Guru
menjelaskan pada siswa materi PKn apa yang dibahas, kemudian siswa diminta
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan misalnya alat tulis menulis.
c.
Kemudian
audio mulai diperdengarkan, diusahakan agar suara audio dapat didengar semua
siswa dengan jelas. Sehingga siswa dapat menyimak materi ajar PKn dengan jelas.
d.
Setelah
audio diperdengarkan, guru meminta beberapa siswa untuk mengulang secara garis
besar materi yang telah didengarkan.
e.
Guru
meminta murid-murid yang lain untuk menanggapi pendapat temannya tadi.
f.
Guru
memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
g.
Guru
menyimpulkan materi PKn yang telah disampaikan dan menanamkan
konsep-nilai-moral-norma yang menjadi pesan pesan pokok bahasa yang telah
disampaikan.
3.
Rancangan Media Gambar atau Foto dalam Pembelajaran PKn SD
a.
Fungsi Media Gambar
1)
Mengkonkretkan
hal-hal yang bersifat abstrak
2)
Mendekatkan
dengan objek yang sebenarnya
3)
Melatih
siswa berpikir konkret
4)
Memperjelas
suatu masalah
b.
Langkah-langkah penyajian media gambar atau foto
1)
Menganalisis
pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan dituangkan dalam bentuk media dan
audio atau foto
2)
Menyiapkan
bahan-bahan yang dipergunakan
3)
Menugaskan
siswa untuk juga menyiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar
4)
Memeragakan
gambar-gambar sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa
5)
Guru
meminta para siswa mengomentari gambar yang telah dipegarakan dan siswa yang
lain diminta memberikan tanggapan terhadap komentar tersebut.
6)
Guru
menjelaskan materi pelajaran melalui media yang telah disiapkan sekaligus juga
menanamkan nilai moral dan norma yang menjadi target harapannya
7)
Guru
menyimpulkan materi pelajaran sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tugas
kepada siswa untuk memperkaya pengusaan materi pelajaran PKn.
4.
Rancangan Media Overhead Projector
dalam Pembelajaran PKn SD
a.
Fungsi media overhead projector :
1)
Meningkatkan
daya tarik dan motivasi siswa untuk belajar
2)
Mempermudah
guru untuk menyiapkan materi pembelajaran
3)
Memperjelas
tayangan materi pembelajaran sehingga perhatian siswa terhadap materi yang
diberikan guru akan lebih besar
b.
Langkah-langkah penyajian media overhead proyektor :
1.
Analisis
TIK pokok bahasan yang akan diajarkan
2.
Analisis
materi pelajaran untuk menentukan jenis media yang diperlukan
3.
Analisis
keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
dalam menerima pelajaran, kecepatan daya serap siswa, serta tingkat
perbendaharaan kata yang dipakai
4.
Kembangkan
bahan-bahan tersebut ke dalam transparan yang telah disiapkan
5.
Sajikan
transparan di kelas dengan diatur fokusnya sebaik mungkin sehingga apa yang
tertera dalam transparan dapat dibaca dan dilihat dengan jelas oleh semua siswa
6.
Sesekali
diselingi dengan pernyataan, tanggapan, dan pernyataan dari siswa
7.
Guru
menyimpulkan materi pembelajaran PKn yang telah disampaikan.
Tes FormaTiF
5
Setelah selesai menyimak rangkuman di
atas, kerjakan soal-soal ters formatif dengan cara membubuhkan tanda silang (X)
pada alternatif jawaban yang paling benar.
1. SiswaSD
dengan rentang usa 6-12 tahun berada pada tngkat operaskonkrt dan operasformal,
dkemukakan oleh ..
A.
R.
Hanna
B.
Piaget
C.
Bredekamp
D.
Rchmond
2.
Pembelajaran tematik merupakan aplikasi pendekatan ....
A.
Pembelajaran
integrated
B.
Pembelajaran connected
C.
Pembelajaran
contextual
D Pembelajaran fragmented
3. Di
bawah ini merupakan karakteristik pembelajaran terpadu kecuali...
A.
Holistik
B.
Bermakna
C.
Abstrak
D.
Otentik
4. D
bawah nyang tidak termasuk pertmbangan rasonal pemaduan menurut Wolfinger yaitu ...
A.
Pengalaman
belajar bersifat interdisipliner;
B.
Pertimbangan
efisiensi
C.
Tuntutan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran
D.
Pertimbangan
banyaknya mata pelajaran di SD
5.
Dalam pembelajaran tematik, tema merupakan, kecuali..
A.
Pemandu
kegiatan pembelajaran
B.
Sentral
kajian pembelajaran
C.
Bagian
dari kegiatan pembelajaran
D.
Rujukan
dalam merumuskan kompetensi dasar
6.
Di bawah ini manakah kegatan yang bukan merupakan kewenangan guru?
A.
Menganalss
kompetensdasar
B.
Merumuskan
kompetensdasar
C.
Merumuskan
Indkator
D.
Membuat
jaringan indicator
7.
Menceritakan tentang fungsi dari setiap ruang” , merupakan rumusan...
A.
Kompetensi
dasar
B.
Indkator
C.
Standar
kompetensi
D.
Hasil
belajar
8. Di
bawah nyang tidak termasuk peran tema yatu ....
A.
Memusatkan
perhatan sswa pada tema
B.
Memudahkan
guru merumuskan skenario pembelajaran
C.
Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
D.
Guru
dapat menghemat waktu
9.
Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik di SD harus...
A.
Luas
dan komprehensf
B.
Mewadahmnat
sswa
C.
Memberikan
bekal kehidupan selanjutnya
D.
Memperhatkan
kepentngan masyarakat
10. Menurut Richmond untuk siswa SD
lebih tepat menggunakan pembelajaran
terpadu/ tematIk karena...
A.
Wawasan
sswa mash bersfat konkrt
B.
Pengalaman
sswa mash bersfat sederhana
C.
Penghayatan sswa terhadap pengalaman bersfat totaltas
D.
Siswa
SD sudah mampu mengadakan pemilihan yang artificial
BAB VI
SUMBER PEMBELAJARAN PKN
Sumber Pembelajaran PKn
Pada kegiatan belajar ini,
Anda akan diajak untuk mengenal dan berlatih dalam mengembangkan sumber pembelajaran
PKn. Dalam pembelajaran PKn, sumber
materi pembelajaran sangat pentng karena masalah kewarganegaraan merupakan
masalah yang dnams dan sangat cepat berubah dan berkembang sejalan dengan
perubahan dan perkembangan kehdupan masyarakat, bangsa, dan negara. Di pihak lain, untuk mencapai tujuan
pembelajaran PKn, guru perlu mengikuti perkembangan kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara sehingga materi pembelajaran PKn akan selalu aktual,
kontekstual, dan sesuai dengan dunia peserta didik di jenjang Madrasah
Ibtidaiyah. Oleh karena itu, untuk menyajikan materi pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan pembelajaran PKn, guru perlu mengenal, memahami, dan menyeleksi
sumber belajar yang tepat
Apakah sumber pembelajaran
PKn itu? Salah satu tugas guru yang tdak kalah pentngnya adalah mencar dan
menentukan sumber belajar. Dalam PKn,
mencari dan menentukan sumber belajar sangat
penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan
perkembangan kehidupan sosial politik yang terjadi saat ini. Oleh karena
itu, sumber belajar ini tidak cukup
hanya dari buku teks atau buku paket saja. Dalam pembelajaran PKn, Anda dapat
menggunakan sumber belajar yang diperoleh dari media cetak seperti buku,
majalah, surat kabar, jurnal; dari media elektronik seperti siaran TV, radio,
film; dan manusia (nara sumber) baik tokoh masyarakat dan pakar di bidang
tertentu maupun pejabat di suatu instansi/ organisasi. Pemanfaatan sumber- sumber belajar tersebut
akan lebih memperkaya bahan ajar yang diuraikan dalam buku teks atau buku
paket, di samping akan meningkatkan gairah belajar siwa.
A.Kosasih Djahiri (1990)
menegaskan bahwa diantara sumber belajar penting dalam PKn
adalah: a) sumber formal perundangan b) buku paket/acuan resmI c)
bahan/publIkasI/nformasI nstansresmd) media massa yaitu TV, surat kabar,
majalah e) buku/lteratur kelmuan f) kItab sucI) kehdupan drl, adat,
poleksosbudhankam, lingkungan sektar, daerah, nasonal, dan nternasonal.
Kekelruan yang serng dlakukan guru dilapangan adalah hanya menggunakan buku
teks atau paket yang dijadikan satu-satunya sumber bahan ajar. Padahal realita
kehidupan di masyarakat dan berita media cetak dan elektronik merupakan
sumber belajar yang lebh aktual
dbandngkan dengan sbuku teks atau paket.
Buku teks atau paket akan mudah ketnggalan perkembangan nformas baru
khususnya yang berkenaan dengan nformaspoltk dan ketatanegaraan yang saat
nsedang mengalam perubahan yang sangat mendasar. Oleh karena itu, Anda dtuntut
untuk aktf dan kreatf mencar nformasbaru yang dperoleh darberbagameda massa baik
media cetak maupun elektronk yang relevan dengan pokok bahasan yang akan
dsampakan. Misalnya, ketka akan membahas materpokok kedaulatan rakyat dan sstem
politik khususnya yang berkatan dengan contoh-contoh penyimpangan
ketatanegaraan yang sedang terjadi, Anda dapat mengkaji dari berita surat kabar
dan siaran atau diskusi dalam televisi. Demikian pula dalam membahas budaya
demokrasi dapat diperkaya dengan mengambil sumber dari kehidupan dari masyarakat
.
Dengan demikian, sumber belajar tidak cukup hanya dari buku
teks atau paket, tetapi harus dlengkai pdengan sumber-sumber lain. Bahkan Nasuton (1992) mengemukakan bahwa sumber-sumber belajar bisa
diperoleh dari masyarakat dan lingkungan berupa manusa, museum, organsas, dan
lain-lain, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio- vsiual, dan sebagainya.
Sumber Belajar Pada Masyarakat
Masyarakat dan aktvtas pemerntah merupakan
sumber dan meda utama dalam pembelajaran PKn, karena pembelajaran ini bertitik
tolak dari masyarakat dan berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan
masyarakat dan perlaku pemerntah sebagamedia belajar, guru memerlukan informasi
yang akurat dan memadai mengenai orang- orang, lembaga, perstwa, keadaan yang
ada d dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat,
orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar atau untuk meningkatkan
belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan studi, dan (c) nara sumber. Tempat mana atau kantor mana
yang dijadikan sumber tergantung pada tujuan dan kompetensi dasar dalam standar
isi. Termasuk sumber belajar yang ada dalam masyarakat adalah kerja lapangan,
studi wisata, dan perkemahan.
Masyarakat dan pemerntahan
dsektar tempat tnggal sswa merupakan sumber pembelajaran PKn yang tidak pernah
kering. Dalam masyarakat sswa dapat
melhat langsung proses sosal yang sedang berlangsung. Dalam masyarakat setempat perlu dperkenalkan
kepada sswa tentang konsep-konsep lan yang berasal dardspln geografi, masalah
kehidupan kelompok dari disiplin sosiologi, proses dan mekanisme pemerintahan
dari civics/ ilmu politik, aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa
dari ekonomi, adat-istiadat setempat dari anthropologi, dan lokasi warisan
sejarah yang ada dari disiplin sejarah.
Dari masyarakat itu siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda
latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hdup secara harnons
sebagabangsa Indonesa. Dengan demkan
masyarakat dan kehdupan pemerntah dapat memberi sumbangan yang penting dalam program
pembelajaran PKn.
Ada beberapa cara yang
dapat dlakukan oleh guru untuk menggunakan sumber masyarakat setempat bagi
program pembelajaran PKn.
1.
Mengundang
anggota atau tokoh masyarakat dan aparatur pemerntah setempat ke dalam kelas
untuk berbcara dengan sswa-sswa mengenasuatu topk yang berhubungan dengan
profesinya (pekerjaannya). Anggota atau
tokoh masyarakat itu mungkin seorang dokter, pengarang, wartawan, ketua RT/ RW,
pedagang, sejarahwan dan sebagainya.
Tentu saja guru lebih dahulu mengkomunikasikan kepada pembicara tentang
tujuan undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan menyesuaikan diri dalam
menggunakan bahasa yang dapat dmengertoleh sswa . Umumnya nara sumber yang bersangkutan
berbcara tentang pengalaman hdup mereka sehar-haratau tentang masa lalu.
2.
Mengunjungi
langsung anggota-anggota atau tokoh-tokoh masyarakat dan pemerntahan dtempat
mereka tnggal atau berada. Untuk tu
sswa-sswa perlu diberi penjelasan lebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan
mereka harus menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka ajukan
melalui wawancara.
Nara Sumber
Nara sumber memberkan kesempatan kepada para
sswa memperoleh pengalaman lain yang tidak kalah dari kunjungan studi. Dalam
studi lapangan para siswa mengenal lngkungan seutuhnya. Sedangkan dengan nara
sumber mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan isi lingkungan. Mereka yang
dapat menjadi nara sumber adalah yang mempunyai pengalaman luas atau pejabat
khusus yang dapat memberi informasi yang autentik. Tokoh-tokoh masyarakat dapat
memberkan nformassesuadengan pengalamannya masng-masng.
Pemilihan nara sumber
memerlukan pertmbangan:
·
Nara
sumber perlu mempunyasesuatu pesan baganak-anak.
·
Nara
sumber dundang karena pengetahuan khusus
yang dmlknya.
·
Nara
sumber tidak perlu melawak. Nara sumber diundang untuk mendorong belajar, bukan untuk memberkan suguhan
hburan
·
.Nara
sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas. Sajian yang
efektf dapat mendorong tumbuhnya perhatan
·
.Nara
sumber yang dundang adalah mereka yang mempunyapandangan luas dan terbuka, tdak
berat sebelah.
·
Nara
sumber adalah mereka yang tertark kepada anak-anak.
Jauh sebelum kelahiran mata
pelajaran PKn di Indonesia, Leppert (1963) mengemukakan bahwa program
pembelajaran PKn hendaklah memberikan kesempatan kepada sekolah (siswa) untuk
menemukan dan menggunakan beragam jenis sumber informasi, seperti membaca buku
sumber, menyajikan media audiovisual, dan sumber- sumber yang dperoleh
darlngkungan masyarakat. Sumber-sumber
tertuls bak yang berupa fiksi maupun faktual, jika diilustrasikan dengan baik,
dapat diperkenalkan untuk membantu sswa memperluas wawasan, mengemukakan konsep
baru, dan memperluas dan memperdalam pemahaman mereka. Sebelum anak-anak menggunakan sumber
informasi, seperti buku, majalah, ensiklopedia, dan katalog kartu, mereka perlu
mengetahui susunan alpabet agar dapat menemukan lokastempat buku dperpustakaan.
Pada tngkat SD/MI, para
sswa hendaknya telah dperkenalkan bagamana mengumpulkan informasi selain dari
buku teks, seperti biografi dan autobiografi, buku- buku yang bertema khusus,
fiksi, ensiklopedi, kamus dan penggunaanya, referensi tambahan yang menunjang,
majalah (current periodicals), peta dan atlas.
Demkan pula, informasi yang ada di masyarakat, bahan-bahan audiovisual,
film, bioskop, radio, televisi, catatan haran, VCD, dan sebaganya.
Dari sejumlah jenis sumber
informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber utama nformasmelput:
(1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community),
dan (3) sumber-sumber bukan bacaan (nonreading materials).
Bagamana memperoleh dan menghmpun sumber
nformas? Bagamana menggunakan atau memanfaatkan sumber nformas n? merupakan
pertanyaan yang akan memandu uraian pembahasan dalam kegiatan belajar di bawah
ini.
Pertama, penggunaan bahan bacaan
sebaga sumber nformasmelput: buku, perpustakaan, majalah (periodicals), dan
publkaspemerntah. Buku merupakan sarana dasar untuk belajar bagaimana menemukan
dan mengumpulkan informasi. Para siswa
dapat membaca dan menganalss buku teks
dan buku-buku lannya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan, memeriksa
kebenaran informasi, memperoleh pengertian tentang unt stud, membuat plhan dan
keputusan yang lebh cerdas, dan memecahkan masalah. Penggunaan buku sebaga nstrumen dalam
memperoleh nformasmemerlukan kemampuan sswa dalam menggunakan daftar s, ndeks,
kartu katalog, enskloped, atlas, kamus, almanak, surat kabar, dan rujukan
lainnya. Sejumlah kemampuan ini serng
terlupakan oleh sebagan guru bahkan tdak pernah sswa mendapat kesempatan atau
dbmbng untuk memperoleh keteramplan n.
Padahal, keteramplan tersebut merupakan dasar (basic skills) baganak ddk
untuk membantu mempermudah menggaldan menghmpun nformas.
Bagamana penggunaan sumber
nformasdarbahan bacaan buku tersebut? Berkut
ini adalah contoh petunjuk perbandingan pembelajaran penggunaan daftar isi dan
daftar indeks.
Pertanyaan
|
Daftar Isi
|
Daftar Indeks
|
1. Dmana?
Pada halaman bagan depan atau belakang
|
1. Pada
bagan depan
|
1. Pada
bagan belakang
|
2.
Mengapa? Untuk menunjukkan urutan atau lokasbab
|
2. Untuk
menunjukkan lokasi bab
|
2.
Menunjukkan nama dan topk menurut susunan alpabets
|
. 3. Kapan
? Dgunakan ketka ngn mencari judul bab atau cerita.
|
3. Ketika
ingin mencari judul bab
|
3. Untuk
temukan kata kuncdartopk
|
4. Bagamana?
Lhat daftar bab dan bergeser ke sebelah kanan, lhat halaman bab
|
4. Lhat
daftar bab
|
4. Catat
halaman dmana topk tu berada.
|
Apabla para sswa telah mahr
dalam menggunakan buku sebagasumber bacaan, maka Anda dapat memperkenalkan atau
mencoba melath para sswa memanfaatkan perpustakaan dimana terdapat berbagai
jenis ragam buku. Perpustakaan merupakan
sumber yang sangat diperlukan oleh guru PKn maupun guru mata pelajaran lainnya
untuk memberkesempatan kepada sswa dalam mengembangkan keteramplan menghmpun
nformas. Oleh karena tu, guru PKn dan
petugas perpustakaan (librarian) perlu bekerja sama dalam membuat kesepakatan
untuk keperluan proses belajar mengajar, khususnya dalam menggunakan katalog
dan bahan rujukan lain guna mendapatkan bahan-bahan nformas, aturan penggunaan
perpustakaan, dan sebaganya.
Di dalam perpustakaan, kta dapat mendapat
nformasbukan hanya darbuku- buku teks, melainkan dari beragam jenis majalah dan
surat kabar (periodicals). Karena
kompetensi kewarganegaraan merupakan tujuan utama pembelajaran PKn, maka
majalah dan surat kabar yang berkatan dengan su-su dan masalah-masalah
kewarganegaraan merupakan sumber nformasyang pentng. Setap sswa sekolah menengah hendaknya tdak
hanya mengetahubagamana mencar kolom klan melankan harus tahu pula bagaimana
menemukan kolom artikel yang ada hubungannya dengan pekerjaan kelas PKn. Banyak majalah mingguan dan bulanan, tabloid,
surat kabar, buletin yang memuat su-su aktual, sepertTempo, Gatra, Populer,
Merdeka, Kompas, Republka, Pkran Rakyat, Meda Indonesa.
Sebagai latihan, coba Anda
kelompokkan jenis sumber informasi periodik tersebut menurut jenis majalah,
tabloid, surat kabar, buletin. Anda
dapat memasukkan jenis lainnya sebanyak yang Anda ketahui.
|
Publkasi pemerintah dapat
pula dgunakan sebaga sumber nformasdar bahan bacaan. Dalam hal n, guru PKn hendaknya memberkan
bahan-bahan plhan darbadan-badan pemerntahan daerah dan pemerntah pusat untuk
para sswa dMadrasah Ibtidaiyah. Sumber
informasi dari badan pemerintah ini dapat berupa buletin, liflet, pamplet, peta, dsb. Perolehan sumber melalui surat menyurat dan
kunjungan langsung oleh sswa dan guru ke berbagabadan pemerntahan dan
departemen merupakan cara yang efektf untuk mendaaptkan publkasnegara dan
pemerntah.
Demkanlah beberapa bahan bacaan sebaga sumber
nformasyang berguna untuk pengamblan keputusan dan menngkatkan
kompetenskewarganegaraan. Untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap berbagai jenis sumber informasi
bacaan tersebut, kerjakan latihan berikut ini.
Pada setiap kolom kosong
yang sejajar dengan setiap pernyataan Kolom A, tulislah nomor kata atau konsep
pada Kolom B yang menurut anda paling cocok!
Pilihan
Ceklis
|
Kolom A
|
Kolom B
|
__________
__________
__________
__________
__________
__________
__________
__________
__________
|
Pada bagan
muka buku dan memberkan pengarang
judul, dan
penerbit buku
Daftar bab
buku.
Sebuah
buku map.
Membantu
anda menemukan buku pada rak.
Dtemukan
pada bagan belakang buku
Disusun
pada rak secara alpabets dengan nama orang tentang oleh sapa buku ditulis
Memberkan
nama orang yang tersusun secara alpabets.
Memberkan
makna kata-kata.
Daftar
judul buku secara alpabetis.
Daftar
semua buku di perpustakaan
|
1. Katalog
kartu
2. Buku petunjuk telepon
3. Biografi
4. Indeks
5. Kamus
6. Nomor buku
7. Atlas
8. Halaman judul buku
9. Daftar isi
10.
Punggung buku
|
Kedua, masyarakat sebaga salah
satu sumber nformasmencakup: file sumber
masyarakat, hasil wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan,
dan laporan survey masyarakat. Masyarakat
dkawasan tertentu merupakan laboratorum berharga yang memberkan pengalaman
kepada sswa dalam mendapatkan nformastentang lembaga-lembaga sosal, poltk, dan
ekonom. Selan tu, sumber nformas
masyarakat nmemberkan makna bagkehdupan kelompok dan kontrbuspentng untuk
mengidentifikasi dan memahami kesamaan dan perbedaan dalam budaya.
Pemanfaatan masyarakat
secara efisien dan efektif sebagai laboratorium proses belajar mengajar dalam
memperoleh informasi berkaitan dengan unit kajian dalam PKn. File
sumber masyarakat menjadi instrumen baik bagi guru maupun siswa. Di lingkungan sekolah yang belum
mengembangkan file sumber masyarakat, guru PKn perlu mempunyafile sendrdan
melbatkan sswa dalam kegatan.
Pengelompokan dan pengorgansasan sumber dari masyarakat meliputi:
bisnis, komunikasi, budaya, pemerintahan, sejarah, perndustran, transportas,
rekreasi dan permanan. Sedangkan
lembaga dan nstansyang dapat dijadikan sumber informasi di masyarakat meliputi:
Pusat Kota, Balai Kota, Rumah Sakt, Departemen Kesehatan Umum, Perdesaan, Ibu
Kota Negara, Kantor Pos, Pengadlan, Bro Cuaca, Perumahan, Kehutanan, dsb.
Selain perolehan informasi
melalui sumber di atas, para siswa dapat dibelajarkan pula melalupelathan
mewawancaranarasumber dan haslnya dlaporkan kepada seluruh kelas. Atau guru dan sswa secara bersama
mendatangkan narasumber ke kelas untuk mendiskusikan suatu tema, menunjukkan
keahlian atau menunjukkan bahan-bahan PKn yang tdak pernah dperoleh
dsekolah. Namun, apabla narasumber tu
tdak dapat hadr dkelas maka beberapa sswa dapat mewawancaranya dan mencatatnya
bahkan dapat dbantu dengan alat rekaman.
Catatan ini dapat dgunakan sebagalaporan
dkelas untuk memberkan rasa kontak langsung dengan orang yang dwawancaranya.
Catatan perjalanan terhadap tempat-tempat yang dikunjungi dan bentuk perjalanan
yang akan drencanakan tergantung pada tngkat perkembangan dan kecakapan sswa
serta topik yang dikaji. Untuk siswa
jenjang SD/MI, lokasi yang dapat dikunjungi dapat melputkantor pos, perkebunan,
staton pemadam kebakaran, pusat-pusat kesehatan masyarakat, bank, dan
kantor-kantor pemerintahan daerah.
Keberhasilan perjalanan lapangan dalam rangka proses pembelajaran untuk menghimpun informasi
tergantung pada keluasan rencana yang dbuat oleh guru dan sswa. Keteramplan-keteramplan yang perlu
dipersiapkan antara lan merumuskan daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan, menentukan hal-hal yang perlu dicatat, kesepakatan kerjasama antara
pihak sekolah dan sumber informasi, dan pelaksanaan diskusi tindak lanjut dan
evaluasi.
Survey masyarakat, seperti
terhadap nara sumber atau perjalanan lapangan, merupakan cara keterampilan
pembelajaran dalam memperoleh dan pemanfaatan nformasdlaboratorum sekolah, dan
masyarakat dperdesaan maupun dperkotaan. Karena wawancara dan daftar pertanyaan
merupakan aspek pentng dalam tahap persapan atau pelaksanaan survey, maka guru
perlu merencanakan pengalaman yang memudahkan dan menngkatkan pemahaman
sswa. Keberhaslan survey masyarakat
untuk mengembangkan keteramplan dalam mendapatkan dan memanfaatkan sumber
nformastergantung pada keluasan rencana yang dbuat oleh sswa. Model pertanyaan yang dapat drumuskan untuk
survey masyarakat antara lan:
-
Apakah
tujuan survey?
-
Sumber
nformasapakah yang kita perlukan?
-
Pertanyaan
seperti apakah yang akan diajukan untuk mencapai tujuan survey? - Apakah
pertanyaan tersebut akan menghaslkan data yang bermanfaat?
-
Jenis
nformasapakah yang harus dperoleh darsurvey masyarakat?
Survey masyarakat hendaknya
memberkan kontrbusdalam pengembangan keteramplan, sepert: (1) membedakan antara
data yang relevan dengan data yang tdak relevan; (2) merumuskan
generalsasberdasarkan data yang cukup dan vald; dan (3) melaporkan
temuan-temuan secara akurat dan obyektf.
Ketiga, bahan-bahan bukan bacaan
namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi.
Bahan-bahan nmelput: (1) gambar bergerak, filmstrips, dan slides; (2)
peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, rado, dan televs.
Tergantung pada isi pesan, gambar bergerak
seperti kartun, filmstrip, slides dapat dgunakan secara selektf untuk
memperkenalkan, mengembangkan, atau merangkum suatu unit kajian. Dalam proses perencanaan, guru hendaknya
mempersiapkan pertanyaan untuk memandu sswa pada saat mereka menggunakan sumber
tersebut. Msalnya, sswa dapat
diperkenalkan dengan film dokumenter tentang aksi unjuk rasa atau demonstrasi
mahasswa dan masyarakat yang menuntut agar RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya
(PKB) tidak disahkan oleh DPR.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, antara lain: Apa masalah yang
dperselshkan oleh mahasswa dan phak pemerntah/DPR tentang RUU tersebut? Mengapa mereka bersikeras agar RUU tersebut
dibatalkan? Apa tujuan dari RUU dan
tujuan mahasiswa melakukan unjuk rasa?
Peta, grafik, dan poster
merupakan bahan-bahan sumber informasi yang menunjukkan hubungan antara fakta
dan ide serta perbandingannya tentang data orang, uang, atau jarak tempat,
dalam bentuk vsual sehngga sumber nformasakan bermakna bagsswa. Gars waktu dapat membantu sswa memahamurutan
perstwa dan dapat mempermudah pengembangan perspektif sejarah. Peta dapat menunjukkan cara dari sejumlah
peristiwa dapat memberkontrbusterhadap perstwa yang lebh luas. Msalnya, berapa besar mpor darnegara-negara
lan berkontrbusterhadap pengadaan pangan dnegara kita.
Rekaman, radio dan
televssebaga sumber nformasberupa suara memberkan dimensi baru dalam bahan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya
nformasbagsswa. Ketka meda ndgunakan
secara tepat, sswa dapat mempunyaakses untuk melakukan dskus tentang su-su
terkn, demkan pula peristiwa-peristiwa sejarah terkenal. Wawancara dengan pejabat pemerintah yang
drekam dengan tape recorder sepertdengan walkota, bupat, gubernur, wakl dewan,
pimpinan perusahaan dapat memberikan informasi tentang fungsi, tugas, dan
kewajiban pejabat-pejabat tersebut serta masalah-masalah yang dihadapinya di
masyarakat.
Rangkuman
Salah satu tugas guru yang tdak kalah
pentngnya adalah mencardan menentukan
sumber belajar. Dalam PKn, mencari dan menentukan sumber belajar
sangat penting sebab bahan ajarnya sangat
dinamis sesuai dinamika dan perkembangan kehidupan sosial politik yang terjadi
saat ini.
Masyarakat dan aktvtas
aparatur pemerntah merupakan sumber dan meda utama dalam pembelajaran PKn,
karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan berorentaspada
masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat dan perlaku pemerntah sebagai media
belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai
orang-orang, lembaga, perstwa, keadaan yang ada ddalam masyarakat. Dalam
pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat
dijadikan sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber
masyarakat, (b) kunjungan studi, dan (c) nara sumber.
Sebagaimana program pembelajaran pada umumnya,
pembelajaran PKn hendaklah memberkan kesempatan kepada sswa untuk menemukan,
memlh, dan menggunakan beragam jenis sumber belajar untuk pembelajaran PKn.
Dari sejumlah jenis sumber informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan
sumber utama informasi meliputi: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials),
(2) sumber masyarakat (community), (3) sumber- sumber bukan bacaan (nonreading
materials). Setap sumber nformas
nmempunyakarakterstk tertentu yang salng mendukung kompetenskewarganegaraan dan
akurashasl pengamblan keputusan. Bahan bacaan sebaga sumber nformasmelput: buku,
perpustakaan, majalah (periodicals), dan publkaspemerntah. Masyarakat sebaga
salah satu sumber nformasmencakup: file
sumber masyarakat, hasl wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan
lapangan, dan laporan survey masyarakat. Bahan- bahan bukan bacaan namun dapat
dijadikan sebagai sumber informasi meliputi: (1) gambar bergerak, filmstrips,
dan slides; (2) peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, radio, dan televs.
Tes FormaTiF
6:
Lingkarilah salah satu kemungkinan
jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.
Sumber belajar yang diperoleh dari media cetak meliputi... kecuali:
A.
buku
B.
majalah
C.
surat
kabar
D.
artikel
internet
2.
Berkut n adalah sumber nformasyang berasal dar bahan bacaan kecual:
A.
film
B.
ensklopedi
C.
Majalah
D.
kamus
3.
Keteramplan menghmpun nformas dengan cara menggunakan ndeks dlakukan terhadap sumber:
A.
majalah
B.
peta
C.
catatan
harian
D.
buku
teks
4.
Untuk mengetahuhalaman bab tertentu, kta dapat melhat:
A.
katalog
B.
daftar
isi
C.
indeks
D.
daftar
table
5.
Membaca dan menganalisis buku teks bertujuan untuk.... kecuali:
A.
mencari
jawaban atas pertanyaan
B.
memeriksa
kebenaran informasi
C.
membuat
keputusan yang cerdas
D.
mencari
masalah baru
6.
Untuk mencari suatu definisi istilah dari sebuah buku, kita dapat
menemukan dengan cepat apabla melhat:
A.
daftar
isi
B.
indeks
C.
daftar
pustaka
D.
bab
demi bab
7.
Informasi dapat diperoleh dari masyarakat melalui.... kecuali:
A.
survey
B.
wawancara
C.
perjalanan
lapangan
D.
mengkaji
daftar isi
8. Sumber belajar/informasi dari
masyarakat untuk bahan pengambilan keputusan yang berkatan dengan masalah
rendahnya produktivitas barang dapat dperoleh darorgansasi:
A.
kebudayaan
B.
transportasi
C.
perindustrian
D.
sejarah
9.
Penggunaan hasil menghimpun nformasi oleh siswa dari masyarakat adalah:
A.
untuk
laporan kelas
B.
langsung
dpublkaskan kepada umum
C.
untuk
memperbaiki ekonomi
D.
untuk
laporan kepada kepala sekolah
10. Survey masyarakat yang baik
hendaknya memuat hal-hal berikut... kecual:
A.
membedakan
antara fakta yang relevan dengan yang tidak
B.
merumuskan
generalsasi
C.
melaporkan
data secara akurat
D.
mendapat
imbalan materi
BAB VII
DESAIN PEMBELAJARAN PKn
Pengertian
Menurut Eraut (1991:315)
istilah disain pembelajaran atau ‘instructional design’ biasanya merujuk pada
disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang dapat melbatkan
guru atau tdak perlu melbatkan guru yang akan melaksanakan pembelajaran
tersebut. Memang, sejumlah ahli
mengatakan bahwa disain pembelajaran dibuat oleh guru yang akan melaksanakan
pembelajaran namun bukanlah suatu keharusan disain pembelajaran dibuat hanya
oleh guru yang bersangkutan. Artinya,
bahwa pengembangan disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar
pembelajaran yang dharapkan akan membantu/mempermudah para guru dalam
mengembangkan dan melaksanakan proses pembelajaran. Pengembangan desain
pembelajaran merupakan langkah awal dalam proses mengembangkan kurikulum
pembelajaran. Untuk memudahkan memahami
uraian tentang pengembangan disain pembelajaran PKn di bawah ini, Anda
diharapkan telah mengenal secara umum tentang disiplin lmu-lmu sosial dan teori-teori,pendidikan.
Dengan memiliki pengetahuan awal tersebut Anda
akan sangat terbantu untuk memaham, mengkaji dan menganalis situasi dan
disiplin ilmu-ilmu sosial yang sangat berpengaruh terhadap proses penyusunan
desain pembelajaran khususnya dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam
pembahasan berikut ini, Anda akan diajak menganalisis situasi apa saja baik
eksternal maupun internal dan disiplin ilmu apa saja yang banyak kontribusinya
terhadap proses penyusunan desain pembelajaran PKn. Sehingga dengan mempelajari
mater dalam bab ini anda diharapkan memilki kemampuan sebagai berikut: (1)
dapat menganalsis faktor eksternal dan nternal yang perlu dpertmbangkan dalam
proses penyusunan desain pembelajaran; dan (2) dapat menganalisis disiplin ilmu
pendukung yang banyak berpengaruh dalam penyusunan desain pembelajaran.
Analisis Situasi Eksternal dan Internal Sebagaimana telah dikemukakan pada
bagian pendahuluan bahwa untuk mempelajari bab nAnda dharapkan telah mengenal
bagamana paradgma PKn dan pengembangan materPKn yang merupakan perpaduan
darberbagadspln lmu atau dsebut interdisipliner dan multidomensional serta apa
tujuan dan fungsinya.
Pada kegiatan belajar berikut ini, akan
dibahas faktor-faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang
harus diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam proses
penyusunan desain pembelajaran. Apabila diklasifikasikan (secara sederhana),
faktor-faktor tersebut dibagi atau dibedakan atas faktor eksternal dan faktor
internal. Pembahasan dalam kegiatan
belajar ini akan diawali dengan menjelaskan beberapa pertimbangan mengapa kta
perlu melakukan analss stuassebelum menyusun desan pembelajaran. Apa dan
mengapa analisis situasi? Analss stuasbasanya dlakukan sebelum proses pengembangan
kurkulum. Artnya, selama proses mengembangkan kurkulum, guru dtuntut agar
menyadardan mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau berubah
di sekitarnya. Laure Brady (1990)
menegaskan bahwa analss stuasi diperlukan untuk menentukan efektifitas
penerapan kurikulum yang baru.
Guru seyogianya dapat menangkap berbagai isu yang berkembang di
masyarakat untuk dijadikan sebagai pengalaman belajar siswa. Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar,
meliputi faktor-faktor seperti: latar belakang pengalaman siswa, sikap dan
kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar dan hambatan-hambatan eksternal.
Dengan demikian, pengembangan kurkulum diawali dengan melakukan kajian situasi
sekolah. Karena setiap sekolah memiliki
karakteristik yang berbeda maka analss stuaspada satu sekolah tdak dapat
dtransfer kepada sekolah lan. Analss stuasbasanya dlakukan oleh guru pada saat
guru merumuskan dan menetapkan tujuan pengajaran. Cara yang dilakukan antara lain melalui
diagnosis kelemahan-kelemahan sswa maupun prestasyang telah dcapanya, apakah
kebutuhan sswa pada saat knmaupun pada masa depan, hal-hal apakah yang dapat
membantu sswa untuk memecahkan masalah dalam kehdupannya, mengapa banyak orang
(mahasswa) melakukan demostrasi di depan Gedung DPR RI, Gedung Kejaksaan RI, Gedung Kedutaan, dan sebaganya.
Peristiwa-peristiwa sepert
inilah yang dapat dangkat, danalss dan dimasukkan oleh guru menjadi bahan
perencanaan program pembelajaran PKn. Sockett (1976) memberkan saran-saran
dengan menekankan pentingnya analisis stuasdalam pengembangan kurkulum, sbb.:
1) Guru seyogianya melakukan suatu transaksdengan sswa tentang apa yang akan
dilakukan dalam proses belajar mengajar. 2) Guru hendaknya secara terus-menerus
mengevaluasdan mempertahankan suasana belajar di kelas. 3) Guru hendaknya
mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata dan kemungkinan perubahan
stuastersebut. Dari saran-saran yang dikemukakan oleh Sockett di atas, jelaslah
bahwa guru dituntut untuk selalu menyesuaikan
program pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi (berlangsung) disekitar
sswa atau kehidupan sekolah. Situasi apakah yang harus selalu diperhatikan oleh
guru selama mendesain pembelajaran? Skllbeck (1984) membagfaktor yang dapat
menggambarkan stuassebagabahan analss guru atas dua bagan, alah faktor
eksternal (external factors) dan faktor nternal (internal factors).
Perhatikanlah faktor-faktor
eksternal dan nternal menurut Skllbeck berkut ini: Faktor-faktor eksternal meliputi:
1) Perubahan sosal-budaya dan harapan masyarakat 2) Tuntutan dan tantangan
sstem penddkan 3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan 4)
Kontrbusdarsstem dukungan guru 5) Sumber masukan bagi sekolah Faktor-faktor
nternal, melput: 1) Sswa melput aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya 2) Guru
meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman,
kekuatan dan kelemahan khusus serta perannya 3) Etos kerja sekolah dan struktur
politik 4) Sumber-sumber bahan pembelajaran 5) Masalah-masalah dan
kekurangan-kekurangan yang drasakan dalam kurkulum yang berlaku. Namun perlu
Anda ingat bahwa dua faktor bahan analss stuasdatas memlkkatan yang tdak dapat
dpsahkan satu sama lain dalam kehdupan.
Dua faktor nsaling mengisi, saling berpengaruh dan saling menentukan kieberhasilan
guru mengajar dan siswa belajar. Dengan
kata lain, tugas guru yang cukup strategis bagi keberhasilan mengelola proses
belajar mengajar akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mempertmbangkan, meramu, mengemas, merancang atau mendesan faktor-faktor d atas
dalam suatu model program pembelajaran. Agar Anda dapat memahami lebih jauh
lagi masing-masing lima faktor (eksternal dan nternal) tersebut marlah sekarang
kta membahasnya satu persatu. Pembahasan pertama akan dmuladengan faktor-faktor
eksternal.
Faktor eksternal pertama:
Perubahan sosal-budaya dan harapan masyarakat, seperti harapan orang tua siswa,
tuntutan dunia kerja, anggapan dan nilai masyarakat, perubahan hubungan antara
orang tua dan anak. Faktor sosal-budaya dan harapan masyarakat sebagai
lingkungan belajar siswa dan sekitar sekolah sangatlah penting untuk dperhatkan
oleh guru sebagapengembang kurkulum (curriculum developer). Laurie Brady (1990) menyatakan ‘Apabila
sekolah ingin berfungsi sebagai cermin masyarakat maka sekolah-sekolah harus
memperhatkan perubahan sosal-budaya pada saat menyusun kurkulum. Perubahan dbdang sosal budaya
nmelputperubahan penduduk, perubahan fungskeluarga, perubahan fungs/peran wanta
(msalnya emanspas), perubahan dalam struktur ekonom, perubahan teknolog dan
nformas, dan sebaganya. Apabla kta
perhatkan, msalnya dalam aspek teknolog nformas setelah merebaknya penggunaan
saluran nternet, darharke harbahkan dardetk ke detik kita dapat menyaksikan
betapa cepatnya perubahan yang terjadi dalam segala aspek kehdupan. Semua aspek
dan mplkas-mplkasnya nperlu dpredksoleh guru sehingga menjadi bahan dalam
proses pengembangan kurikulum.
Salah satu faktor sosal budaya yang sedang
melanda bangsa Indonesa sebagaakbat darkrss moneter adalah banyaknya anak yang
terpaksa keluar mennggalkan sekolah (drop out) karena tidak mampu membayar
biaya sekolah. Apabila kejadian ini tdak segera ditanggulangmaka dkhawatrkan
bangsa Indonesa akan mengalamsuatu generasyang hlang (lost generation). Hal nmerupakan contoh predksi yang dapat diangkat
oleh guru sebagai hasil analss faktor eksternal dari aspek sosal budaya yang cukup
realsts dan aktual. Beberapa contoh lan yang berkatan dengan aspek sosal
budaya, antara lan: Harapan orang tua meliputi pandangan orang tua tentang
pendidikan sex, pekerjaan rumah, disiplin siswa di sekolah; Harapan dunia kerja, antara lain standar kompetensi
lulusan, pengalaman kerja, sikap dan sebagainya.
Sebagai latihan, coba Anda
berikan contoh lain tentang faktor eksternal dari aspek sosial budaya ini yang
dapat dijadikan bahan analisis oleh guru selama merancang model pembelajaran!
Faktor eksternal kedua : Tuntutan sistem penddkan. Guru sebagai pengembang kurkulum perlu
menyesuaikan apa yang dlakukan dkelas dengan sstem pendidikan yang berlaku.
Misalnya, kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan pada masa
Mendiknas Wardiman Djojonegoro menitikberatkan perlunya peningkatan kualitas
sumber daya manusia melalui kebijakan link and match. Ada empat
topik kebijakan yang ditempuh, yakni relevansi, pemerataan, efisiensi
dan efektifitas. Keempat hal ini
hendaknya dijadikan sebagai rambu-rambu oleh
guru dalam mendesain pembelajaran baik dalam menyusun program (materi
pelajaran) maupun dalam menentukan desain pembelajaran seperti aspek metode,
media, sumber dan evaluasi. Sistem pendidikan lainnya yang dapat dijadikan
bahan analisis oleh guru antara lain: sistem ujian sekolah, ujian nasional,
fungsi sekolah dalam proses pengambilan keputusan, tngkat otonomsekolah, dan
keterlbatan masyarakat d sekolah.
Coba Anda kemukakan sistem
pendidikan lain yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru, khususnya dalam
pelaksanaan otonomi sekolah, misalnya penerapan KTSP? Faktor eksternal ketiga: Perubahan mata
pelajaran yang akan diajarkan. Kurikulum yang bak adalah kurkulum yang sesua
dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan di
atas bahwa kebutuhan dan tuntutan masyarakat (sosial-budaya) selalu mengalami
perubahan. Perubahan dalam mata pelajaran yang
akan diajarkan merupakan refleksi dari perubahan sosial-budaya. Dengan demikian, perubahan mata pelajaran
merupakan proses penyesuaian yang dilakukan oleh guru dalam menjawab tuntutan
masyarakat. Ada beberapa kecenderungan yang dapat diklasifikasikan sebagai
perubahan dalam mata pelajaran sebagai upaya inovasi dalam sistem pembelajaran
dalam IPS dan PKn. Misalnya, pada menjelang
pemberlakuan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mata
pelajaran IPS dan PKn pernah digabung menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pengetahuan Sosal (PKPS) atau ada upaya atau gagasan melakukan integrasi
sejumlah materi pelajaran yang dikenal dengan pendekatan tematik (thematical
approach) atau terpadu (integrated approach).
Sedangkan, metode yang dkembangkan lebh menekankan pada keteramplan
proses sepert yang dkemukakan oleh Evans dan Poole (1985) dengan istilah
‘learning how to learn’ melalu nkur, pemecahan masalah dan pengamblan
keputusan. Upaya novasmelalupembaharuan
pendekatan/metode mengajar ini dianggap tepat dalam suasana fungsi sekolah
dalam menghadapi perubahan masyarakat duna yang begtu cepat. Faktor eksternal
keempat: Kontrbusdarsstem dukungan guru. Hakekat darsstem dukungan guru mungkn
beragam tergantung pada kedekatannya.
Setiap sekolah memlkakses
terhadap bentuk-bentuk dukungan untuk penngkatan profesonalsme guru apakah
berupa sekolah tngg, unverstas, konsultan kurkulum, dan pusat penataran guru.
Dukungan yang dimaksud mencakup sumber-sumber belajar yang dapat mendukung
terhadap proses belajar mengajar sehingga perlu dipertimbangkan sebagai bahan
analisis pada tahap penyusunan desain pembelajaran. Bahan belajar yang sekaligus menjadi sumber
belajar terdiri atas: bahan audio-visual (misalnya pesawat televisi), buku-buku
profesonal, peragaan dan alat peraga.
Guru hendaknya mengupayakan ketersedaan dukungan nmsalnya melalukepala sekolah.
Faktor eksternal kelima: Sumber masukan bagsekolah. Sebagamana dnyatakan oleh
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sstem Penddkan Nasonal, bahwa
“Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
Di Indonesia, nampaknya tanggung jawab sekolah
masih lebih besar dbebankan kepada phak pemerntah dan orang tua sswa. Peran masyarakat khususnya yang ada
dlngkungan sekolah belumlah dapat dmanfaatkan secara optmal. Sehingga nampak ada jurang pemisah antara
lembaga persekolahan dengan masyarakat.
Umumnya, masyarakat belum merasakan bahwa lembaga sekolah yang ada
dwlayahnya adalah juga tanggung jawabnya. Idealnya tentu saja harus ada
kesadaran dari semua pihak bahwa maju mundurnya sekolah atau baik tidaknya
sekolah akan sangat tergantung kepada tga phak d atas. Demikianlah beberapa
pokok penjelasan/pembahasan tentang faktor-faktor eksternal sebagai bahan
analisis dalam penyusunan desain pembelajaran. Selanjutnya marilah kita
perhatikan beberapa penjelasan faktor internal sebagai bahan analisis situasi.
Faktor internal pertama:
Sswa. Hal-hal yang berkatan dengan sswa
melputbakat, kecakapan dan kebutuhan akan penddkan sswa. Darsemua faktor, bak
eksternal maupun nternal, yang pertama kalperlu mendapat perhatan darpara
perencana kurkulum adalah sswa. Sfat,
karakter dan pembawaan sswa dsekolah berbeda satu sama lan sehngga analss
stuasseyoganya mempertmbangkan pula perbedaan ndvdu sswa dan mengupayakan agar
mengenal pola persamaannya. Perbedaan
yang dapat diidentifikasi dari siswa yang berada di sekolah misalnya adalah
perbedaan kepribadian walaupun secara fisik dan usia mungkin sama.
Untuk mengenal perbedaan
siswa, guru sebagai perencana pembelajaran dapat mendapat informasi dengan cara
menanyakan kepada guru-guru darsswa sebelumnya atau kepada lngkungan dmana sswa
tu berada dan dbesarkan. Pemahaman guru terhadap siswanya dalam upaya mendesain
pembelajaran PKn sangat penting. Hal ini
bahkan sejalan dengan ciri guru profesional yang pertama, ialah guru harus
mengenal peserta ddk secara mendalam.
Mengapa guru perlu mengenal siswanya secara mendalam? Ya, karena pembelajaran PKn adalah
pembelajaran yang meliputi multidomain.
Guru perlu membelajarkan
aspek kognitif, afektif, dan keterampilan/perilaku. Pembelajaran untuk tiga domain tersebut akan
sulit tercapai apabla guru tdak mengenal sswanya secara mendalam. Demkan pula upaya untuk menghidupkan suasana
kelas, agar pembelajaran lebih menarik dna menyenangkan, maka guru perlu
mengenal sswanya dengan bak. Aspek apa saja yang perlu dikenali oleh guru?
Aspek-aspek tentang sswa sebagabahan analss faktor nternal dapat dgolongkan
berdasarkan: 1) Karakteristik sekolah, jenjang dan kelasnya, misalnya berapa
banyak jumlah siswa dalam satu kelas?, berapa usanya, bagamana persebaran pada
tap kelas?, apakah latar belakang etns sswa? 2)
Kemajuan/prestasi belajarnya di sekolah 3) Perkembangan fisik, seperti
keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan kesehatan 4) Perkembangan emosonal
dan sosal, msalnya bagamana hubungan antar sesama sswa, antara sswa dengan guru
dan dengan orang tua? 5) Perkembangan intelektual, misalnya kesiapan belajar,
kecakapan, tingkat perkembangan kogntf, bakat khusus, dan pengalaman. 6)
Karakterstk personal, msalnya keprbadan, karakter, perkembangan moral, nladan
skap, motvas, aspras, rasa percaya dr, kecenderungan skap ant-sosal dan
pro-sosal serta perbedaan prlaku.
Aspek-aspek nlah yang perlu
mendapat perhatan/ pertmbangan guru dalam merancang/mengembangkan pembelajaran
dari faktor internal khususnya yang berkaitan dengan faktor sswa. Faktor internal kedua: Guru. Karena
fungsguru adalah sebagaperencana (designer) dan pelaksana (implementer)
kurikulum, maka dalam proses mendesain pembelajaran ini perlu pula
memperhatikan indikator kemampuan guru apa saja yang dapat mempengaruhi proses
pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa kemampuan guru
dalam mengelola proses belajar mengajar sangatlah menentukan keberhasilan
belajar siswa.
Dengan demikian, dalam proses pengembangan
desain pembelajaran pun guru perlu mempertimbangkan kemampuan diri guru
khususnya kelak pada saat melaksanakan desain pembelajaran di kelas. Model desain pembelajaran yang layak adalah
model yang telah disesuaikan dengan kebutuhan sswa tanpa melupakan akan
kemampuan guru untuk mengmplementaskannya dkelas. Laure Brady (1990)
mengemukakan beberapa karakterstk kemampuan guru yang harus mendapat perhatian
pada saat menyusun desain pembelajaran. 1)
Kekuatan dan kelemahan yang ada pada drguru. Dalam penggunaan metode mengajar, misalnya,
ada guru yang mahir menggunakan metode diskusi namun kurang mahir dalam
berceramah. Kemahran dan kekurangan
nhendaknya dsadarpada saat mendesain pembelajaran sehingga guru perlu
mengurangi penggunaan metode ceramah. 2)
Ketertarkan guru. Kekuatan
kecakapan guru akan bervarassesuadengan hobdan ketertarkannya pada suatu obyek.
3) Harapan guru. Guru memlkharapan yang
berbeda dari siswa yang berbeda. Harapan
guru terhadap siswa yang pandaakan lebh besar darpada harapannya terhadap sswa
yang kurang panda. 4) Sikap guru
terhadap pengembangan dan inovasi pembelajaran.
Tdak semua guru memiliki sikap inovatif terhadap upaya peningkatan mutu
pembelajaran atau penddkan. Hal nakan
mempengaruhterhadap kualtas hasl maupun proses penyusunan desain pembelajaran.
5) Gaya mengajar. Sikap ingin maju dari guru akan mempengaruhi
pemilihan pengalaman belajar dalam proses perencanaan pembelajaran.
Ada guru yang lebih
memusatkan perhatiannya pada gaya mengajar demokaratis namun ada yang lebih tertarik
dengan gaya mengajar otoriter dan laissez faire. 6) Evaluasdrguru sendr. Banyak guru profesonal yang selalu
mengevaluaskemampuannya bak oleh diri sendiri maupun oleh orang lan, msalnya oleh sswa. Kebiasaan guru menilai kualitas mengajar,
mengakui kelemahan/ kesalahannya dan mengembangkan strategi untuk mengatasi
kesalahan-kesalahan ini merupakan kemampuan guru yang patut dihargai dari sudut
profes keguruan. 7) Peran guru. Peran guru dalam kegatan pengembangan kurikulum
seperti melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perlu mendapat
pertimbangan dalam proses penyusunan desain pembelajaran.
Dalam forum MGMP, idealnya guru akan mendapat
banyak pengalaman sebagabahan untuk analss stuasdar faktor nternal. Demkanlah
beberapa aspek nternal yang berkatan dengan guru. Karena guru lah yang berperan
atau pelaksana pembelajaran maka semua aspek di atas akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil desain pembelajaran. Faktor internal ketiga: Ethos
sekolah. Istilah ‘ethos’ serng dgunakan
untuk menggam barkan iklim, atmosfir, sifat sekolah sebagai suatu organisasi.
Bagaimana persepsorang atau masyarakat terhadap sekolah, bagamana perasaan
seseorang yang mengunjungi sekolah, apakah suasana lingkungan sekolah tersebut
cukup bersahabat atau menunjukkan sikap tidak bersahabat (hostile). Perasaan-perasaan nhanya dapat diungkapkan
oleh setiap orang yang pernah berkunjung ke sekolah tersebut. Ethos sekolah akan banyak mempengaruhi guru
dalam proses penyusunan desain pembelajaran.
Apakah iklim atau atmosfir organisasi sekolah cukup kondusif bagi guru
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pengembang kurikulum.
Dari sejumlah faktor iklim
organisasi sekolah yang menentukan kualitas desain pembelajaran buatan guru
antara lain: Apakah kepala sekolah banyak terlibat dalam kegiatan guru pada
waktu penyusunan desain pembelajaran? Adakah kerjasama dan kedekatan antar guru
dalam melakukan tugas-tugas guru sehar-har? Indkator-ndkator nlah yang sedkt
banyak akan mempengaruhdan perlu mendapat perhatan darguru dalam menyusun
desain pembelajaran. Oleh karena itu,
guru sebagai perencana perlu melakukan evaluas terhadap klm organsassekolah
sebagasalah satu aspek analss stuas.Namun demikian, ada peluang terjadinya
dilema bagi guru apabila iklim organisasi sekolah tersebut tidak kondusif bagi
guru dalam mengembangkan desain pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, Miles
(1975) menyarankan sejumlah pendekatan dalam menciptakan iklim organisasi yang
sehat antara lain dengan cara mengkaji diri (self- study) dan menekankan salng
hubungan dalam suasana kelompok darpada suasana ndvdual yang tersolr. Dengan cara/pendekatan nmaka dharapkan ethos
sekolah yang dipertimbangkan selama proses penyusunan desain pembelajaran akan
memberikan masukan postf terhadap penngkatan kualtas analss stuas. Faktor
internal keempat: Sumber-sumber bahan pembelajaran. Pekerjaan guru dalam penyusunan desain
pembelajaran perlu juga mempertimbangkan bahan-bahan pelajaran, peralatan
peralatan dan semua fasilitas yang ada di sekolah.
Kelangkaan sumber-sumber
belajar ini sering menjadi penghambat dalam proses penyusunan desain
pembelajaran namun sebaliknya kelengkapan sumber pelajaran akan lebih
mempermudah bagi guru dalam mendesain pembelajaran. Misalnya, ketika guru akan
mengajar tentang karakteristik sejumlah wilayah yang ada di Indonesia, seperti
tinggi- rendah tanah, penghaslan setap
daerah, kekayaan budaya, dll. Apakah terseda peta atau atlas di sekolah? Tanpa
adanya alat bantu pelajaran ini maka guru akan mengalami kesulitan mengajar dan
siswa akan mengalami kesulitan belajar.
Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan
pemanfaatan sumber bahan pelajaran oleh guru dalam penyusunan desain
pembelajaran tergantung pada fasilitas yang ada di sekolah, kebijakan
penggunaan fasilitas tersebut, kebijakan dan pemanfaatan fasilitas yang ada di
masyarakat, ketersediaan pusat sumber belajar, jenis dan jumlah bahan
pelajaran, alokasi dana untuk bahan pelajaran, kualitas perpustakaan beserta
stafnya. Ketersediaan semua aspek sumber
bahan pelajaran ini akan sangat tergantung kepada kemampuan dan kebijakan
pimpinan sekolah. Faktor internal kelima: Masalah-masalah dan
kekurangan-kekurangan yang drasakan dalam kurkulum yang berlaku. Munculnya
kengnan mengembangkan kurkulum baru, basanya dlatarbelakangoleh adanya rasa
ketdakpuasan terhadap kurkulum yang ada.
Tugas guru sebagai perencana kurkulum adalah
memastkan hakekat sebenarnya darrasa ketdakpuasan tersebut. Tentu tidak semua
aspek dirasakan tidak memuaskan sehngga perlu ada seleksterhadap aspek-aspek
kurkulum tersebut. Mungkn aspek bahan
pelajaran dianggap oleh guru masih relevan dengan kondisi saat ini sehingga
yang perlu disesuaikan adalah tujuan dan/atau metode pembelajaran. Adanya
perubahan terhadap kurkulum yang berlaku karena adanya kekurangan atau masalah
merupakan upaya inovasi dalam pembelajaran. Namun perlu disadari bahwa mash ada
masalah atau hambatan dalam upaya novaspenddkan.
Laure Brady (1990)
mengemukakan bahwa sering inovasi mengalami kegagalan karena: • rendahnya tingkat pemahaman guru
terhadap inovasi; • rendahnya tngkat
pemahaman guru atas peran barunya yang dtuntut oleh novas; • rendahnya keahlan guru dalam memenuhperan
barunya; • rendahnya sumber-sumber
pelajaran yang diperlukan; •rendahnya komunkasi disekolah (kesempatan untuk
melakukan umpan balik); • organsasi
sekolah yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan novas. Dengan adanya temuan ini,
guru sebagai perencana haruslah menyadari dan memaklumi tentang kondisi yang
umumnya terjadi dalam sistem pendidikan khususnya dalam lingkup mikro atau
persekolahan. Untuk mengatasi sejumlah
masalah dan kekurangan yang ada dalam lngkungan persekolahan khususnya pada
kemampuan guru, maka upaya inovasi dalam proses perencanaan pembelajaran perlu
dilakukan secara menyeluruh. Dalam hal
nupaya yang perlu mendapat perhatan sungguh-sungguh adalah penngkatan dalam
kemampuan profesonalisme guru, pengadaan berbagai fasilitas dan sumber belajar,
iklim organisasi sekolah serta memperhatikan karakter dan kebutuhan sswa.
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa
mengembangkan desain pembelajaran merupakan tugas tim, baik melibatkan guru
atau tdak melibatkannya. Namun, ada hal
yang mendapat tekanan dalam pengembangan desain pembelajaran, ialah
mengembangkan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru. Tugas pengembangan materi pembelajaran
sebagai aspek penting dalam pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia,
khususnya pasca berlakunya Permendknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isadalah
tugas satuan pendidikan. Melalupanduan
Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP) yang dkeluarkan oleh Departemen Penddkan
Nasonal, guru memlkkewenangan yang lebh luas dalam pengembangan kurikulum
termasuk mengembangkan desain pembelajaran.
Seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa pengembangan desain
pembelajaran merupakan tugas awal bagguru dalam mengembangkan kurikulum.
Ada tiga langkah yang perlu dipertimbangkan
oleh guru dalam menyusun desain pembelajaran sebagai bagan dartugas
pengembangan kurkulum dsatuan penddkan, alah:
1.
Mengkaji
dan menentukan Standar Kompetensi
2.
Mengkaji
dan menentukan Kompetensi Dasar
3.
Mengidentifikasi
Materi Pokok/Pembelajaran Baik,
Coin Casino Review - Play With £/$200 Bonus
BalasHapusCoin Casino is 바카라 an online Casino that brings together the 제왕 카지노 best in games – from Blackjack to 인카지노 Baccarat to Roulette. It's built for Canadians.