Rabu, 20 September 2017

PKN KELAS RENDAH




BAB I
PARADIGMA BARU PKN

Pengertian Paradigma Baru PKn
Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang bersfat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan multidimensonal. Namun, menurut seorang hal lmu politik yang bernama Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik khususnya dari konsep “political democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen”.  Darontolog pokok nlah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “civicus” yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai nembronya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari sudut pandang epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan Sherms (1978), PKn sebagaisuatu bidang keilmuan merupakan pengembangan  dari salah satu dari lima tradsi “social studies” yakn“citizenship transmission”.
Paradigma adalah suatu model atau kerangka berpikir. Yang dimaksud dengan paradigma baru dalam pembelajaran PKn adalah suatu model atau kerangka berpikir yang digunakan dalam pembelajaran PKn.
Bangsa Indonesia yang kini tengah memasuki masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat demokratis dan masyarakat madani (civil society), maka pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah.
Adapun tugas PKn melalui paradigma barunya adalah:
1.    Mengembangkan kecerdasan warga negaranya (civic intelligence)
2.    Membina tanggung jawab warganegaranya (civic responsibility)
3.    Mendorong partisipasi warganegara (civic responsibility)
 Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang dkenal  dan memlkparadgma sstemk yang ddalamnya  terdapat tga doman “citizenship education” yakni: doman akademis, doman kurikuler, dan domain sosial kultural” (Winataputra:2001) Ketiga doman itu satu sama lain memiliki keterkatan struktural dan fungsonal yang menurut Center for Civic Education (1998) di Amerika Serikat dekat oleh konseps kebajikan dan budaya kewarganegaraan (civic virtue and culture) yang mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),  watak kewarganegaraan (civic disposition), keteramplan kewarganegaraan (civic skills), kepercayaan kewarganegaraan (civic confidence), komtmen kewarganegaraan (civic commitment), dan kompetens kewarganegaraan (civic competence).
Oleh karena tu, ontologi PKn saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas sosal-kultural PKn  saat nbenar-benar bersifat multifaset/multdmensonal. Sfat multidmensionalitas inlah yang membuat bidang studi PKn dapat disebut sebagai: penddkan kewarganegaraan, penddkan poltk, penddkan nladan moral, penddkan kebangsaan, penddkan kemasyarakatan, penddkan hukum dan hak azasmanusa, dan penddkan demokras. Kemana arah pengembangan PKn di Indonesa?  Hal itu tergantung dari aspek ontology mana kita berangkat, dengan metode kerja epistemology mana pengetahuan itu dibangun, dan untuk ariah tujuan aksiologis mana kegIatan Itu akan membawa implikasi.  Bagi negara kita, Indonesa, arah pengembangan PKn tdak boleh keluar dari landasan deologs Pancasla, landasan konsttusonal UUD 1945, dan landasan operasional Undang-undang Sisdiknas yang berlaku saat in, yaknUU Nomor 20 tahun 2003. Bukalah UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003. Temukan pasal yang mengatur tentang Pendidikan Kewarganegaraan untuk tingkat satuan pendidikan Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bentuk dari domain kurikuler PKn. Sesuai dengan namanya,  PKn merupakan mata pelajaran dalam kurkulum SD/MI.
Secara ontologis, mata pelajaran ini berangkat dari nilai-nilai Pancasila dan konsepsi kewarganegaraan.  Secara epistemologis, mata pelajaran ini merupakan program pengembangan individu, dan secara aksiologis mata pelajaran ini bertujuan untuk pendewasaan peserta ddk sebagaanggota masyarakat, warga negara, dan komponen bangsa Indonesa. Oleh karena tu, karakterstk kurkulum PKn yang perlu dkembangkan dalam Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP) hendaknya untuk mencapatarget hIngga terjadinya artikulasi proses “belajar tentang, melalui proses, dan untuk menumbuhkan demokrasi konstitusional Indonesia sesuai dengan UUD NRI 1945”, yang secara konseptual dadaptasdarkonsep “learning about, through, and for democracy” (CIVITAS: 1996, 2001; Kerr:1996; Winataputra, 2001).
 Oleh karena itu, secara umum pembelajaran PKn di SD adalah pengembangan kualtas warga negara secara utuh sebagamana pernah durakan dalam naskah akademk Alur Pakar Pengembangan Kurkulum SD/MI (Dtnaga Dkt, 2005) dalam aspek-aspek: kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), yaknpemahaman peserta ddk sebagai warga negara tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan demokraskonsttusonal Indonesa serta menyesuakan perlakunya dengan pemahaman dan kesadaran untuk komunkasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement), yakni kemauan dan kemampuan peserta didik sebagawarga negara untuk melbatkan diri dalam komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan kewajibannya. pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation), yaknkemauan, kemampuan, dan keteramplan peserta didik sebagawarga negara dalam mengambl prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan masalah sosal-kultur kewarganegaraan dlngkungannya.        
Penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni kemampuan peserta ddk sebagai warga negara untuk berpikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide, instrumentas, dan praksis demokraskonsttusonal Indonesa.partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility), yakni kesadaran dan kesapan peserta ddk sebagawarga negara untuk berpartisipasi aktif dan penuh tanggung jawab dalam berkehidupan demokrasi konsttusonal. PKn untuk persekolahan sangat erat katannya dengan dua disipln lmu yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu Poliitk dan Hukum yang terntegrasdengan humanora dan dimensi keilmuan lannya yang dkemas secara ilmiah dan pedagogs untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.  Oleh karena itu, PKn ditingkat persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan bak (to be smart dan good citizen).  Warga negara yang dmaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keteramplan (skills), skap dan nla(attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cnta tanah ar. 
Di SD, PKn lebih dttkberatkan pada penghayatan dan pembasaan druntuk berperan sebagawarga negara yang demokrats dalam konteks Indonesa. Untuk itu guru PKn harus menjadi model warga negara yang demokratis sehingga menjadi teladan bagpeserta ddknya.  Dalam program PGMI dLPTK, PKn sebaga matakulah merupakan program pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan penguasaan calon guru/guru SD mengenai substansi dan metodologi pembelajaran PKn dISD. Bertolak darberbagapertmbangan sebagamana durakan Di atas, maka Wnataputra dan Saprya (2003:99-100) pernah mengorgansaskan kurkulum PKn dan IPS untuk Sekolah Dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran PKn tersebut sebagaI berkut. • Pada jenjang SD kelas rendah (lower primary), yakni rentang kelas 1 s/d 3, pengorgansasian materi pendidikan kewarganegaraan menerapkan pendekatan terpadu (integrated) dengan fokus model pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman (experence orented) dengan memanfaatkan pola pengorgansasian lingkungan yang meluas (expanding environment/ community approach). Tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan di kelas rendah ini adalah untuk menumbuh- kembangkan kesadaran dan pengertan awal tentang pentingnya kehidupan bermasyarakat secara tertib dan damai. 
Melalui pembahasaan para peserta didik dikondsikan untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagaanggota keluarga, warga sekolah, dan warga masyarakat dlngkungannya secara cerdas dan bak (good and smart citizen). Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil bermain (learning through gaming), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural di lingkungannya (enculturation and socalzaton).
Pada jenjang kelas 1 sampai 3 yakni menerapkan pendekatan terpadu (integrated) dengan model pembelajaran yang berorentasI pada pengalaman (experence orented) dengan pola pengorganIsasIan lingkungan meluas (expandng envronment/communty approach) dengan vsutama sebagapenddkan nilai dan moral demokras(democracy value and moral education).  Perbedaannya, pada jenjang SD  kelas tinggi, pembelajaran sudah mulai dikenalkan mata pelajaran yang terpisah.  Guru SD sebagai guru kelas membelajarkan lima mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn) secara terpisah.  Namun, dianjurkan pula untuk beberapa kompetensi dasar, agar guru menerapkan pendekatan tematik (Integrated) sesuadengan memperhatkan prnsp kontekstual, aktualtas, dan kebutuhan peserta didik.
 Untuk itu maka substansi pendidikan kewarganegaraan  dikelas tinggi dipilih dan diorgansasikan secara terorkestras(orchestrated) dengan menekankan pada tumbuh- kembangnya lebih lanjut kesadaran, pengertian, tentang pentingnya kehidupan bermasyarakat secara tertib dan damai dan mulai tumbuhnya tanggungjawab kewarganegaraan (civic responsblty). Para peserta ddk dkondskan, difasiltasi, dan ditantang untuk selalu berskap dan berperilaku sebaga anggota keluarga, warga sekolah, dan warga masyarakat dlngkungannya yang cerdas dan bak. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil bermain (learning through gaming), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan  belajar melalui pembiasaan serta Interakssosal-kultural dlngkungannya (enculturaton and socalzaton) termasuk dlngkungan bermain.
Tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan di kelas SD ini adalah tumbuh- kembangnya kepekaan, ketanggapan, krtsas, dan kreatvtas sosal  dalam konteks kehdupan bermasyarakat secara tertb, dama, dan kreatf. Para peserta ddk dkondskan untuk selalu berskap kritis dan berperlaku kreatf sebagaanggota keluarga, warga sekolah, anggota masyarakat, warga negara, dan ummat manusa dlngkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat (learning by doing), belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving learning), belajar melalui perlibatan sosial (socio-participatory learning), dan  belajar melalu nterakssosal-kultural sesuadengan konteks kehdupan masyarakat. Untuk mempermudah kajian dan analisis PKn dalam mencapai tujuannya, maka para mahasiswa perlu mengenal sejumlah dimensi.  Apa saja dimensi PKn itu? Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Indonesia sepertyang berkembang dnegara lan memiliki multidimensional, artinya bahwa program PKn bukan hanya untuk satu tujuan. 
Winataputra (2001) mengemukakan bahwa ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagaiprogram kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagaprogram sosial kultural.  Dalam pelaksanaan program, tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan umum, yaknmembentuk warga negara yang cerdas dan bak.  Khusus untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tujuan PKn dapat dilihat dalam Undang-Undang Republk Indonesa Nomor 20 tahun 2003 tentang Sstem Penddkan Nasonal pada bagian Penjelasan Pasal 37 ayat (1) bahwa “Penddkan kewarganegaraan dmaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.”
Domain PKn sebagai program kurikuler merupakan program PKn yang drancang dan dibelajarkan kepada peserta didik pada jenjang satuan pendidikan tertentu.  Melalui domain ini, proses penilaian dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap program pembelajaran dan program pembangunan karakter.  Namun diakui oleh para pakar bahwa pencapaan program PKn dalam doman kurkuler belumlah optmal karena mash adanya kelemahan dalam dmenskurkuler, sepert masalah landasan, pengorganisasian kurikulum, buku pelajaran, metodologi, dan kompetensi guru.
Domain PKn sebagai program akademik merupakan program kajian ilmiah yang dilakukan oleh komuntas akademk PKn menggunakan pendekatan dan metode penelitian lmah untuk memecahkan masalah-masalah konseptual dan operasonal guna menghaslkan generalsasi dan teori untuk membangun batang tubuh kelmuan PKn.  Kajian ini lebih memperjelas bahwa PKn bukan semata-mata sebagai mata pelajaran dalam kurkulum sekolah  melainkan pendidikan disipln lmu yang memilki tugas komprehensf dalam arti bahwa semua community of scholars mengemban amanat (missions) bukan hanya dbdang telaah instrumental, prakss-operasonal dan aplkatf melainkan dalam bidang kajian teoritis-konseptual yang terkait dengan pengembangan struktur lmu pengetahuan dan body of knowledge. 
Domain PKn sebagai program sosial kultural pada hakikatnya tdak banyak perbedaan dengan program kurikuler dilihat dari aspek tujuan, pengorganisasian kurikulum dan materi pembelajaran.  Perbedaan terutama pada aspek sasaran, kondisi, dan karakteristik  peserta didik.  Program PKn ini dkembangkan dalam konteks kehdupan masyarakat dengan sasaran semua anggota masyarakat.  Tujuannya lebih pada upaya pembinaan warga masyarakat agar menjadi warga negara yang baik dalam berbagai stuasi dan perkembangan zaman yang senantiasa berubah. Bangsa Indonesa pernah menyelenggarakan PKn melalui program sosal kultural pada masa pemerntahan Orde Baru, yakni melalui berbagai program penataran P4. Program nsekarang sudah tdak ada lagi karena  di pandang telah menympang dartujuan sehingga tidak efektif lagi.  Namun, dipandang dari sudut kepentingan berbangsa dan bernegara, terutama dalam pembangunan karakter bangsa, PKn melaluprogram sosal kultural nsangat pentng. Oleh karena tu, program PKn dalam dmenssosal kultural pada pasca dbubarkannya BP7 dan penghentan program penataran P4 perlu direvtalsasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pembangunan karakter warga negara Indonesa yang bak.
Rangkuman
Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Namun secara filsafat keilmuan ia memlkontolog pokok lmu poltk khususnya konsep “political democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen”. Dari ontologi pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “Civicus” yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi  “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Secara epstemologs, PKn sebagasuatu bdang kelmuan merupakan pengembangan  darsalah satu darlma trads“social studies” yakn “citizenship transmission”. Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang dkenal  memiliki paradigma sistem yang didalamnya  terdapat tiga doman “citizenship education” yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural”.
PKn di SD menekankan pada pengembangan kualtas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek: kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), komunkassosal kultural kewarganegaraan (civic engagement); pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation), penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility).
Penddkan Kewarganegaraan yang ada di Indonesa seperti yang berkembang di negara lan memiliki multidimensonal, artinya bahwa program PKn bukan hanya untuk satu tujuan.  Ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagai program kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn sebagai program sosal kultural.  Dalam pelaksanaan program, tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan umum, yakni membentuk warga negara yang cerdas dan bak.

Tes FormaTiF 1:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.   Dilhat darasal-usulnya penddkan kewarganegaraan merupakan bagan dar lmu poltk terutama dari istlah ...
  1. contemporary poltc
  2. poltcal democracy
  3. poltcal party
  4. poltcal organzaton

2.   Pendekatan interdisplner atau multdsplner mengandung pengertan yang menekankan pada aspek:
A.    bahan pembelajaran
B.    metode pembelajaran
C.   strategi penyajian
D.   evaluasi pembelajaran

3.      Pendekatan atau strategi pembelajaran yang cocok karena sesuai dengan karakteristik anak usa SD/MI adalah …

A.  structural
B.  Integrated
C.  separated
D.  correlated
4.      Pendekatan pembelajaran PKn tersebut sesuai dengan ciri anak SD/MI yang memiliki kemampuan berpkr yang bersfat …

A.     abstrak
B.     preoperasonal
C.     holstk
D.     deduktf

5.   Penyelenggaraan pembelajaran PKn di tiap satuan pendidikan formal merupakan dmensPKn sebaga...
A.    program sosal kultural
B.    program kurkuler
C.   program akademk
D.   program penddkan brokrat

6.   keterkatan PIPS dan PKn dapat dlhat darpendapat Barr, Bart dan Sherms (1978) sebagaberkut:
A.    Social Studies as citizenship transmission
B.    Social Studies as social sciences
C.   Social Studies as reflective inquiry
D.   Social Studies as personal development
7.   Salah satu kontribusi ilmu politik terhadap pembelajaran PKn adalah kemampuan (skill) dalam ....
A.     membuat kesmpulan
B.     membuat keputusan
C.     pemecahan masalah krusal
D.     mencptakan masalah actual

8.   Karakteristik pembelajaran PKn SD/MI adalah ... kecuali:
A.  pembelajaran yang meluas (broad field)
B.  belajar terpadu (integrated learning)
C.  pembelajaran tematik (thematical learning)
D.  pembelajaran disiplin ilmu (disciplinary learning)

9.   Kemampuan yang perlu diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa SD/MI kelas rendah terutama dalam masalah afektf adalah aspek …
A.    mengklarifikasi isu-isu untuk pengambilan keputusan
B.    pengumpulan data emprs dan data yang berkatan dengan nIlai
C.   mempertmbangkan alternatf tndakan dan akbat-akbatnya
D.   kemampuan membasakan drdalam berskap peka

10.   Dengan memperhatikan karakteristik siswa SD/MI, maka pembelajaran PKn untuk siswa kelas rendah perlu dsampakan secara ... kecuali:
A.    terpadu
B.     tematk
C.     disipliner
D.     kontekstual

















BAB II
PROFIL DAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN [PKN]
Pengantar profil dan dimensi PKn
Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas dimensi pembelajaran PKn.  Persoalan ini perlu dangkat mengngat fokus utama dari penddkan kewarganegaraan adalah yaknwarga negara yang cerdas dan baik.  Profil warga negara ini merupakan syarat bagi terwujudnya masyarakat yang demokratis dalam menuju masyarakat madani.   Dengan demikian, dimensi pembelajaran yang diperlukan adalah pembelajaran yang dapat mempersiapkan warga negara yang mampu hdup dalam masyarakat demokrats.
 Dengan kata lan, perlu ada sejumlah alternatif model pembelajaran PKn yang mampu mengantarkan dan mengisi masyarakat demokrats.  Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah  dan mata kulah di perguruan tnggperlu menyesuakan diri dengan perkembangan zaman sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah.  Tuntutan dan tantangan masyarakat yang selalu berubah ini tidak dapat dipisahkan darpengaruh lngkungan sektar yang pada gilirannya berpengaruh pula terhadap kehdupan bangsa dalam konteks yang lebh luas. Proses pembangunan karakter bangsa (national character building) yang sejak proklamaskemerdekaan RI telah mendapat prioritas tdak sterl pula dar pengaruh perubahan nsehngga perlu direvitalsasi agar sesuadengan arah dan pesan Konsttusi Negara Kesatuan Republk Indonesa (NKRI).  Pada hakekatnya proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesa yang menempatkan demokrasdalam kehdupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. 
Dalam proses tulah, pembangunan karakter bangsa kembali di rasakan sebagakebutuhan yang sangat mendesak yang harus dijawab oleh pendidikan kewarganegaraan dengan paradgma barunya.  Tugas PKn dengan paradgma yang direvitalsasin adalah mengembangkan penddkan demokrasyang mengemban tga fungspokok, yaknmengembangkan kecerdasan warganegara (civic intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan mendorong partspaswarganegara (civic participation).  Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warganegara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional dan intelektual semata melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosonal dan sosal sehngga paradgma baru PKn bercrkan multdmensonal.  Bagamana PKn mengembangkan warga negara yang demokratis melalutga fungs pokoknya itu? 
Untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang sesuai dengan paradigma PKn yang baru.  Sebelum mengembangkan model pembelajaran yang dimaksud, terlebh dahulu perlu dkemukakan dahulu tentang konsep warga negara yang demokrats.  Oleh karena itu, bab ini akan membahas secara berturut-turut dua topik utama, yakni: (1)  Warga negara demokratis dan (2)  Pembelajaran PKn untuk warga negara demokrats Dengan menganalisis kehidupan warga negara yang demokrats dan bagamana pembelajaran untuk membentuk warga negara yang demokratis dalam paradigma PKn yang baru, para pembaca dharapkan memlkkemampuan : (1) memahami kebutuhan kualitas WNI yang demokratis; dan (2) membelajarkan PKn untuk kewarganegaraan yang demokrats.  Selain itu, menguasai paradigma baru PKn baik tentang kualitas warga negara yang demokratis maupun pembelajaran untuk mengembangkan warga negara yang demokratis penting bagcalon guru dan atau guru-guru pemula yang serng mengalami kesulitan dalam memilih dan menyusun materi serta menentukan model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan tertentu.  Khusus bagi calon guru dan guru pemula dharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam menerapkan model pembelajaran PKn dengan paradigma baru.  Dengan memahami dan menguasai materiini diharapkan anda akan terbantu dan tidak mengalami kesulitan lagi dalam menguasai materi dan membelajarkan PKn yang sesua dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini.
Dengan demikian, kemampuan anda dalam menerapkan model pembelajaran PKn menjadi semakin kaya dan implikasi lebih lanjut, para siswa akan semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki kemampuan yang memada. Pada bagan pendahuluan telah dkemukakan bahwa kebutuhan akan adanya revitalisasi paradigma PKn saat ini sudah mendesak.  Bangsa Indonesa saat ini sedang mengalami perubahan ke arah terbentuknya masyarakat demokratis yang sesungguhnya sesuadengan pesan dan misi gerakan  reformasi dalam segala bdang terutama bidang politik dan hukum.   Namun, pembentukan masyarakat demokratis tidaklah mudah terutama bagi masyarakat yang memiliki pengalaman pada masa lampau yang ihdup dalam lingkungan masyarakat yang tidak demokratis atau undemocratic democracy. 
Dapat dikatakan bahwa membentuk masyarakat demokratis itu  perlu direncanakan.  Artinya masyarakat demokratis tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu dipersiapkan karena demokrasadalah karakter atau watak yang dapat terbentuk melalusuatu proses.  Alexis de Toqueville, negarawan Perancis yang hijrah ke Amerika Serikat, menyatakan “The habits of the mind, as well as ‘habits of the heart’, the dispositions that inform the democratic ethos, are not inherited.”  (Branson, 1999:2) Artnya, kebasaan pikiran dan juga ‘kebiasaan hati’ yakni watak yang menginformasikan demokrasi tidak diturunkan. Dengan kata lain, seorang demokrat belum tentu melahrkan seorang anak yang demokrat apabila anak itu tidak belajar demokrasi. Untuk menjadi seorang demokrat perlu proses pendidikan dan pembelajaran. Demokrasi sering dikatakan sstem pemerntahan yang cerdas dan rasional.
Suatu negara tidak dapat hidup secara demokrats apabla masyarakatnya dalam keadaan miskin, bodoh, dan tdak terdidik.  Dengan kata lan, masyarakat demokrats baru dapat terwujud apabila masyarakatnya berpendidikan, cerdas, memiliki tingkat penghidupan yang cukup (layak), dan mereka punya keinginan berpartspasaktf dalam kehdupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  Karena persyaratannya begtu tinggi maka sering dkatakan pula bahwa demokrasadalah sistem pemerntahan yang mahal.
Dalam prinsip pemerntahan demokratis terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negara. Hak berpartisipasiini membebankan tanggung jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara tanggung jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan prnsp-prnsp keadlan. Agar warga negara dapat berpartspassecara efektf, dperlukan bekal pengetahuan dan keteramplan, pengalaman prakts, dan pemahaman tentang pentngnya partspaswarga negara. Mempersiapkan warga negara yang memlkkualtas seperttersebut datas merupakan tugas pokok kependidikan, bak penddkan sekolah maupun penddkan luar sekolah. Khusus dalam pendidikan persekolahan, Penddkan Kewarganegaraan (PKn) memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membna warga negara dengan kualtas seperti terurai diatas. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.
Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keteramplan ntelektual serta keteramplan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan dspossatau watak-watak tertentu yang menngkatkan kemampuan ndvdu berperan serta dalam proses poltk dan mendukung berfungsnya sstem poltk yang sehat serta perbakan masyarakat.  Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn dapat membekalsswa dengan pengetahuan dan keteramplan ntelektual yang memadai serta pengalaman prakts agar memliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartspas. Oleh karena tu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian kita dalam mempersapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran.
 Hal terakhir ini merupakan titik yang masih lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara yang demokratis.  Pembelajaran partispatif yang berbass portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatf utama guna mencapai tujuan PKn tersebut. Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran  PKn yang berbasis portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya.  Materi PKn dengan revitalisasi paradigmanya dkembangkan dalam bentuk standar nasonal PKn, yaknstandar kompetens(SK) dan kompetensi dasar (KD) yang pelaksanaannya berprnsp pada  implementasi kurkulum terdesentralsasi.
 PKn dengan revitalisasi paradigma bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan ( civic competence) untuk semua jenjang SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA.  Kemampuan dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk sejumlah kemampuan disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan dengan tingkat perkembangan para sswa. Kemampuan diuraikan dalam bentuk butiran standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menternomor 22 tentang Standar Isi(SI) dan 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). 
Sejarah Kurikulum PKn Di Indonesia
Dalam sejarah penggunaan kurikulum di Indonesia setelah merdeka, ada sepuluh kurikulum yang pernah dipakai yaitu kurikulum pasca kemerdekaan 1947, 1949, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan KBK yang disempurnakan menjadi kurikulum KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Sebagai mata pelajaran di sekolah,Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan negara. Secara historis, epistemologis dan pedagogis, pendidikan kewarganegaraan berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai dengan diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept. P&K: 1962). Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.
Kemudian dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 istilah civicsdan Pendidikan Kewargaan Negara digunakan secara bertukar-pakai (interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan civics (d iterjemahkan sebagai pengetahuan kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang berisikan sejarah Indonesia dan Konstitusi termasuk UUD 1945. Sedangkan dalam kurikulum SMA 1968 terdapat mata pelajaran Kewargaan Negara yang berisikan materi, terutama yang berkenaan dengan UUD 1945. Sementara itu dalam Kurikulum SPG 1969 mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang isinya terutama berkenaan dengan sejarah Indonesia, konstitusi, pengetahuan kemasyarakatan dan hak asasi manusia (Dept. P&K: 1968a; 1968b; 1968c; 1969). (Winataputra, 2006 : 1). Secara umum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara membahas tentang nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika, agama dan kebudayaan (Somantri, 2001:298)
Pada Kurikulum tahun 1975 istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan dengan missi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan. Mata pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai dengan berlakunya Kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 (Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976). Pendidikan Moral Pancasila (PMP) pada masa itu berorientasi pada value inculcation dengan muatan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97)
            Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya muatan kurikulum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39), Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah tahun 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau spiral of concept development (Taba,1967). Pendekatan ini mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas serta catur wulan dalam setiap kelas.
 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya didominasi oleh proses value incucation  dan  knowledge dissemination. Hal tersebut dapat lihat dari materi pembelajarannya yang dikembangkan berdasarkan butir-butir setiap sila Pancasila. Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan sikap dan prilaku yang beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam berprilaku sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97).
Dengan dberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis Kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan. Tahun 2006 namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan kurikulum yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimplementasian PKn sebagaimana diuraikan diatas menunjukkan telah terjadinya ketidakajekan dalam kerangka berpikir, yang sekaligus mencerminkan telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya krisis operasional kurikuler.
Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai berikut :
(a)      Kewarganegaraan (1956)
(b)      Civics (1959)
(c)      Kewarganegaraan (1962)
(d)      Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
(e)      Pendidikan Moral Pancasila (1975)
(f)       Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
(g)      Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)
Dari penggunaan istilah  tersebut sangat terlihat jelas ketidakajegannya dalam mengorganisir pendidikan kewarganegaraan, yang berakibat pada krisis operasional, dimana terjadinya perubahan konteks dan format pendidikannya. Menurut Kuhn (1970) krisis yang bersifat konseptual tersebut tercermin dalam ketidakajekan konsep atau istilah yang digunakan untuk pelajaran PKn. Krisis operasional tercermin terjadinya perubahan isi dan format buku pelajaran, penataran yang tidak artikulatif, dan fenomena kelas yang belum banyak dari penekanan pada proses kognitif memorisasi fakta dan konsep. Kedua jenis krisis tersebut terjadi karena memang sekolah masih tetap diperlakukan sebagai socio-political institution, dan masih belum efektifnya pelaksanaan metode pembelajaran secara konseptual, karena belum adanya suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional.
Variabilitas kurikulum yang digunakan berimplikasi terhadap variabilitas penuangan mata pelajaran yang harus dipelajari. Secara umum bisa dijelaskan karena adanya substansi determinan atau landasan kurikulum yang digunakan tidak sama. Meskipun unsur-unsur umum determinan kurikulum itu sama yaitu faktor filosofis, sosiologis, psikologis, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun pada setiap masa memiliki suatu kecederungan tersendiri yang menjadi warna dominan dari kurikulum itu sendiri, sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan. Perbedaan ini juga turut menentukan mata pelajaran apa saja yang harus dipelajari, juga prinsip-prinsip cara mempelajari mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum yang bersangkutan.
Landasan filosofis, berkaitan dengan pandangan hidup negara. Filosofis negara ini akan mengarahkan pada penentuan tujuan umum pendidikan nasional. Perbedaan filosofis negara, atau adanya perbedaan konsistensi pengamalan nilai-nilai filosifis akan mempengaruhi filsafat pendidikian dan filsafat kurikulum yang digunakan. Tentu ini pun akan mengarah pada susunan mata pelajaran yang harus dipelajari.
Landasan sosiologis, berkaitan dengan sistem nilai, norma, adat isitiadat, tata aturan bermasyarakat dan bernegara juga berpengaruh terhadap penggunaan sistem kurikulum. Dalam aspek sosiologis di dalamnya adalah sistem politik yang berlaku, ikut menentukan tentang apa yang harus dipelajari, kedalaman dan keluasannya, serta teknis pengembangannya.
Contoh ketika sistem politik negara menggunakan sistem sentralistik, maka pengembangan kurikulum didominasi oleh pemerintah pusat, kurang atau bahkan mungkin tidak melibatkan pemerintah daerah atau guru sama sekali. Namun ketika sistem politik berubah menjadi desetralisasi, kebijakan pengembangan kurikulum pun berubah, yang tadinya terpusat sebagian didesentralisasikan ke daerah (pemerintah daerah dan sekolah, guru).
Contoh lainnya, terdapat perbedaan kurikulum, jenis dan jumlah mata pelajaran antara negara yang demokratis dan negara yang tidak terlalu menonjolkan demokratis. Bahkan sesama negara demokratis pun masih terdapat variabilitas.
Determinan berikutnya yaitu unsur psikologis. Situasi kondisi sasaran kurikulum ikut mempengaruhi konsep dan model kurikulum. Akan terdapat perbedaan mata pelajaran, setidaknya tingkat kesulitan dan cakupannya, antara jenjang pendidikan satu dengan lainnya. Antara pendidikan normal dan pendidikan luar biasa.
Selain dari pada itu, pandangan psikologi atas bagaimana manusia belajar bermacam-macam, di antaranya ada behavioristik, kognitivistik, dan konstruktivistik. Ketiga jenis pandangan tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penggunaan salah satu dari tiga pandangan atas belajar di atas, akan berpengaruh terhadap apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.
Determinan terakhir yaitu bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi kurikulumnya itu sendiri. Kemajuan IPTEK akan melahirkan tuntutan untuk mempelajari IPTEK kontemporer. IPTEK kontemporer memiliki karakteristik tersendiri tentang bagaimana cara untuk mempelajarinya.
Uraian di atas, menjelaskan kepada kita bahwa perkembangan mata pelajaran dipengaruhi oleh model konsep kurikulum yang digunakan. Suatu jenis model kurikulum itu sendiri memiliki karakteristik disain (tujuan, materi, strategi, dan evaluasi) tersendiri.Di bawah ini tabel perbandingan jurusan dan mata pelajaran yang hilang dan muncul pada kurikulum kurikulum 1964 sampai dengan KTSP
Tabel 1 Perbandingan Jurusan dan Mata Pelajaranyang Hilang dan Muncul pada Kurikulum 1964 sampai dengan KTSP (Belen, 2007)
No.
Kurikulum
Jurusan yang hilang
Jurusan yang muncul
Mapel yang hilang
Mapel yang muncul
1
1964

Jurusan Budaya SMA

Prakarya
2
1968


Berhitung
Matematika
Pendidikan Kesehatan Keluarga
Kecakapan Khusus
3
1975
Jurusan Budaya SMA
SMA: Jurusan IPA, IPS, Bahasa. Jurusan Budaya menjadi jurusan bahasa
Bahasa Indonesia
Tulisan Arab
Bahasa Jawa Kuno
Muncul Broadfield: Matematika, IPA, IPS Bahasa Indonesia, Civics menjadi PMP (Pendidikan Moral Pancasila)
4
1984

SMA: Program B (Vokasional) tak dilaksanakan. Jurusan IPS dan Bahasa tetap.
Jurusan IPA di bagi dua: Jurusan ilmu-ilmu fisik dan jurusan ilmu-ilmu hayati. Jurusan Agama untuk Madrasah Aliyah.
Tata Buku. Pendidikan Keterampilan dan Pendidikan Seni tergabung menjadi Pendidikan Kertakes.
Pada Pendidikan Bahasa Indonesia dikenalkan Pragmatic.
Akuntansi, Sosiologi, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), Tata Negara, Muatan Lokal, Keterampilan, Budaya.
5
1994
Program B SMA, Jurusan Ilmu-ilmu Fisik dan Ilmu-ilmu Hayati digabung ke jurusan IPA.
Penjurusan di kelas 3 SMA: IPA, IPS, Bahasa.
Tata buku, Pendidikan Keterampilan dan Pendidikan Seni tergabung menjadi kertakes.
Pada Pendidikan Bahasa Indonesia dikenalkan Pragmatic
PMP menjadi PPKn. B. Indonesia dan B. Inggris menggunakan communicative approach. Muncul bahasa Jepang dan Mandarin.
Muatan Lokal di SD dan SMP.
6
KBK
Jurusan Agama SMA
Penjurusan kembali ke kelas 2 SMA.
Tematik untuk kelas I dan II SD.
PPKn menjadi PKn. Di SMA Antropologi digabungkan ke Sosiologi. Diberi jam untuk pembiasaan di SD dan SMP. Muatal lokal tak ditangani.
Bahasa Inggris SD dan Komputer SD menjadi pilihan. ICT di SMA. Konsep Kimia dimasukkan ke IPA. Konsep Sosiologi dimasukkan ke IPS. Pembiasaan di SD dan SMP.
7
KTSP

Tematik kelas I-III SD.

Antropologi terpisah dari Sosiologi di SMA. IPA dan IPS terpadu di SMP. Muatan Lokal dihidupkan lagi bahkan sampai SMA. Pengembangan Diri (Pembiasaan) bahkan sampai SMA.

PERKEMBANGAN PKN (Pendidikan Kewarganegaraan)
A.    Perkembangan PKN di Amerika Serikat
1.      Civics
Numan sumantri menggambarkan civics, pada istilah pada zaman Yunani yaitu penduduk sipil yang mempraktekkan demokrasi langsung dalam “negara kota” (polis). Istilah ini kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat untuk diguaka sebagai istilah pelajaran demokrasi politik di sekolah-sekolah dan digunakan untuk membedakan dalam pelajaran ilmu politik di universitas-unversitas karena dalam pelajaran civics ini organisasinya akan diorganisir secara psiklogis (psychologically organized). Maksudnya agar civics bias dipahami, dimengerti sesuai dengan tingkat umur pelajar (Numan somantri, 1976:46). Pelajaran civics mulai diperkenalkan pada tahun 1970 di Amerika Serikat dalam rangka mengAmerikakan bangsa Amerika”. Isinya membicarakan mengenai pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara.

2.      Community Civics
Pada tahun 1907 lahir gerakan Community Civics yang dipelopori oleh W.A.Dunn dimaksudkan agar pelajaran civic lebih fungsional bagi pelajar. Isi civics menurut gerakan community civics disamping mempelajari konstitusi dan pemerintahan juga mempelajari tentang community civics, economic civics, dan vocational civics.
3.      Civic Education
Istilah lainnya adalah citizenship education. Gerakan Civic education pada tahun 1910 timbul karena pelajaran civics kurang berisikan kebutuhan pelajar yang berkaitan dengan aspek pendidikan dan kebutuhan masyrakat. Sehingga civics education meliputi:
·           Berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menimbulkan hidup dan tingkah laku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis.
·           Juga meliputi seluruh program sekolah dan pengalaman sekolah untuk melengkapi pandangan daripada fungsinya sebagai warga negara, seperti hak dan kewajiban serta tanggung jawab dalam masyarakat demokratis.

B.     Perkembangan PKn di Indonesia
1.      Sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Pada jaman Hindia Belanda di kenal dengan nama “Burgerkunde”. Pada waktu itu ada 2 buku resmi yang digunakan, yaitu :
a.   Indische Burerschapkunde, yang di bicarakan dalam buku tersebut, masalah masyarakat pribumi. Pengaruh barat, bidang sosial, ekonomi, hukum, ketatanegaraan dan kebudayaan, masalah pertanian, masalah perburuhan. Kaum menengah dalam industri dan perdagangan, terbentuknya dewan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, pajak, tentara dan angkatan laut.
b.   Rech en Plich (Bambang Daroeso, 1986: 8-9) karangan J.B. Vortman yang dibicarakan dalam buku tersebut yaitu : Badan pribadi yang mengutarakan masyarakat dimana kita hidup, obyek hukum dimana dib icarakan eigondom eropah dan hak-hak atas  tanah. Masalah kedaulatan raja terhadap kewajiban-kewajiban warga negara dalam perinta Hindia Belanda. Masalah Undang-Undang, sejarah alat pembayaran dan kesejahteraaan
Adapun tujuan dari buku tersebut, yakni: agar rakyat jajahan lebih memahami hak dan kewajibannya terhadap pemerintah Hindia Belanda, sehingga diharapkan tidak menganggap pemerintah belanda sebagai musuh tetapi justru memberikan  dukungan dengan penuh kesadaran dalam jangka waktu yang panjang.
Pada tahun 1932 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang disetujui Volksraad, bahwa setiap ugru harus memiliki izin. Dalam pertimbangannya adalah banyak guru sekolah partikelir bukanlah lulusan sekolah guru, dan yang berhak mengajar  hanyalah lulusan sekolah guru. Sedangkan  lewat pendidikan non-formal terutama dilakukan oleh para tokoh pergerakan nasional yakni bung Karno dan Bung Hatta. Pelaksanaan pendidikan politik baik yang dilakukan oleh guru-guru sekolah partikelir maupun yang dilakukan para tokoh pergerakan nasional, pada prinsipnya dapat di nyatakan sebagai “cikal bakal” pendidikan politik atau PKn di Jaman Indonesia merdeka.
2.      Sesudah Proklamasi kemerdekaan
Gambaran Nu’man Somantri (1976: 34-35), yakni :
a.   Kewarganegaraan (1957)
Isi pelajaran kewarganegaraan adalah membahas cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.
b.   Civics (1961)
Isi civics banyak membahas tentang sejarah kebangkitan nasional . Uud, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk “nation and character building” Bangsa Indonesia seperti pada waktu pelaksanaan civics di America pada tahun-tahun setelah declaration of Independence Amerika
c.   Pendidikan Kewargaan  Negara (1968)
Diberlakukannya kurikulum 1975, PKn pada prinsipnya merupakan unsur dari PMP. Lahirnya UU no.2 Tahun 1989 tentang SPN (Sistem Pendidikan Nasional). menunjuk pasal 39 ayat 2, yang menentukan bahwa PKn bersama dengan pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama harus di muat dalam kurikulum  semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan maka PKn akan mengalami perkembangan lagi.

Menurut ali emran (1976: 4) isi PKn meliputi :
1)         Untuk SD : pengetahuan Kewargaan negara, sejarah Indonesia, ilmu Bumi.
2)         Untuk SMP : Sejarah kebangsaan, kejadian setelah kemerdekaan, UUD 1945, Pancasila, Ketetapan MPRs.
3)         Untuk SMA : Uraian pasal-pasal dari UUD 1945 yang dihubungkan dengan tatanegara, sejarah, ilmu bumi dan ekonomi.
d.   Tahun 1970 PKn difusikan ke dalam mata pelajaran IPS
e.   Tahun 1972, dalam seminar di Tawangmangu Surakarta, menetapkan istlah ilmu kewargaan Negara (IKN) sebagai pengganti CIVICS, dan pendidikan Kewargaan Negara (PKn) sebagai istilah civic Education.Dengan demikian, IKN lebih bersifat teoritis dan PKn lebih bersifat praktis antara keduanya merupakan kesatuan tak terpisahkan, karna perkembangan PKn sangat tergantung pada perkembangan IKN.
f.     Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Menurut Kurikulum 1994Kurikulum 1994 mengintegraiskan antara pengajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan nama mata pelajaran PPKn.
3.      Perkembangan PKn pada masa transisi Demokrasi
Perkembangan PKn pada era Orde Baru, ternyata lebih ditentukan faktor kepentingan untuk membangun negara (state Building) ketimbang untuk  membangun bangsa (Nation Building). Hal tersebut di sebabkan karena :
1)    Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara yang sudah kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan kejujuran dan keikhlasan.
2)    Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadiland an kebenaran.
3)    Fandalisme, paternalisme dan absolutisme
4)    Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat negara untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat.
Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn dan pelaksanaan pengajarannya di lapangan yang lebih menekankan untuk mendukung status quo atau legitimasi dan pembenaran (justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba dari pada  untuk meningkatkan pemberdayaan warga Negara dalam berhubungan dengan negara. Dalam era reformasi, tantangan PPKn semakin berat. P4 dipermasalahkan substansinya, karena tidak memberikan gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu kesatuan. Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2 tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal Pendidikan Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti PPKn dengan kewarganegaraan / pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral. 
Tes FormaTiF 2:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.         Proses pembelajaran PKn dengan paradigma baru hendaknya berorientasi pada pengembangan tiga kemampuan berkut ini, kecuali:
A.    Kecerdasan warga negara
B.    Tanggung jawab warga Negara
C.   Partspas warga Negara
D.   Pemecahan masalah warga negara

2.      Kecerdasan warga negara yang perlu dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan paradgma baru hendaknya melputi aspek:
A.  Afektf, emosonal, pemkran dan skap
B.  Rasonal, ntelektual, pemkran dan emosonal
C.  Sprtual, rasonal, emosonal dan sosal
D.  Sprtual, skap, ntelektual, dan sosal

3.      Karakteristik yang menjadi kriteria dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan paradgma baru dapat dlhat pada:
A.    Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan
B.    Standar materkewarganegaraan
C.   Indkator pencapaan
D.   Rambu-rambu umum pembelajaran

4.      Penjabaran materi pembelajaran PKn dengan paradigma baru yang paling operasional terdapat pada kolom:
A.    Kemampuan dasar
B.    Kemampuan
C.   Standar materkewarganegaraan
D.   Standar pencapaan

5.      Portofolio dalam proses pembelajaran PKn di kelas pada hakekatnya merupakan: 
A.    kumpulan nformasyang tersusun dengan bak
B.    kumpulan pekerjaan guru  untuk siswa
C.   kumpulan pekerjaan karyawan sekolah
D.   kumpulan pekerjaan kepala sekolah

6.      Bentuk portofolio dalam pembelajaran PKn dapat berupa pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi yang:
A.    menark secara estetka
B.    mengandung nformasyang terkat dengan masalah
C.   beragam dlhat darsegkelmuan
D.   bernlasentngg
7.      Proses pembelajaran PKn yang berbasis portofolio bertujuan membina komitmen sswa terhadap kewarganegaraannya dengan cara, kecual:
A.    membekalpengetahuan dan ketramplan untuk berpartspasaktf
B.    memberkan doktrn dalam hdup berkewarganegaran
C.   membekalpengalaman prakts untukmengembangkan kompetsi
D.   mengembangkan pemahaman partspaswarga Negara

8.      Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio diakhiri dengan:
A.    mengumpulkan dan menla nformas
B.    mengkaj pemecahan masalah
C.   membuat rencana tndakan
D.   membuat kebijakan public

9.      Kelompok I (Satu) siswa dalam pembelajaran PKn berbasis portofolio memiliki tugas:
A.     menjelaskan masalah
B.     menilai kebijakan alternatif
C.     membuat kebijakan publik
D.     membuat rencana tndakan

10.   Untuk menilai portofolio yang dibuat oleh siswa, juri dapat melihat portofolio dari sudut … kecuali:
A.  kelengkapan
B.  kejelasan 
C.  estetka
D.  dukungan











BAB III
PENGEMBANGAN KONSEP, NILAI, MORAL, DAN NORMA DALAM PKN
Pengertian Konsep
Istilah konsep, nilai, moral, dan norma dalam PKn merupakan stlah dasar yang perlu dpahamsecara benar.  Istlah-istlah ini sangat terkiat langsung bak pada tataran teorts maupun prakss-operasonal bahkan praktik. Agar para mahasswa memiliki pemahaman dan persepsi yang sama terhadap stlah tersebut, maka berkut ini akan durakan pengertian-pengertian dan karakterstk istlah-istlah tersebut menurut para ahli.  Pengertian Konsep, Konsep merupakan pokok pengertian yang bersfat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, perstwa, atau pemkran (de).  Lahirnya konsep disebabkan oleh adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol.  Konsep “rakyat” merupakan sebutan umum untuk sekelompok penghuni wilayah suatu negara yang ada dalam pemerintahan negara tertentu.  Konsep ”demokrasi” merupakan sebutan abstrak tentang sstem kekuasaan pemerntahan yang berasal darrakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam contoh di atas, tampak bahwa konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan bukan hanya dengan contoh tertentu melankan dengan konteks.  Konsep dapat dianggap sebagai suatu model kelompok benda yang terpikirkan.  Konsep “buruh”, msalnya, dapat dpandang sebagakesan mental tentang semua yang memiliki ciri umum pekerja.  Dengan demikian, konsep merupakan cara berpikir menggeneralisasikan sejumlah anggota kelas yang khusus ke dalam satu contoh model yang tidak tampak, termasuk atrbut semua contoh  yang berbeda-beda. Konsep bersifat subyektf dan menyatu.  Semua orang membentuk konsep darpengalamannya sendri.  Dari pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan mendengarkan diskusi yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian dan atribut.  Konsep “Kitabullah” sebagai ilustrasi, dapat diperoleh dari dialog dengan ayah dan bu ketka anak sedang berada dlngkungan keluarga dan membaca langsung sKitabullah tersebut.  Akibat dari pengalaman ini, setap sswa akan mengatkan atribut dengan simbol untuk kelompok yang disebut “Kitabullah”. Konsep bukanlah verbalsasi melainkan kesadaran yang bersfat abstrak tentang atrbut umum dar suatu kelas.  Konsep merupakan kesadaran mental nternal yang mempengaruhperlaku yang tampak.  Apakah sswa mengetahu suatu konsep maka kemampuan tersebut dapat ditentukan dari tindakan yang ditunjukkannya. Konsep- konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin lmu atau dari konsep yang telah baisa digunakan dlngkungan kehidupan sswa atau masyarakat setempat.
 Bagaimana kita dapat mengidentifikasi kemampuan siswa terhadap penguasaan konsep?  Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang kompleks karena memerlukan proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.  Namun, sebagai ilustrasi dan contoh, sejumlah konsep dasar yang sering digunakan dalam pembelajaran PKn dapat diidentifikasi dibawah ini.
1. pemerintah                                      11. Moral                                 21. nasionalisme
2. Negara                                            12. Nilai                                   22. moral        
 3. bangsa                                           13. Karakter                            23. perilaku
 4. negera                                            14. Perasaan                           24. Kata hati
5. wilayah                                            15. Sikap                                 25. empati
 6. pembangunan                                16. Solidaritas                         26. politik
 7. negara berkembang                      17. Kekuasaan                        27. pemilu
 8. negara sedang berkembang          18. Kekuatan rakyat               28. konstitusi
9. negara tertinggal                             19. Kelas penguasa                29. Partai politik
10.pengamblan keputusan                 20. Kelompok penekan           30 kekuasaan
Pengertian Nilai Apabila kita sadar, maka hampr setap hari orang selalu berbcara, berpkr, menghtung, dan mempertmbangkan berdasarkan nla.  Dalam hdupnya setap orang akan selalu mengambl keputusan berdasarkan nilai yang dyakn atau nla yang ada dan disepakati di masyarakat.  Singkatnya, nilai akan menjadi patokan/kriteria bagi siapapun untuk menentukan skap dan mengambl keputusan.  Bla demkan, apa yang dmaksud dengan ”nilai” (value) tersebut?  Menurut Frankel (1978), nla(value) adalah konsep (concept).
 Seperti umumnya konsep, maka nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam pikiran orang.  Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia.  Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yakni nilai estetka dan nilai etika.  Estetika terkait dengan masalah keindahan atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang.  Sedangkan etika terkait dengan tindakan/ perlaku/ akhlak (conduct) atau bagamana seseorang harus berperilaku.  Etika terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah (wrong).
 Nilai bukanlah benda atau mater. Nilai adalah standar atau krtera bertndak, krtera kendahan, krtera manfaat, atau disebut pula harga yang diakuioleh seseorang dan oleh karena itu orang berupaya untuk menjunjung tinggi dan memeliharanya.  Nilai tdak dapat dlhat secara konkrt melankan tercermn dalam pertmbangan harga yang khusus yang daku oleh ndvdu.  Oleh karena tu, ketka seseorang menyatakan bahwa sesuatu tu bernlamaka seyoganya ada argumen-argumen bak dan tdak baknya.  Msalnya, mengapa ada orang yang menolak hukuman matbahkan mengusulkan agar hukuman matdhlangkan karena bertentangan dengan hak asasmanusa.  Hal ntentu saja dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan.   Ketika ada orang yang berkampanye dan mengajak orang lain untuk mendukung salah satu calon anggota legislatif, karena orang tersebut terkenal kejujurannya.  Hal ini tentu saja dilandasi oleh nilai etika. Apa kriteria dan indikator untuk menilai sesuatu itu? Raths (dalam Fraenkel, 1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penlaan, yaknperlu ada plhan (chooses), penghargaan (prizes), dan tndakan  (acts).  Pertama, tndakan memlh hendaknya dlakukan secara bebas dan memlh darsejumlah alternatif dan melakukan memilih hendaknya dilandasi oleh hasil pemikiran yang mendalam, artnya setelah memperhtungkan berbagaakbat daralternatf tersebut.  Kedua,  ada penghargaan atas apa yang telah dplh dan dkenal oleh masyarakat.  Ketga, melakukan tndakan sesuadengan plhannya dan dmanfaatkan dalam kehdupan secara terus menerus.
Selain dengan kriteria di atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai, yakni dilihat dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan, keyakinan, aktivitas, dan keraguan.  Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat diidentifikasi dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagkehdupan umat manusa.  Secara sngkat dapat dsmpulkan bahwa nilai merupakan hasil pertmbangan baik atau tidak baik terhadap sesuatu yang kemudan dpergunakan sebagadasar alasan (motvas) melakukan atau tdak melakukan sesuatu. Prof. Dr. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga bagian, yaitu : (1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia. (2) Nilai Vital, yatu segala sesuatu yang berguna bagmanusa untuk dapat melaksanakan kegatan atau aktvtas. (3) Nilai Kerokhanian, yatu segala sesuatu yang berguna bagrohanmanusa. Dapatkah Anda menympulkan pengertan nladarpendapat Prof Notonagoro?  Baklah, pendapat Anda sudah tepat bahwa sesuatu dapat dkatakan bernlaapabla sesuatu tu memlkkegunaan.  Samakah, nla kegunaan untuk semua hal tersebut?  Untuk mengidentifikasi jenis nilai yang ada di masyarakat, marilah kita simak contoh perstwa kasus berkut ini.
Perjuangan anTara HiduP dan maTi Adi, seorang anak, yang telah lama dtnggal sang ayah tercnta.  Ia hdup dengan bu yang sangat ia cinta.  Adi yang drop out dari bangku SMP ketika masih di kelas dua setiap hari bekerja mengumpulkan barang bekas untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sudah lama berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya.  Setiap hari, Adi berangkat dari rumah untuk bekerja dengan penuh harap demi mencari sesuap nasi agar dapat menyambung hidup dirinya.  Ia bekerja keras mengumpulkan barang bekas dengan semangat dan berbekal cta-cta bla uang telah cukup segera akan mengobat bunya yang telah lama tersksa oleh penyakt kanker.  Suatu har, Adi mendengar ucapan bunya, Nak... tampaknya bu sudah tdak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Jagalah baik-baik dirimu Nak!  Tidak Ibu, Ibu tidak boleh meninggalkan Adi.  Adi mau mencari obat sekarang”.  Adi pergi untuk mencari obat.  Menurut dokter, Ibunya mash dapat dtolong dengan obat namun karena ia tdak punya uang maka satu-satunya jalan adalah mencuri uang untuk membeli obat.  Adi menghadapdlema, bla tdak mencurmaka Ibunya mungkn mennggal, tetapi bila ia mencur maka ia akan berdosa bahkan mungkn ia berurusan dengan polsyang akhirnya masuk penjara.  Apa yang harus Adi lakukan? Certa: karangan Saprya


Sudahkah Anda membaca cerita di atas?  Adakah nilai yang terkandung dalam cerita di atas? Nilai apa saja? Apabila kita identifikasi, maka ada sejumlah yang disebut benar, indah, baik, dan relgus. Sesuatu yang danggap benar dsebut nlakebenaran.  Sesuatu yang danggap ndah dsebut nlaestetka.  Sesuatu yang danggap bak dsebut nlamoral/etka.  Sesuatu yang danggap berpahala dan berdosa bla dlakukan dsebut nlarelgus. Ahli lain, sepertti Rokeah (dalam Kosasih Djahiri, 1985:20) mengatakan bahwa “Nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber pada sstem nilai seseorang, mengenai apa yang patut atau tdak patut dlakukan seseorang atau mengena apa yang berharga dan apa yang tidak berharga”.
Pengertian Norma Norma adalah kadah atau peraturan yang pastdan bla dlanggar mengakibatkan sanksi.  Norma dsebut pula dalil yang mengandung nilai tertentu yang harus dpatuhi oleh warga masyarakat ddalam berbuat, bertngkah laku, untuk mencptakan masyarakat yang aman, tertb, dan teratur. Secara umum, norma basanya bersanks, yaknancaman atau akbat yang akan diterima apabila norma itu tidak dilaksanakan.  Sedikitnya ada empat jenis norma, ialah: norma kesopanan, norma kesuslaan, norma agama, dan norma hukum. (1) Norma kesopanan atau dsebut pula norma sopan santun.  Norma ndmaksudkan untuk menjaga atau menciptakan keharmonisan hidup bersama dan sanksinya berasal dari masyarakat berupa celaan atau penguclan. (2) Norma kesuslaan atau disebut pula moral/akhlak.  Norma ndmaksudkan untuk menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hati nurani serta ahklak.  Sanksinya berupa sanksmoral yang berasal  darhatnuranmanusa itu sendiri. (3) Norma Agama atau disebut pula norma relgus. Norma ini dimaksudkan untuk mencapai kesucian hidup berman dan sanksnya berasal dari Tuhan. (4) Norma hukum adalah norma yang dmaksudkan untuk menciptakan kedamaan hdup bersama dan sanksinya berupa sanksi hukum yang berasal dari Negara atau aparatur Negara. Ada beberapa ciri norma hukum yang berbeda dartga norma lannya, msalnya : (1) Adanya paksaan dari luar yang berwujud ancaman hukum bagi mereka yang melanggarnya. Ancaman hukum tersebut pada umumnya berupa sanksi fisik yang dapat dpaksakan oleh aparatur Negara. (2) Bersifat umum, yatu berlaku bagsemua orang. Dengan kata lan, sanksyang dterma oleh orang yang melangggar norma hukum lebih pasti atau tegas, jelas, dan nyata.  Lebih pasti yang dimaksud bahwa sanksi hukum sudah ditentukan berapa lama hukuman yang harus dijalani oleh pelanggar hukum karena telah ada ktab undang-undang yang mengatur. 
Tegas berarti norma hukum dapat memaksa siapa saja yang melanggarnya melalui aparatur penegak hukum. Mengapa perlu ada norma hukum?  Norma hukum diperlukan karena: (1) Tdak semua kepentngan atau tata tertb telah dlndungatau datur oleh norma agama, norma moral, dan norma sopan santun. Msalnya, norma sopan santun tdak mengatur bagamana penduduk/warga negara harus membayar utang ptutang.  Demikian pula, norma kesusilaan tidak mengatur hal-hal tentang pajak, upah, lalu lntas dan lan-lan.(2) Sanksterhadap pelanggaran norma kesopanan dan kesusilaan bersfat pskhs dan abstrak, sedangkan sanksi terhadap norma hukum bersifat fisik dan konkrit. (3) Pada norma hukum, sifat pemaksaannya sangat jelas dan dapat dipaksakan oleh aparatur Negara, sedangkan norma kesusilaan tidak dapat dipaksakan oleh aparatur Negara, melainkan hanya berupa dorongan dari diri pribadi manusia bahkan tidak tegas. Bagamana keterkatan norma dengan nilai?  Diatas telah dkemukakan bahwa norma hidup di masyarakat, diperlukan oleh masyarakat sehingga setiap anggota masyarakat berupaya untuk menjaga, mentaati/mematuhinya. 
Pada umumnya, setiap warga masyarakat berupaya untuk menghndar darpelanggaran terhadap norma yang berlaku di masyarakat.  Kenyataan nmengandung arti bahwa norma diperlukan oleh setap warga masyarakat.  Dengan demkan, norma mengandung nlaatau harga. Meskpun demikian, pelaksanaan, penegakan, dan penjabaran nilai dalam norma sangat tergantung pada masyarakatnya. Oleh karena itu, implikasi dari keberadaan nilai dalam norma dapat berubah dan berkembang.  Artinya, penjabaran nilai atau prinsip yang bersifat universal ke dalam norma dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lannya.  Nlabersfat unversal, sedangkan norma berlaku bagmasyarakat tertentu. Msalnya rasa hormat merupakan suatu nilai yang umum, namun cara menghormat akan berbeda pada masyarakat Indonesa. Msalnya, cara menghormat antara suku Sunda dan suku Batak, atau bagmasyarakat Indonesa dan masyarakat Inda, Jepang, Cna dan lan-lan dapat berbeda-beda. Pengertian Moral Istlah moral berasal darbahasa Latn, mores, yatu adat kebasaan.   Istlah ini erat dengan proses pembentukan kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals. 
Dalam bahasa Indonesa kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya.  Oleh karena itu, moral erat kaitannya dengan ajaran tentang sesuatu yang baik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusa. Dalam konteks etka, setap orang akan memlkperasaan apakah yang dlakukan itu benar atau salah, baik atau jelek?  Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan nilai moral (moral values).  Pertmbangan nlamoral merupakan aspek yang sangat penting khususnya dalam pembentukan warga negara yang baik sebagai tujuan pendidikan kewarganegaraan.  Tingkah laku yang sesuadengan nilai-nilai moral yang danut dan ditampilkan secara sukarela dharapkan dapat dperoleh melaluproses penddkan.  Hal ndlakukan sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di dalam drnya dan dlakukan berdasarkan dorongan dardalam drnya. Tndakan yang baik yang dilandasi oleh dorongan dari dalam diriinilah yang dharapkan sebagahasl penddkan nladalam penddkan kewarganegaraan. Bagaimana pelaksanaan pendidikan nilai, moral, dan norma yang dilaksanakan di Indonesia? Secara yurds-formal, penddkan nilai, moral, dan norma dIndonesa dlaksanakan melalupenddkan kewarganegaraan yang berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagalandasan konsttusonal, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sstem Penddkan Nasonal (Ssdknas) sebagai landasan operasonal, dan Peraturan MenterNomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Is(SI) dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar KompetensLulusan (SKL) sebagai landasan kurikuler.
Sejalan dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional melaluBadan Standar Nasonal Penddkan (BSNP), maka kurikulum penddkan kewarganegaraan untuk lngkungan lembaga penddkan formal dlaksanakan dengan berpedoman pada Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP). UUD NRI 1945 sebagalandasan konsttusonal pada bagan Pembukaan alnea keempat memberikan dasar pemikiran tentang tujuan negara.  Salah satu tujuan negara tersebut dapat dikemukakan dari pernyataan “mencerdaskan kehidupan bangsa”.  Apabila dikaji, maka tiga kata ini mengandung makna yang cukup dalam.  Mencerdaskan kehidupan bangsa mengandung pesan pentngnya penddkan bagseluruh anak bangsa.
 Dalam kehdupan berkewarganegaraan, pernyataan nmemberikan pesan kepada para penyelenggara negara dan segenap rakyat agar memlkkemampuan dalam berpkr, berskap, dan berperlaku secara cerdas bak dalam proses pemecahan masalah maupun dalam pengamblan keputusan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas sebagalandasan operasonal penuh dengan pesan yang terkat dengan pendidikan kewarganegaraan.  Pada Pasal 3 ayat (2) tentang  fungsi dan tujuan negara dikemukakan bahwa: Pendidikan nasonal berfungsmengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehdupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya, pada Pasal 37 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: “...   b.  pendidikan kewarganegaraan; ...”  dan pada ayat  (2) dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: “...   b.  pendidikan kewarganegaraan; ...”. 
Sedangkan pada bagian penjelasan Pasal 37 dikemukakan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.” Adanya ketentuan tentang penddkan kewarganegaraan dalam UU Ssdknas sebagamata pelajaran wajib di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi menunjukkan bahwa mata pelajaran ini menempati kedudukan yang strategis dalam mencapai tujuan penddkan nasonal di negara ini.  Adapun arah pengembangannya hendaknya dfokuskan pada pembentukan  peserta didik agar menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cnta tanah ar. Arah pengembangan penddkan nasonal pada era reformasmengacu pada UU Ssdknas yang doperasonalkan dalam Peraturan Pemerntah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).  Sejalan dengan kebijakan otonomi penddkan, maka pengembangan kurkulum sekolah tdak lagdbebankan kepada pemerntah pusat sebagamana terdahulu melankan dserahkan kepada masng- masng satuan penddkan.  Pemerntah pusat melaluDepartemen Penddkan Nasonal hanya menyedakan standar nasonal yakn berupa standar sdan standar kompetenslulusan sementara pelaksanaan pengembangan kurkulum dlaksnakan oleh setap satuan pendidikan sesuai dengan jenjang dan jenisnya.  Sebagai landasan kurikulernya,  pendidikan kewarganegaraan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada Permendknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 masng-masng tentang SI dan SKL.
Berlakunya ketentuan tentang otonomi pendidikan membawa mplkasbagsetap satuan penddkan termasuk mplkasdalam pengembangan kurkulum.  Bahwa mereka memlkkewenangan yang lebh besar dalam pengembangan kurkulum bahkan dalam pengelolaan bdang lannya, namun dphak lan mereka pun dtuntut agar selalu menngkatkan kualtas satuan penddkan yang sesuadengan standar nasonal terkat. Rangkuman Istlah konsep, nla, moral, dan norma dalam PKn merupakan istlah dasar yang perlu dpahamsecara benar.  Istlah-stlah nsangat terkait langsung bak pada tataran teorts maupun prakss-operasonal bahkan praktk. Konsep merupakan pokok pengertan yang bersfat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, perstwa, atau pemkran (de).  Lahrnya konsep karena adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol.  Konsep bukanlah verbalsasi melankan kesadaran yang bersfat abstrak tentang atribut umum dari suatu kelas.
 Konsep merupakan kesadaran mental nternal yang mempengaruhperlaku yang tampak.  Nladapat dartkan kualtas darsesuatu atau harga darsesuatu yang dterapkan pada konteks pengalaman manusa.  Nladapat dbagatas dua bdang, yaknnlaestetka dan nlaetka.  Estetka terkat dengan masalah kendahan atau apa yang dpandang ndah (beautiful) atau apa yang dapat dnkmatoleh seseorang.  Sedangkan etka terkat dengan tndakan/ perlaku/ akhlak (conduct) atau bagamana seseorang harus berperlaku.  Etka terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah (wrong). Norma adalah kadah atau peraturan yang pastdan bla dlanggar mengakbatkan sanks.  Norma dsebut pula dall yang mengandung nlatertentu yang harus dpatuholeh warga masyarakat ddalam berbuat, bertngkah laku, untuk mencptakan masyarakat yang aman, tertib, dan teratur.  Norma ada dua, ialah norma fisika dan norma etika. Norma etka terdratas norma kesopanan, kesuslaan, agama, dan hukum. Istlah moral berasal darbahasa Latin, mores, yatu adat kebasaan.   Istlah ini erat dengan proses pembentukan kata, alah: mos, mors, manner, manners, morals.  Dalam bahasa Indonesa kata moral hampr sama dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
Kelas I, Semester 1
Stándar  Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan
1.1  Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa
1.2  Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah
1.3  Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah
2.    Membiasakan tertib di rumah dan di sekolah
2.1  Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah
2.2  Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah


Kelas I, Semester 2
Stándar  Kompetensi
Kompetensi Dasar
3.    Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah

3.1  Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya
3.2  Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah

4.    Menerapkan kewajiban anak di rum
ah dan di sekolah
4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah
4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat

Kelas II, Semester 1
Stándar  Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Membiasakan hidup bergotong royong
1.1  Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong
1.2   Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah
2. Menampilkan sikap cinta lingkungan
2.1 Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan
2.2 Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam

Kelas II, Semester 2
Stándar  Kompetensi
Kompetensi Dasar
3. Menampilkan sikap demokratis
3.1    Mengenal kegiatan bermusyawarah
3.2    Menghargai suara terbanyak (mayoritas)
3.3    Menampilkan sikap mau menerima kekalahan
4. Menampilkan nilai-nilai Pancasila
4.1   Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari
4.2  Melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-­hari

Kelas III, Semester 1
Stándar  Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda
1.1   Mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa
1.2   Mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari

2. Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat
2.1   Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat  sekitar
2.2   Menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar
2.3   Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar

Kelas III, Semester 2
Stándar  Kompetensi
Kompetensi Dasar
3. Memiliki harga diri sebagai individu   
3.1 Mengenal pentingnya memiliki harga diri
3.2 Memberi contoh bentuk harga diri, seperti menghargai diri sendiri, mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan lain­ lain
3.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan harga diri
4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan
4.2. Menampilkan rasa bangga sebagai anak Indonesia


Tes FormaTiF 3:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.      Pengertan yang bersfat abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok benda, perstwa, atau pemkran (ide) disebut....

A.    Fakta
B.    Konsep
C.   Generalsas
D.   Teori

2.   Berkut nadalah contoh konsep yang bersfat konkrit ...

A.    gubernur
B.    demokras
C.   kekuasaan
D.   kurs

3.   Konsep dasar PKn yang dambl darpskologadalah ...
A.  kewenangan
B.  kekuasaan
C.  empati
D.  Norma

4.   Berkut nadalah termasuk contoh nlaetka dalam kehdupan sehari-har...kecuali:

A.  mengendarai kemdaraan disebelah kiri
B.  mengagumkendahan bunga
C.  membayar pajak tepat waktu
D.  tdak melakukan perbuatan mencur

5.    Raths mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penilaian, yakni perlu ada

A.    persetujuan (agreement)
B.    plhan (chooses)
C.   penghargaan (prizes),
D.   tndakan  (acts).

6.   Menurut Prof. Dr. Notonegoro, segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusa dsebut ....

A.    Nlamateral
B.    Nlavtal
C.   Nlakerokhanan
D.   Nlasubstantf

7.    Sesuatu yang dianggap berpahala dan berdosa bila dilakukan disebut ....

A.    nakebenaran
B.    nilai estetika
C.   nilai moral/etika
D.   nilai religius

8.    Norma yang dimaksudkan untuk menjaga kebaikan hidup pribadi atau kebersihan hatnuranserta ahklak dsebut norma ....
A.    norma kesopanan
B.    norma kesuslaan
C.   norma agama
D.   norma hukum

9.    Ciri norma hukum yang membedakan darnorma lainnya adalah ....

A.    mengatur perlaku
B.    memaksa untuk tdak melakukan
C.   sankstegas dan nyata
D.   menertbkan perlaku

10.  Dalam konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang dlakukan itu benar atau salah, baik atau jelek. Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan
A.    nilai moral
B.    nilai kesusilaan
C.   nilai hokum
D.   nilai idea




BAB IV
PENGERTIAN STRATEGI  DAN  METODE PEMBELAJARAN
A.    Pengertian Strategi Pembelajaran
Joni (1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Gerlach dan Elly (1989) menyatakan bahwa strategi adalah suatu cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Definisi yang lain menyebutkan bahwa strategi adalah suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain, 2002). Dengan demikian pengertian strategi dalam pembelajaran adalah suatu prosedur yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
B.     Pengertian Metode Pembelajaran
Metode menurut Sagala (2005) adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.
Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara optimal jika pemilihan strategi dan metodenya tepat.perlu diketahui bahwa supaya proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dipilih satu atau lebih metode.
C.    Kebaikan dan Kelemahan Metode Pembelajaran
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode yang digunakan untuk menjelaskan materi secara verbal, dan biasanya memiliki alat bantu visual.
a.       Kelebihan metode ceramah
1)       Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
2)       Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
3)       Lebih mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
4)       Biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk orang banyak
5)       Metode ini sangat tepat untuk guru yang akan memulai mengenalkan materi
b.      Kelemahan metode ceramah
1)    Siswa dengan karakteristik auditif dapat menyerap informasi lebih banyak, sedangkan siswa dengan karakteristik visual menjadi rugi karena miskin informasi
2)    Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan terkesan membosankan
3)    Menyebabkan siswa menjadi pasif
4)    Tidak memberi kesempatan untuk berdiskusi
2.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa agar lebih terpusat kepada proses pembelajaran.
a.       Kelebihan metode tanya jawab
1)    Siswa dapa mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat
2)    Pertanyaan yang dilontarkan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika siswa itu sedang ribut
3)    Merangsang siswa untuk berlatih mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan
4)    Pertanyaan yang jelas lebih mudah dipahami siswa
b.      Kekurangan metode tanya jawab
1)       Banyak waktu terbuang
2)       Apabila siswa tidak siap, maka siswa merasa takut, dan apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa, maka siswa juga menjadi tidak berani untuk bertanya
3)       Terbatasnya jumlah waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa
3.      Metode Diskusi
Metode diskusi cocok digunakan untuk kelompok kecil. Hasil penelitian menujukkan bahwa metode diskusi lebih tepat digunakan untuk mempelajari keterampilan yang kompleks, berpikir kritis, dan untuk memecahkan kasus.
a.       Kelebihan metode diskusi
1)       Dapat memperluas wawasan siswa
2)       Dapat merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide dalam memecahkan suatu masalah
3)       Dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
4)       Dapat menumbuhkan partisipasi siswa menjadi aktif
b.      Kekurangan metode diskusi
1)    Kemungkinan besar diskusi akan dikuasai oleh siswa yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri
2)    Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
3)    Peserta mendapat informasi yang terbatas
4)    Menyerap waktu yang cukup banyak
5)    Tidak semua guru memahami cara siswa melakukan diskusi
4.      Metode Simulasi
Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu.
a.       Kelebihan metode simulasi
1)       Metode ini dapat mempelajari situasi yang nyata
2)       Dapat membuat siswa belajar dari umpan balik yang datang dari dirinya sendiri
3)       Dapat melatih siswa dalam mensimulasikan sesuatu sehingga siswa menjadi lebih berani
4)       Siswa dapat lebih menggunakan sekumpulan fakta dan konsep
b.      Kelemahan metode simulasi
1)    Bagi siswa yang penakut penerapan metode ini menjadi hal yang tidak menyenangkan sehingga enggan untuk bersimulasi
2)    Sebaliknya bagi siswa yang pandai, dan senang berbicara cenderung menguasai proses simulasi
3)    Bagi siswa yang susah mengeluarkan pendapat hal ini merupakan metode yang paling menyusahkan.
5.      Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode yang dilakukan oleh guru terhadap siswa, yang biasanya lebih banyak dikerjakan di rumah atau di luar sekolah karena penyelesaiannya memerlukan waktu yang lebih panjang.
a.       Kelebihan metode pemberian tugas
1)       Dapat memupuk semangat belajar siswa
2)       Dapat lebih memperdalam, memperkaya, dan memperluas wawasan yang dipelajarinya
3)       Dapat membina siswa dalam pengolahan informasi
b.      Kelemahan metode pemberian tugas
1)       Tugas dirasa menyulitkan dan membebani siswa
2)       Tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa sepengetahuan guru
6.      Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah suatu metode yang mengajak siswa ke suasana di luar kelas.
a.       Kelebihan metode karyawisata
1)       Memiliki prinsip pembelajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pembelajaran
2)       Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat
3)       Dapat lebih merangsang kreativitas siswa
4)       Mendorong siswa belajar secara konferhensif dan integral
5)       Merangsang siswa dapat menjawab semua tugas guru dengan data/peristiwa secara langsung
b.      Kekurangan metode karyawisata
1)       Memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang
2)       Biasanya cenderung menggunakan unsur rekreasi dan menomorduakan karyanya
3)       Sulit pengaturan siswa yang besar jumlahnya
4)       Membutuhkan biaya yang cukup besar
5)       Membingungkan siswa apabila objek kurang diamati dengan jelas
7.      Metode Laboratorium
Metode laboratorium adalah suatu metode yang mengaitkan teori dengan pengalaman.
a.       Kelebihan metode laboratorium
1)       Siswa dapat berganti situasi baru
2)       Situasi pembelajaran biasanya lebih menyenangkan
3)       Siswa dapat menggunakan alat bantu media yang lebih lengkap dan lebih dekat untuk mengambilnya karena memang sudah tersedia
4)       Untuk PKn semua kasus yang sifatnya pribadi dapat diselesaikan di laboratorium tersebut
b.      Kekurangan metode laboratorium
1)    Siswa yang kurang suka dengan belajar model ini merasa kurang mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan
2)    Belum tentu ruang laboratorium lebih menyenangkan
3)    Sering ada siswa lain yang lalu lalang karena memerlukan alat lain yang ada di laboratorium
8.      Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama (role playing) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah dalam hubungan sosial dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan masalah sosial.
a.       Kelebihan metode sosiadrama
1)       Melatih siswa untuk berkreatif dan berinisiatif
2)       Melatih siswa untuk memahami sesuatu dan mencoba melakukannya
3)       Memupuk bakat siswa yang memiliki bibit seni dengan baik melalui sosio drama yang sering dilakukannya dengan metode ini
4)       Memupuk kerja sama antar teman dengan lebih baik pula
5)       Membuat siswa merasa senang, karena dapat terhibur oleh fragmen teman-temannya
b.      Kekurangan metode sosiodrama
1)       Pada umumnya yang aktif hanya yang berperan saja
2)       Cenderung dominan unsur rekreasinya daripada kerjanya, karena untuk berlatih sosiodrama memerlukan banyak waktu dan tenaga
3)       Membutuhkan ruang yang cukup luas
4)       Sering mengganggu kelas disebelahnya
9.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa, sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat dipahami oleh peserta didik, baik secara nyata maupun secara tiruan.
a.       Kebaikan metode demonstrasi
1)       Dapat membimbing siswa kearah berpikir satu jalur pikiran
2)       Dapat mengurangi kesalahan karena diterapkan pada waktu itu juga
3)       Perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang dianggap penting
4)       Permasalahan yang terpendam dapat mendapatkan penjelasan guru pada waktu itu pula
b.      Kelemahan metode demonstrasi
1)       Tidak semua permasalahan dapat didemonstrasikan di dalam kelas
2)       Memerlukan alat perlengkapan khusus yang bahkan kadang sulit ditemukan
3)       Memerlukan banyak waktu
4)       Memerlukan kesabaran dan ketelatenan
10.  Metode Problem Solving (Metode Pemecahan Masalah)
Metode problem solving adalah suatu metode berpikir, dan memecahkan masalah.
a.       Kelebihan metode problem solving
1)        Dapat membuat siswa menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari
2)        Dapat melatih dan membiasakan para siswa untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
3)        Dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara kreatif
4)        Siswa sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya
b.      Kekurangan metode problem solving
1)        Memerlukan cukup banyak waktu
2)        Melibatkan lebih banyak orang
3)        Dapat mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
4)        Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah
11.  Metode Individual
Metode individual adalah suatu metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar yang berkembang sesuai dengan waktu dan kecepatan masing-masing individu
a.       Kebaikan metode individual
1)        Siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya
2)        Tidak merasa rendah dibanding temannya
b.      Kelemahan metode individual
1)    Siswa menjadi kurang berkembang karena mereka belajar tanpa ada motivasi lain dari teman sebayanya
Tes FormaTiF 4
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
 1.  Dalam konteks pembelajaran, strategi diartikan sebagai ....
A.     a way of viewing
B.     a way of achieving target
C.     a way of handling
D.     a way of tackling
2.  Berikut ini adalah metode yang termasuk kedalam strategi pembelajaran langsung, kecual:
A.    tinjauan terstruktur (structured overview),
B.    ceramah (lecture)
C.   simulas(simulation)
D.   membandngkan dan mempertentangkan (compare and contrast).  
3.  Dalam konteks pembelajaran, metode diartikan sebagai .
A.    a way of viewing
B.    a way of achieving target
C.   a way of tackling
D.   a way of handling
 4.   Berikut ini adalah strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn nteraktf, kecual:
A.    berman peran (role playing)
B.    curah pendapat (brainstorming)
C.   kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups)
D.   demonstras(demonstration)
 5. Metode pembelajaran yang melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para sswa untuk memecahkan masalah tertentu dsebut ...
A.    berman peran (role playing)
B.    curah pendapat (brainstorming)
C.   kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups)
D.   demonstras(demonstration)
6. Tujuan penggunaan metode curah pendapat dalam pembelajaran adalah ....
A.    membangktkan semangat sswa untuk berpendapat
B.    melatih anak untuk bersabar dan bijaksana
C.   berlath memerankan tokoh tertentu
D.   melath sswa agar terampl dalam berargumen
7.  Berikut ini adalah strategi/ metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn tidak langsung, kecual:
A.    pemecahan masalah
B.    studkasus
C.   ceramah
D.   pemetaan konsep
8.  Peta konsep dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran PKn dengan tujuan untuk .... kecual:
A.    Mengumpulkan pengetahuan dan nformas
B.    Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh lmu pengetahuan
C.   Menumbuhkan minat belajar secara deduktif
D.   Mencar nformasbaru dan keterkatannya
 9. Keteramplan dasar yang dapat dgunakan oleh guru terutama untuk memantapkan penguasaan konsep atau pemahaman sswa terhadap apa yang telah dsmulaskan dsebut keteramplan ....
A.    bertanya
B.    memberpenguatan
C.   menjelaskan
D.   mengajar kelompk kecil
10. Urutan pertama darprosedur smulasadalah .....
A.    guru mencptakan stuasatau membuat pemodelan
B.    mengadakan tanya jawab
C.   guru membagperan untuk tap sswa
D.   guru menyampakan aturan man























BAB V
MEDIA PEMBELAJARAN PKN
Hakekat Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan bentuk jamak khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan pengertian media PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk pembelajaran PKn SD.
2.      Fungsi Media Pembelajaran PKn SD
a.       Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
            Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya.
b.      Media pembelajaran sebagai sumber belajar
            Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima katagori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.
3.      Jenis-jenis Media Pembelajaran
a.       Berdasarkan jenisnya
Berdasarkan jenisnya, media dapat Anda bedakan atas (1) media audiktif, (2) media visual, dan (3) media audio visual.
1)        Media Nonproyeksi
Media nonproyeksi terdiri atas model dan bahan grafis
2)        Media yang Diproyeksikan
Media yang termasuk media yang diproyeksikan adalah overhead transparansi (OHT), slide, filmstrips, dan opaque.
3)        Media Audio
Media audio dibedakan menjadi 3, yaitu media audio yang dipakai untuk mendengarkan, media audio vision yang dipakai untuk mendengarkan dan melihat, serta media audio visual yang dipakai untuk mendengar, melihat, dan melakukan.
4)        Media Video
Media video dapat dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan video untuk memanipulasi kondisi waktu dan ruang sehingga peserta didik atau siswa dapat diajak untuk melihat objek yang sangat kecil maupun objek yang sangat besar, objek yang berbahaya, objek lokasinya jauh di belahan bumi lain, maupun objek yang ada di luar angkasa.
5)        Media Berbasis Komputer
Menurut Hannafin dan Peek (1998), potensi media komputer yanf dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran sangat tinggi. Hal ini antara lain dikarenakan terjadi interaksi langsung antara siswa dengan materi pembelajaran.

E.     Peran Media Pembelajaran
  Kemp dkk (1985) menjabarkan peran media di dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a.      Penyajian materi ajar menjadi lebih standar
b.      Penyesuaian media yang terencana dan terstruktur dengan baik membenatu pengajar untuk menyampaikan materi dengan kualitas dan kuantitas yang sama dari satu kelas ke kelas yang lain.
c.      Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
d.      Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif
e.      Materi pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian materi maupun cara penyajiannya yang melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif di dalam kelas.
f.       Media dapat mempersingkat penyajian materi pembelajaran yang kompleks, misalnya dengan bantuan video.
g.      Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.
h.      Penyajian pembelajaran dengan menggunakan media yang mengintegrasikan visualisasi dengan teks atau suara akan mampu mengkomunikasikan materi pembelajaran secara terorganisasi.
i.        Dengan media yang makin lama makin canggih maka kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi dapat dimana saja.
F.     Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
  Sudirman (1991) mengemukakan 3 katagori prinsip pemilihan media pembelajaran sebagai berikut.
b.      Tujuan pemilihan.
c.      Karakteristik media pembelajaran.
d.      Alternatif pilihan.
  Adapun prinsip pemilihan dan penggunaan media, menurut Sudjana (1991) adalah sebagai berikut.
a.         Menentukan jenis media dengan tepat
b.         Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat.
c.         Menyajikan media dengan tepat.
4.      Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
Faktor-faktor yang perlu Anda perhatikan dalam memilih media pembelajaran antara lain sebagai berikut.
a. Objektivitas.
b. Program pembelajaran.
c. Sasaran program.
d. Kualitas teknik.
e. Keefektifan dan efesiensi penggunaan.

G.    Rancangan Media Pembelajaran PKn Sekolah Dasar
            Dalam pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PKn SD, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk media PKn, yaitu :
1)      Membawakan sesuatu atau sejumlah isi pesan harapan
2)      Memuat nilai atau moral kontras
3)      Diambil dari dunia kehidupan nyata
4)      Menarik minat dan perhatian
5)      Terjangkau oleh kemampuan belajar siswa
            Merancang media pembelajaran PKn sangat tergantung dari jenis media yang digunakan. Di bawah ini diulas kembali jenis media yang dapat digunakan/dikembangkan dalam pembelajaran PKn, yaitu:
1)      Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matriks, gambar, data, dan lain-lain.
2)      Hal-hal yang bersifat materiil, seperti model-model, benda contoh.
3)      Gerak, sikap, dan perilaku, seperto simulasi, bermain peran (role playing).
4)      Cerita, kasus yang mengandung dilema moral.
1.      Rancangan Media Audio dalam Pembelajaran PKn SD
   Fungsi skenario media audio adalah sebagai berikut:
a.      Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan suara sekaligus melatih keterampilan mendengarkan maupun menyimak.
b.      Mengembangkan imajinasi siswa terhadap apa yang didengarkannya baik melalui guru maupun tape recorder.
c.      Memantapkan bagian-bagian yang dianggap penting dari materi ajar yang disampaikan.
2.      Langkah-langkah Penyajian Media Audio dalam Pembelajaran PKn SD
Sebelum menyajikan media audio terlebih dahulu menyiapkan alat-alat yang akan digunakan termasuk sarana penunjang seperti aliran listrik atau baterai.
a.    Memberi tugas pada siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi yang akan diaplikasikan pada media audio.
b.    Guru menjelaskan pada siswa materi PKn apa yang dibahas, kemudian siswa diminta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan misalnya alat tulis menulis.
c.    Kemudian audio mulai diperdengarkan, diusahakan agar suara audio dapat didengar semua siswa dengan jelas. Sehingga siswa dapat menyimak materi ajar PKn dengan jelas.
d.    Setelah audio diperdengarkan, guru meminta beberapa siswa untuk mengulang secara garis besar materi yang telah didengarkan.
e.    Guru meminta murid-murid yang lain untuk menanggapi pendapat temannya tadi.
f.     Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
g.    Guru menyimpulkan materi PKn yang telah disampaikan dan menanamkan konsep-nilai-moral-norma yang menjadi pesan pesan pokok bahasa yang telah disampaikan.
3.      Rancangan Media Gambar atau Foto dalam Pembelajaran PKn SD
a.       Fungsi Media Gambar
1)        Mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak
2)        Mendekatkan dengan objek yang sebenarnya
3)        Melatih siswa berpikir konkret
4)        Memperjelas suatu masalah
b.      Langkah-langkah penyajian media gambar atau foto
1)    Menganalisis pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan dituangkan dalam bentuk media dan audio atau foto
2)    Menyiapkan bahan-bahan yang dipergunakan
3)    Menugaskan siswa untuk juga menyiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar
4)    Memeragakan gambar-gambar sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa
5)    Guru meminta para siswa mengomentari gambar yang telah dipegarakan dan siswa yang lain diminta memberikan tanggapan terhadap komentar tersebut.
6)    Guru menjelaskan materi pelajaran melalui media yang telah disiapkan sekaligus juga menanamkan nilai moral dan norma yang menjadi target harapannya
7)    Guru menyimpulkan materi pelajaran sekaligus menindaklanjuti dengan memberikan tugas kepada siswa untuk memperkaya pengusaan materi pelajaran PKn.
4.      Rancangan Media Overhead Projector dalam Pembelajaran PKn SD
a.       Fungsi media overhead projector :
1)        Meningkatkan daya tarik dan motivasi siswa untuk belajar
2)        Mempermudah guru untuk menyiapkan materi pembelajaran
3)        Memperjelas tayangan materi pembelajaran sehingga perhatian siswa terhadap materi yang diberikan guru akan lebih besar
b.      Langkah-langkah penyajian media overhead proyektor :
1.      Analisis TIK pokok bahasan yang akan diajarkan
2.      Analisis materi pelajaran untuk menentukan jenis media yang diperlukan
3.      Analisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran, kecepatan daya serap siswa, serta tingkat perbendaharaan kata yang dipakai
4.      Kembangkan bahan-bahan tersebut ke dalam transparan yang telah disiapkan
5.      Sajikan transparan di kelas dengan diatur fokusnya sebaik mungkin sehingga apa yang tertera dalam transparan dapat dibaca dan dilihat dengan jelas oleh semua siswa
6.      Sesekali diselingi dengan pernyataan, tanggapan, dan pernyataan dari siswa
7.      Guru menyimpulkan materi pembelajaran PKn yang telah disampaikan.




Tes FormaTiF 5
Setelah selesai menyimak rangkuman di atas, kerjakan soal-soal ters formatif dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang paling benar.
 1.  SiswaSD dengan rentang usa 6-12 tahun berada pada tngkat operaskonkrt dan operasformal, dkemukakan oleh ..
A.  R. Hanna
B.  Piaget
C.  Bredekamp
D.  Rchmond
2.  Pembelajaran tematik merupakan aplikasi pendekatan ....
A.    Pembelajaran integrated 
B.    Pembelajaran  connected
C.   Pembelajaran contextual
 D  Pembelajaran fragmented
 3.   Di bawah ini merupakan karakteristik pembelajaran terpadu kecuali...
A.    Holistik
B.    Bermakna
C.   Abstrak
D.   Otentik
 4.   D bawah nyang tidak termasuk pertmbangan rasonal pemaduan menurut  Wolfinger yaitu ...
A.    Pengalaman belajar bersifat interdisipliner;
B.    Pertimbangan efisiensi
C.   Tuntutan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
D.   Pertimbangan banyaknya mata pelajaran di SD
 5.   Dalam pembelajaran tematik, tema merupakan, kecuali..
A.    Pemandu kegiatan pembelajaran
B.    Sentral kajian pembelajaran
C.   Bagian dari kegiatan pembelajaran
D.   Rujukan dalam merumuskan kompetensi dasar
6.   Di bawah ini manakah kegatan yang bukan merupakan kewenangan guru?
A.    Menganalss kompetensdasar
B.    Merumuskan kompetensdasar
C.   Merumuskan Indkator
D.   Membuat jaringan indicator
 7.   Menceritakan tentang fungsi dari setiap ruang” , merupakan rumusan...
A.    Kompetensi dasar
B.    Indkator
C.   Standar kompetensi
D.   Hasil belajar
 8.  Di bawah nyang tidak termasuk peran tema yatu ....
A.    Memusatkan perhatan sswa pada tema
B.    Memudahkan guru merumuskan skenario pembelajaran
C.   Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
D.   Guru dapat menghemat waktu
9.   Tema yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik di SD harus...
A.    Luas dan komprehensf
B.    Mewadahmnat sswa
C.   Memberikan bekal kehidupan selanjutnya
D.   Memperhatkan kepentngan masyarakat
10. Menurut Richmond untuk siswa SD lebih tepat menggunakan pembelajaran   terpadu/ tematIk karena...
A.    Wawasan sswa mash bersfat konkrt
B.    Pengalaman sswa mash bersfat sederhana
C.   Penghayatan  sswa terhadap pengalaman bersfat totaltas
D.   Siswa SD sudah mampu mengadakan pemilihan yang artificial



BAB VI
SUMBER PEMBELAJARAN PKN
Sumber Pembelajaran PKn
Pada kegiatan belajar ini, Anda akan diajak untuk mengenal dan berlatih dalam mengembangkan sumber pembelajaran PKn.  Dalam pembelajaran PKn, sumber materi pembelajaran sangat pentng karena masalah kewarganegaraan merupakan masalah yang dnams dan sangat cepat berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan kehdupan masyarakat, bangsa, dan negara.  Di pihak lain, untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn, guru perlu mengikuti perkembangan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga materi pembelajaran PKn akan selalu aktual, kontekstual, dan sesuai dengan dunia peserta didik di jenjang Madrasah Ibtidaiyah. Oleh karena itu, untuk menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran PKn, guru perlu mengenal, memahami, dan menyeleksi sumber belajar yang tepat
Apakah sumber pembelajaran PKn itu? Salah satu tugas guru yang tdak kalah pentngnya adalah mencar dan menentukan  sumber belajar. Dalam PKn, mencari dan menentukan sumber belajar sangat  penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan perkembangan kehidupan sosial politik yang terjadi saat ini. Oleh karena itu,  sumber belajar ini tidak cukup hanya dari buku teks atau buku paket saja. Dalam pembelajaran PKn, Anda dapat menggunakan sumber belajar yang diperoleh dari media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal; dari media elektronik seperti siaran TV, radio, film; dan manusia (nara sumber) baik tokoh masyarakat dan pakar di bidang tertentu maupun pejabat di suatu instansi/ organisasi.  Pemanfaatan sumber- sumber belajar tersebut akan lebih memperkaya bahan ajar yang diuraikan dalam buku teks atau buku paket, di samping akan meningkatkan gairah belajar siwa. 
A.Kosasih Djahiri (1990) menegaskan bahwa diantara sumber belajar penting dalam  PKn  adalah: a) sumber formal perundangan b) buku paket/acuan resmI c) bahan/publIkasI/nformasI nstansresmd) media massa yaitu TV, surat kabar, majalah e) buku/lteratur kelmuan f) kItab sucI) kehdupan drl, adat, poleksosbudhankam, lingkungan sektar, daerah, nasonal, dan nternasonal. Kekelruan yang serng dlakukan guru dilapangan adalah hanya menggunakan buku teks atau paket yang dijadikan satu-satunya sumber bahan ajar. Padahal realita kehidupan di masyarakat dan berita media cetak dan elektronik merupakan sumber  belajar yang lebh aktual dbandngkan dengan sbuku teks atau paket.  Buku teks atau paket akan mudah ketnggalan perkembangan nformas baru khususnya yang berkenaan dengan nformaspoltk dan ketatanegaraan yang saat nsedang mengalam perubahan yang sangat mendasar. Oleh karena itu, Anda dtuntut untuk aktf dan kreatf mencar nformasbaru yang dperoleh darberbagameda massa baik media cetak maupun elektronk yang relevan dengan pokok bahasan yang akan dsampakan. Misalnya, ketka akan membahas materpokok kedaulatan rakyat dan sstem politik khususnya yang berkatan dengan contoh-contoh penyimpangan ketatanegaraan yang sedang terjadi, Anda dapat mengkaji dari berita surat kabar dan siaran atau diskusi dalam televisi. Demikian pula dalam membahas budaya demokrasi dapat diperkaya dengan mengambil sumber dari kehidupan dari masyarakat .
 Dengan demikian,  sumber belajar tidak cukup hanya dari buku teks atau paket, tetapi harus dlengkai pdengan sumber-sumber lain.  Bahkan Nasuton (1992)  mengemukakan bahwa sumber-sumber belajar bisa diperoleh dari masyarakat dan lingkungan berupa manusa, museum, organsas, dan lain-lain, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio- vsiual, dan sebagainya.
 Sumber Belajar Pada Masyarakat
 Masyarakat dan aktvtas pemerntah merupakan sumber dan meda utama dalam pembelajaran PKn, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat dan perlaku pemerntah sebagamedia belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai orang- orang, lembaga, perstwa, keadaan yang ada d dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan studi, dan  (c) nara sumber. Tempat mana atau kantor mana yang dijadikan sumber tergantung pada tujuan dan kompetensi dasar dalam standar isi. Termasuk sumber belajar yang ada dalam masyarakat adalah kerja lapangan, studi wisata, dan perkemahan.
Masyarakat dan pemerntahan dsektar tempat tnggal sswa merupakan sumber pembelajaran PKn yang tidak pernah kering.  Dalam masyarakat sswa dapat melhat langsung proses sosal yang sedang berlangsung.  Dalam masyarakat setempat perlu dperkenalkan kepada sswa tentang konsep-konsep lan yang berasal dardspln geografi, masalah kehidupan kelompok dari disiplin sosiologi, proses dan mekanisme pemerintahan dari civics/ ilmu politik, aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa dari ekonomi, adat-istiadat setempat dari anthropologi, dan lokasi warisan sejarah yang ada dari disiplin sejarah.  Dari masyarakat itu siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hdup secara harnons sebagabangsa Indonesa.  Dengan demkan masyarakat dan kehdupan pemerntah dapat memberi sumbangan yang penting dalam program pembelajaran PKn.
Ada beberapa cara yang dapat dlakukan oleh guru untuk menggunakan sumber masyarakat setempat bagi program pembelajaran PKn.
1.         Mengundang anggota atau tokoh masyarakat dan aparatur pemerntah setempat ke dalam kelas untuk berbcara dengan sswa-sswa mengenasuatu topk yang berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya).  Anggota atau tokoh masyarakat itu mungkin seorang dokter, pengarang, wartawan, ketua RT/ RW, pedagang, sejarahwan dan sebagainya.  Tentu saja guru lebih dahulu mengkomunikasikan kepada pembicara tentang tujuan undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan menyesuaikan diri dalam menggunakan bahasa yang dapat dmengertoleh sswa .  Umumnya nara sumber yang bersangkutan berbcara tentang pengalaman hdup mereka sehar-haratau tentang masa lalu.
2.         Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh-tokoh masyarakat dan pemerntahan dtempat mereka tnggal atau berada.  Untuk tu sswa-sswa perlu diberi penjelasan lebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka harus menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka ajukan melalui wawancara.

 Nara Sumber
 Nara sumber memberkan kesempatan kepada para sswa memperoleh pengalaman lain yang tidak kalah dari kunjungan studi. Dalam studi lapangan para siswa mengenal lngkungan seutuhnya. Sedangkan dengan nara sumber mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan isi lingkungan. Mereka yang dapat menjadi nara sumber adalah yang mempunyai pengalaman luas atau pejabat khusus yang dapat memberi informasi yang autentik. Tokoh-tokoh masyarakat dapat memberkan nformassesuadengan pengalamannya masng-masng.
Pemilihan nara sumber memerlukan pertmbangan:
·         Nara sumber perlu mempunyasesuatu pesan baganak-anak.
·         Nara sumber  dundang karena pengetahuan khusus yang dmlknya.
·         Nara sumber tidak perlu melawak. Nara sumber diundang untuk mendorong   belajar, bukan untuk memberkan suguhan hburan
·         .Nara sumber adalah orang yang pandai menyampaikan sajian secara jelas. Sajian yang efektf dapat mendorong tumbuhnya perhatan
·         .Nara sumber yang dundang adalah mereka yang mempunyapandangan luas dan terbuka, tdak berat sebelah.
·         Nara sumber adalah mereka yang tertark kepada anak-anak.
Jauh sebelum kelahiran mata pelajaran PKn di Indonesia, Leppert (1963) mengemukakan bahwa program pembelajaran PKn hendaklah memberikan kesempatan kepada sekolah (siswa) untuk menemukan dan menggunakan beragam jenis sumber informasi, seperti membaca buku sumber, menyajikan media audiovisual, dan sumber- sumber yang dperoleh darlngkungan masyarakat.  Sumber-sumber tertuls bak yang berupa fiksi maupun faktual, jika diilustrasikan dengan baik, dapat diperkenalkan untuk membantu sswa memperluas wawasan, mengemukakan konsep baru, dan memperluas dan memperdalam pemahaman mereka.  Sebelum anak-anak menggunakan sumber informasi, seperti buku, majalah, ensiklopedia, dan katalog kartu, mereka perlu mengetahui susunan alpabet agar dapat menemukan lokastempat buku dperpustakaan.
Pada tngkat SD/MI, para sswa hendaknya telah dperkenalkan bagamana mengumpulkan informasi selain dari buku teks, seperti biografi dan autobiografi, buku- buku yang bertema khusus, fiksi, ensiklopedi, kamus dan penggunaanya, referensi tambahan yang menunjang, majalah (current periodicals), peta dan atlas.  Demkan pula, informasi yang ada di masyarakat, bahan-bahan audiovisual, film, bioskop, radio, televisi, catatan haran, VCD, dan sebaganya. 
Dari sejumlah jenis sumber informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber utama nformasmelput: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community), dan (3) sumber-sumber bukan bacaan (nonreading materials).
 Bagamana memperoleh dan menghmpun sumber nformas? Bagamana menggunakan atau memanfaatkan sumber nformas n? merupakan pertanyaan yang akan memandu uraian pembahasan dalam kegiatan belajar di bawah ini.
Pertama, penggunaan bahan bacaan sebaga sumber nformasmelput: buku, perpustakaan, majalah (periodicals), dan publkaspemerntah. Buku merupakan sarana dasar untuk belajar bagaimana menemukan dan mengumpulkan informasi.  Para siswa dapat membaca dan menganalss  buku teks dan buku-buku lannya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan, memeriksa kebenaran informasi, memperoleh pengertian tentang unt stud, membuat plhan dan keputusan yang lebh cerdas, dan memecahkan masalah.   Penggunaan buku sebaga nstrumen dalam memperoleh nformasmemerlukan kemampuan sswa dalam menggunakan daftar s, ndeks, kartu katalog, enskloped, atlas, kamus, almanak, surat kabar, dan rujukan lainnya.  Sejumlah kemampuan ini serng terlupakan oleh sebagan guru bahkan tdak pernah sswa mendapat kesempatan atau dbmbng untuk memperoleh keteramplan n.  Padahal, keteramplan tersebut merupakan dasar (basic skills) baganak ddk untuk membantu mempermudah menggaldan menghmpun nformas.
Bagamana penggunaan sumber nformasdarbahan bacaan buku tersebut?  Berkut ini adalah contoh petunjuk perbandingan pembelajaran penggunaan daftar isi dan daftar indeks.
Pertanyaan
Daftar Isi
Daftar Indeks
1. Dmana? Pada halaman bagan depan atau belakang
1. Pada bagan depan
1. Pada bagan belakang
2. Mengapa? Untuk menunjukkan urutan atau lokasbab
2. Untuk menunjukkan lokasi bab
2. Menunjukkan nama dan topk menurut susunan alpabets
. 3. Kapan ? Dgunakan ketka ngn mencari judul bab atau cerita.
3. Ketika ingin mencari judul bab
3. Untuk temukan kata kuncdartopk
4. Bagamana? Lhat daftar bab dan bergeser ke sebelah kanan, lhat halaman bab
4. Lhat daftar bab
4. Catat halaman dmana topk tu berada.

Apabla para sswa telah mahr dalam menggunakan buku sebagasumber bacaan, maka Anda dapat memperkenalkan atau mencoba melath para sswa memanfaatkan perpustakaan dimana terdapat berbagai jenis ragam buku.  Perpustakaan merupakan sumber yang sangat diperlukan oleh guru PKn maupun guru mata pelajaran lainnya untuk memberkesempatan kepada sswa dalam mengembangkan keteramplan menghmpun nformas.  Oleh karena tu, guru PKn dan petugas perpustakaan (librarian) perlu bekerja sama dalam membuat kesepakatan untuk keperluan proses belajar mengajar, khususnya dalam menggunakan katalog dan bahan rujukan lain guna mendapatkan bahan-bahan nformas, aturan penggunaan perpustakaan, dan sebaganya.
 Di dalam perpustakaan, kta dapat mendapat nformasbukan hanya darbuku- buku teks, melainkan dari beragam jenis majalah dan surat kabar (periodicals).  Karena kompetensi kewarganegaraan merupakan tujuan utama pembelajaran PKn, maka majalah dan surat kabar yang berkatan dengan su-su dan masalah-masalah kewarganegaraan merupakan sumber nformasyang pentng.  Setap sswa sekolah menengah hendaknya tdak hanya mengetahubagamana mencar kolom klan melankan harus tahu pula bagaimana menemukan kolom artikel yang ada hubungannya dengan pekerjaan kelas PKn.  Banyak majalah mingguan dan bulanan, tabloid, surat kabar, buletin yang memuat su-su aktual, sepertTempo, Gatra, Populer, Merdeka, Kompas, Republka, Pkran Rakyat, Meda Indonesa.   
Sebagai latihan, coba Anda kelompokkan jenis sumber informasi periodik tersebut menurut jenis majalah, tabloid, surat kabar, buletin.  Anda dapat memasukkan jenis lainnya sebanyak yang Anda ketahui.

Publkasi pemerintah dapat pula dgunakan sebaga sumber nformasdar bahan bacaan.  Dalam hal n, guru PKn hendaknya memberkan bahan-bahan plhan darbadan-badan pemerntahan daerah dan pemerntah pusat untuk para sswa dMadrasah Ibtidaiyah.  Sumber informasi dari badan pemerintah ini dapat berupa  buletin, liflet, pamplet, peta, dsb.   Perolehan sumber melalui surat menyurat dan kunjungan langsung oleh sswa dan guru ke berbagabadan pemerntahan dan departemen merupakan cara yang efektf untuk mendaaptkan publkasnegara dan pemerntah.
 Demkanlah beberapa bahan bacaan sebaga sumber nformasyang berguna untuk pengamblan keputusan dan menngkatkan kompetenskewarganegaraan.  Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap berbagai jenis sumber informasi bacaan tersebut, kerjakan latihan berikut ini.
Pada setiap kolom kosong yang sejajar dengan setiap pernyataan Kolom A, tulislah nomor kata atau konsep pada Kolom B yang menurut anda paling cocok!

Pilihan Ceklis
Kolom A
Kolom B

__________

 __________

__________

__________

__________

__________

__________

__________

 __________


Pada bagan muka buku dan memberkan pengarang
judul, dan penerbit buku
Daftar bab buku.
Sebuah buku map.
Membantu anda menemukan buku pada rak.
Dtemukan pada bagan belakang buku
Disusun pada rak secara alpabets dengan nama orang tentang oleh sapa buku ditulis
Memberkan nama orang yang tersusun secara alpabets.
Memberkan makna kata-kata.
Daftar judul buku secara alpabetis.
Daftar semua buku di perpustakaan
1. Katalog kartu
 2. Buku petunjuk telepon
 3. Biografi
 4. Indeks
5. Kamus
 6. Nomor buku
7. Atlas
 8. Halaman judul buku
 9. Daftar isi
10. Punggung buku






Kedua, masyarakat sebaga salah satu sumber nformasmencakup:  file sumber masyarakat, hasil wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan, dan laporan survey masyarakat.   Masyarakat dkawasan tertentu merupakan laboratorum berharga yang memberkan pengalaman kepada sswa dalam mendapatkan nformastentang lembaga-lembaga sosal, poltk, dan ekonom.  Selan tu, sumber nformas masyarakat nmemberkan makna bagkehdupan kelompok dan kontrbuspentng untuk mengidentifikasi dan memahami kesamaan dan perbedaan  dalam budaya.  
Pemanfaatan masyarakat secara efisien dan efektif sebagai laboratorium proses belajar mengajar dalam memperoleh informasi berkaitan dengan unit kajian dalam PKn.  File  sumber masyarakat menjadi instrumen baik bagi guru maupun siswa.   Di lingkungan sekolah yang belum mengembangkan file sumber masyarakat, guru PKn perlu mempunyafile sendrdan melbatkan sswa dalam kegatan.  Pengelompokan dan pengorgansasan sumber dari masyarakat meliputi: bisnis, komunikasi, budaya, pemerintahan, sejarah, perndustran, transportas, rekreasi dan permanan.   Sedangkan lembaga dan nstansyang dapat dijadikan sumber informasi di masyarakat meliputi: Pusat Kota, Balai Kota, Rumah Sakt, Departemen Kesehatan Umum, Perdesaan, Ibu Kota Negara, Kantor Pos, Pengadlan, Bro Cuaca, Perumahan, Kehutanan, dsb.
Selain perolehan informasi melalui sumber di atas, para siswa dapat dibelajarkan pula melalupelathan mewawancaranarasumber dan haslnya dlaporkan kepada seluruh kelas.  Atau guru dan sswa secara bersama mendatangkan narasumber ke kelas untuk mendiskusikan suatu tema, menunjukkan keahlian atau menunjukkan bahan-bahan PKn yang tdak pernah dperoleh dsekolah.  Namun, apabla narasumber tu tdak dapat hadr dkelas maka beberapa sswa dapat mewawancaranya dan mencatatnya bahkan dapat dbantu dengan alat rekaman.
 Catatan ini dapat dgunakan sebagalaporan dkelas untuk memberkan rasa kontak langsung dengan orang yang dwawancaranya. Catatan perjalanan terhadap tempat-tempat yang dikunjungi dan bentuk perjalanan yang akan drencanakan tergantung pada tngkat perkembangan dan kecakapan sswa serta topik yang dikaji.  Untuk siswa jenjang SD/MI, lokasi yang dapat dikunjungi dapat melputkantor pos, perkebunan, staton pemadam kebakaran, pusat-pusat kesehatan masyarakat, bank, dan kantor-kantor pemerintahan daerah.  Keberhasilan perjalanan lapangan dalam rangka proses  pembelajaran untuk menghimpun informasi tergantung pada keluasan rencana yang dbuat oleh guru dan sswa.  Keteramplan-keteramplan yang perlu dipersiapkan antara lan merumuskan daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, menentukan hal-hal yang perlu dicatat, kesepakatan kerjasama antara pihak sekolah dan sumber informasi, dan pelaksanaan diskusi tindak lanjut dan evaluasi.
Survey masyarakat, seperti terhadap nara sumber atau perjalanan lapangan, merupakan cara keterampilan pembelajaran dalam memperoleh dan pemanfaatan nformasdlaboratorum sekolah, dan masyarakat dperdesaan maupun dperkotaan. Karena wawancara dan daftar pertanyaan merupakan aspek pentng dalam tahap persapan atau pelaksanaan survey, maka guru perlu merencanakan pengalaman yang memudahkan dan menngkatkan pemahaman sswa.  Keberhaslan survey masyarakat untuk mengembangkan keteramplan dalam mendapatkan dan memanfaatkan sumber nformastergantung pada keluasan rencana yang dbuat oleh sswa.  Model pertanyaan yang dapat drumuskan untuk survey masyarakat antara lan:
-          Apakah tujuan survey?
-          Sumber nformasapakah yang kita perlukan?
-          Pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan untuk mencapai tujuan survey? - Apakah pertanyaan tersebut akan menghaslkan data yang bermanfaat?
-          Jenis nformasapakah yang harus dperoleh darsurvey masyarakat?
Survey masyarakat hendaknya memberkan kontrbusdalam pengembangan keteramplan, sepert: (1) membedakan antara data yang relevan dengan data yang tdak relevan; (2) merumuskan generalsasberdasarkan data yang cukup dan vald; dan (3) melaporkan temuan-temuan secara akurat dan obyektf.
Ketiga, bahan-bahan bukan bacaan namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi.  Bahan-bahan nmelput: (1) gambar bergerak, filmstrips, dan slides; (2) peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, rado, dan televs.
 Tergantung pada isi pesan, gambar bergerak seperti kartun, filmstrip, slides dapat dgunakan secara selektf untuk memperkenalkan, mengembangkan, atau merangkum suatu unit kajian.  Dalam proses perencanaan, guru hendaknya mempersiapkan pertanyaan untuk memandu sswa pada saat mereka menggunakan sumber tersebut.  Msalnya, sswa dapat diperkenalkan dengan film dokumenter tentang aksi unjuk rasa atau demonstrasi mahasswa dan masyarakat yang menuntut agar RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) tidak disahkan oleh DPR.  Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan, antara lain: Apa masalah yang dperselshkan oleh mahasswa dan phak pemerntah/DPR tentang RUU tersebut?  Mengapa mereka bersikeras agar RUU tersebut dibatalkan?  Apa tujuan dari RUU dan tujuan mahasiswa melakukan unjuk rasa?
Peta, grafik, dan poster merupakan bahan-bahan sumber informasi yang menunjukkan hubungan antara fakta dan ide serta perbandingannya tentang data orang, uang, atau jarak tempat, dalam bentuk vsual sehngga sumber nformasakan bermakna bagsswa.  Gars waktu dapat membantu sswa memahamurutan perstwa dan dapat mempermudah pengembangan perspektif sejarah.  Peta dapat menunjukkan cara dari sejumlah peristiwa dapat memberkontrbusterhadap perstwa yang lebh luas.  Msalnya, berapa besar mpor darnegara-negara lan berkontrbusterhadap pengadaan pangan dnegara kita.
Rekaman, radio dan televssebaga sumber nformasberupa suara memberkan dimensi baru dalam bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya nformasbagsswa.  Ketka meda ndgunakan secara tepat, sswa dapat mempunyaakses untuk melakukan dskus tentang su-su terkn, demkan pula peristiwa-peristiwa sejarah terkenal.  Wawancara dengan pejabat pemerintah yang drekam dengan tape recorder sepertdengan walkota, bupat, gubernur, wakl dewan, pimpinan perusahaan dapat memberikan informasi tentang fungsi, tugas, dan kewajiban pejabat-pejabat tersebut serta masalah-masalah yang dihadapinya di masyarakat.
Rangkuman
 Salah satu tugas guru yang tdak kalah pentngnya adalah mencardan menentukan  sumber belajar. Dalam PKn, mencari dan menentukan sumber belajar sangat  penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan perkembangan kehidupan sosial politik yang terjadi saat ini.
Masyarakat dan aktvtas aparatur pemerntah merupakan sumber dan meda utama dalam pembelajaran PKn, karena pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan berorentaspada masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat dan perlaku pemerntah sebagai media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai mengenai orang-orang, lembaga, perstwa, keadaan yang ada ddalam masyarakat. Dalam pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b) kunjungan studi, dan (c) nara sumber.
 Sebagaimana program pembelajaran pada umumnya, pembelajaran PKn hendaklah memberkan kesempatan kepada sswa untuk menemukan, memlh, dan menggunakan beragam jenis sumber belajar untuk pembelajaran PKn. Dari sejumlah jenis sumber informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber utama informasi meliputi: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community), (3) sumber- sumber bukan bacaan (nonreading materials).  Setap sumber nformas nmempunyakarakterstk tertentu yang salng mendukung kompetenskewarganegaraan dan akurashasl pengamblan keputusan. Bahan bacaan sebaga sumber nformasmelput: buku, perpustakaan, majalah (periodicals), dan publkaspemerntah. Masyarakat sebaga salah satu sumber nformasmencakup:  file sumber masyarakat, hasl wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan, dan laporan survey masyarakat. Bahan- bahan bukan bacaan namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi meliputi: (1) gambar bergerak, filmstrips, dan slides; (2) peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, radio, dan televs.
Tes FormaTiF 6:
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat.
1.  Sumber belajar yang diperoleh dari media cetak meliputi... kecuali:
A.        buku
B.        majalah
C.        surat kabar
D.        artikel internet
 2.  Berkut n adalah sumber nformasyang berasal dar bahan bacaan kecual:
A.    film
B.    ensklopedi
C.   Majalah
D.   kamus
 3.  Keteramplan menghmpun nformas dengan cara menggunakan  ndeks dlakukan terhadap sumber:
A.    majalah
B.    peta
C.   catatan harian
D.   buku teks
 4.  Untuk mengetahuhalaman bab tertentu, kta dapat melhat:
A.    katalog
B.    daftar isi
C.   indeks
D.   daftar table
 5.  Membaca dan menganalisis buku teks bertujuan untuk.... kecuali:
A.    mencari jawaban atas pertanyaan
B.    memeriksa kebenaran informasi
C.   membuat keputusan yang cerdas
D.   mencari masalah baru
6.  Untuk mencari suatu definisi istilah dari sebuah buku, kita dapat menemukan dengan cepat apabla melhat:
A.    daftar isi
B.    indeks
C.   daftar pustaka
D.   bab demi bab
 7.  Informasi dapat diperoleh dari masyarakat melalui.... kecuali:
A.    survey
B.    wawancara
C.   perjalanan lapangan
D.   mengkaji daftar isi
8. Sumber belajar/informasi dari masyarakat untuk bahan pengambilan keputusan yang berkatan dengan masalah rendahnya produktivitas barang dapat dperoleh darorgansasi:
A.    kebudayaan
B.    transportasi
C.   perindustrian
D.   sejarah
9.  Penggunaan hasil menghimpun nformasi oleh siswa dari masyarakat adalah:
A.    untuk laporan kelas
B.    langsung dpublkaskan kepada umum
C.   untuk memperbaiki ekonomi
D.   untuk laporan kepada kepala sekolah
10. Survey masyarakat yang baik hendaknya memuat hal-hal berikut... kecual:
A.    membedakan antara fakta yang relevan dengan yang tidak
B.    merumuskan generalsasi 
C.   melaporkan data secara akurat
D.   mendapat imbalan materi

BAB VII
DESAIN PEMBELAJARAN PKn
Pengertian
Menurut Eraut (1991:315) istilah disain pembelajaran atau ‘instructional design’ biasanya merujuk pada disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang dapat melbatkan guru atau tdak perlu melbatkan guru yang akan melaksanakan pembelajaran tersebut.  Memang, sejumlah ahli mengatakan bahwa disain pembelajaran dibuat oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran namun bukanlah suatu keharusan disain pembelajaran dibuat hanya oleh guru yang bersangkutan.  Artinya, bahwa pengembangan disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar pembelajaran yang dharapkan akan membantu/mempermudah para guru dalam mengembangkan dan melaksanakan proses pembelajaran. Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal dalam proses mengembangkan kurikulum pembelajaran.  Untuk memudahkan memahami uraian tentang pengembangan disain pembelajaran PKn di bawah ini, Anda diharapkan telah mengenal secara umum tentang disiplin lmu-lmu sosial dan teori-teori,pendidikan.
 Dengan memiliki pengetahuan awal tersebut Anda akan sangat terbantu untuk memaham, mengkaji dan menganalis situasi dan disiplin ilmu-ilmu sosial yang sangat berpengaruh terhadap proses penyusunan desain pembelajaran khususnya dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam pembahasan berikut ini, Anda akan diajak menganalisis situasi apa saja baik eksternal maupun internal dan disiplin ilmu apa saja yang banyak kontribusinya terhadap proses penyusunan desain pembelajaran PKn. Sehingga dengan mempelajari mater dalam bab ini anda diharapkan memilki kemampuan sebagai berikut: (1) dapat menganalsis faktor eksternal dan nternal yang perlu dpertmbangkan dalam proses penyusunan desain pembelajaran; dan (2) dapat menganalisis disiplin ilmu pendukung yang banyak berpengaruh dalam penyusunan desain pembelajaran. Analisis Situasi Eksternal dan Internal Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa untuk mempelajari bab nAnda dharapkan telah mengenal bagamana paradgma PKn dan pengembangan materPKn yang merupakan perpaduan darberbagadspln lmu atau dsebut interdisipliner dan multidomensional serta apa tujuan dan fungsinya.
 Pada kegiatan belajar berikut ini, akan dibahas faktor-faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang harus diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Apabila diklasifikasikan (secara sederhana), faktor-faktor tersebut dibagi atau dibedakan atas faktor eksternal dan faktor internal.  Pembahasan dalam kegiatan belajar ini akan diawali dengan menjelaskan beberapa pertimbangan mengapa kta perlu melakukan analss stuassebelum menyusun desan pembelajaran. Apa dan mengapa analisis situasi? Analss stuasbasanya dlakukan sebelum proses pengembangan kurkulum. Artnya, selama proses mengembangkan kurkulum, guru dtuntut agar menyadardan mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau berubah di sekitarnya.  Laure Brady (1990) menegaskan bahwa analss stuasi diperlukan untuk menentukan efektifitas penerapan kurikulum yang baru.
 Guru seyogianya dapat  menangkap berbagai isu yang berkembang di masyarakat untuk dijadikan sebagai pengalaman belajar siswa.  Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar, meliputi faktor-faktor seperti: latar belakang pengalaman siswa, sikap dan kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar dan hambatan-hambatan eksternal. Dengan demikian, pengembangan kurkulum diawali dengan melakukan kajian situasi sekolah.  Karena setiap sekolah memiliki karakteristik yang berbeda maka analss stuaspada satu sekolah tdak dapat dtransfer kepada sekolah lan. Analss stuasbasanya dlakukan oleh guru pada saat guru merumuskan dan menetapkan tujuan pengajaran.  Cara yang dilakukan antara lain melalui diagnosis kelemahan-kelemahan sswa maupun prestasyang telah dcapanya, apakah kebutuhan sswa pada saat knmaupun pada masa depan, hal-hal apakah yang dapat membantu sswa untuk memecahkan masalah dalam kehdupannya, mengapa banyak orang (mahasswa) melakukan demostrasi di depan Gedung DPR RI,  Gedung Kejaksaan RI,  Gedung Kedutaan,  dan sebaganya. 
Peristiwa-peristiwa sepert inilah yang dapat dangkat, danalss dan dimasukkan oleh guru menjadi bahan perencanaan program pembelajaran PKn. Sockett (1976) memberkan saran-saran dengan menekankan pentingnya analisis stuasdalam pengembangan kurkulum, sbb.: 1) Guru seyogianya melakukan suatu transaksdengan sswa tentang apa yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar. 2) Guru hendaknya secara terus-menerus mengevaluasdan mempertahankan suasana belajar di kelas. 3) Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata dan kemungkinan perubahan stuastersebut. Dari saran-saran yang dikemukakan oleh Sockett di atas, jelaslah bahwa guru  dituntut untuk selalu menyesuaikan program pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi (berlangsung) disekitar sswa atau kehidupan sekolah. Situasi apakah yang harus selalu diperhatikan oleh guru selama mendesain pembelajaran? Skllbeck (1984) membagfaktor yang dapat menggambarkan stuassebagabahan analss guru atas dua bagan, alah faktor eksternal (external factors) dan faktor nternal (internal factors). 
Perhatikanlah faktor-faktor eksternal dan nternal menurut Skllbeck berkut ini: Faktor-faktor eksternal meliputi: 1) Perubahan sosal-budaya dan harapan masyarakat 2) Tuntutan dan tantangan sstem penddkan 3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan 4) Kontrbusdarsstem dukungan guru 5) Sumber masukan bagi sekolah Faktor-faktor nternal, melput: 1) Sswa melput aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya 2) Guru meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kelemahan khusus serta perannya 3) Etos kerja sekolah dan struktur politik 4) Sumber-sumber bahan pembelajaran 5) Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang drasakan dalam kurkulum yang berlaku. Namun perlu Anda ingat bahwa dua faktor bahan analss stuasdatas memlkkatan yang tdak dapat dpsahkan satu sama lain dalam kehdupan.  Dua faktor nsaling mengisi, saling berpengaruh dan saling menentukan kieberhasilan guru mengajar dan siswa belajar.  Dengan kata lain, tugas guru yang cukup strategis bagi keberhasilan mengelola proses belajar mengajar akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mempertmbangkan, meramu, mengemas, merancang atau mendesan faktor-faktor d atas dalam suatu model program pembelajaran. Agar Anda dapat memahami lebih jauh lagi masing-masing lima faktor (eksternal dan nternal) tersebut marlah sekarang kta membahasnya satu persatu. Pembahasan pertama akan dmuladengan faktor-faktor eksternal.
Faktor eksternal pertama: Perubahan sosal-budaya dan harapan masyarakat, seperti harapan orang tua siswa, tuntutan dunia kerja, anggapan dan nilai masyarakat, perubahan hubungan antara orang tua dan anak. Faktor sosal-budaya dan harapan masyarakat sebagai lingkungan belajar siswa dan sekitar sekolah sangatlah penting untuk dperhatkan oleh guru sebagapengembang kurkulum (curriculum developer).  Laurie Brady (1990) menyatakan ‘Apabila sekolah ingin berfungsi sebagai cermin masyarakat maka sekolah-sekolah harus memperhatkan perubahan sosal-budaya pada saat menyusun kurkulum.  Perubahan dbdang sosal budaya nmelputperubahan penduduk, perubahan fungskeluarga, perubahan fungs/peran wanta (msalnya emanspas), perubahan dalam struktur ekonom, perubahan teknolog dan nformas, dan sebaganya.  Apabla kta perhatkan, msalnya dalam aspek teknolog nformas setelah merebaknya penggunaan saluran nternet, darharke harbahkan dardetk ke detik kita dapat menyaksikan betapa cepatnya perubahan yang terjadi dalam segala aspek kehdupan. Semua aspek dan mplkas-mplkasnya nperlu dpredksoleh guru sehingga menjadi bahan dalam proses pengembangan kurikulum.
 Salah satu faktor sosal budaya yang sedang melanda bangsa Indonesa sebagaakbat darkrss moneter adalah banyaknya anak yang terpaksa keluar mennggalkan sekolah (drop out) karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Apabila kejadian ini tdak segera ditanggulangmaka dkhawatrkan bangsa Indonesa akan mengalamsuatu generasyang hlang (lost generation).  Hal nmerupakan contoh predksi yang dapat diangkat oleh guru sebagai hasil analss faktor eksternal dari aspek sosal budaya yang cukup realsts dan aktual. Beberapa contoh lan yang berkatan dengan aspek sosal budaya, antara lan: Harapan orang tua meliputi pandangan orang tua tentang pendidikan sex, pekerjaan rumah, disiplin siswa di sekolah;  Harapan dunia kerja, antara lain standar kompetensi lulusan, pengalaman kerja, sikap dan sebagainya.
Sebagai latihan, coba Anda berikan contoh lain tentang faktor eksternal dari aspek sosial budaya ini yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru selama merancang model pembelajaran! Faktor eksternal kedua : Tuntutan sistem penddkan.  Guru sebagai pengembang kurkulum perlu menyesuaikan apa yang dlakukan dkelas dengan sstem pendidikan yang berlaku. Misalnya, kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan pada masa Mendiknas Wardiman Djojonegoro menitikberatkan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kebijakan link and match.  Ada empat  topik kebijakan yang ditempuh, yakni relevansi, pemerataan, efisiensi dan efektifitas.  Keempat hal ini hendaknya dijadikan sebagai rambu-rambu oleh  guru dalam mendesain pembelajaran baik dalam menyusun program (materi pelajaran) maupun dalam menentukan desain pembelajaran seperti aspek metode, media, sumber dan evaluasi. Sistem pendidikan lainnya yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru antara lain: sistem ujian sekolah, ujian nasional, fungsi sekolah dalam proses pengambilan keputusan, tngkat otonomsekolah, dan keterlbatan masyarakat d sekolah.
Coba Anda kemukakan sistem pendidikan lain yang dapat dijadikan bahan analisis oleh guru, khususnya dalam pelaksanaan otonomi sekolah, misalnya penerapan KTSP?  Faktor eksternal ketiga: Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan. Kurikulum yang bak adalah kurkulum yang sesua dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kebutuhan dan tuntutan masyarakat (sosial-budaya) selalu mengalami perubahan. Perubahan dalam mata pelajaran yang  akan diajarkan merupakan refleksi dari perubahan sosial-budaya.  Dengan demikian, perubahan mata pelajaran merupakan proses penyesuaian yang dilakukan oleh guru dalam menjawab tuntutan masyarakat. Ada beberapa kecenderungan yang dapat diklasifikasikan sebagai perubahan dalam mata pelajaran sebagai upaya inovasi dalam sistem pembelajaran dalam IPS dan PKn.  Misalnya, pada menjelang pemberlakuan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran IPS dan PKn pernah digabung menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosal (PKPS) atau ada upaya atau gagasan melakukan integrasi sejumlah materi pelajaran yang dikenal dengan pendekatan tematik (thematical approach) atau terpadu (integrated approach).  Sedangkan, metode yang dkembangkan lebh menekankan pada keteramplan proses sepert yang dkemukakan oleh Evans dan Poole (1985) dengan istilah ‘learning how to learn’ melalu nkur, pemecahan masalah dan pengamblan keputusan.  Upaya novasmelalupembaharuan pendekatan/metode mengajar ini dianggap tepat dalam suasana fungsi sekolah dalam menghadapi perubahan masyarakat duna yang begtu cepat. Faktor eksternal keempat: Kontrbusdarsstem dukungan guru. Hakekat darsstem dukungan guru mungkn beragam tergantung pada kedekatannya. 
Setiap sekolah memlkakses terhadap bentuk-bentuk dukungan untuk penngkatan profesonalsme guru apakah berupa sekolah tngg, unverstas, konsultan kurkulum, dan pusat penataran guru. Dukungan yang dimaksud mencakup sumber-sumber belajar yang dapat mendukung terhadap proses belajar mengajar sehingga perlu dipertimbangkan sebagai bahan analisis pada tahap penyusunan desain pembelajaran.  Bahan belajar yang sekaligus menjadi sumber belajar terdiri atas: bahan audio-visual (misalnya pesawat televisi), buku-buku profesonal, peragaan dan alat peraga.  Guru hendaknya mengupayakan ketersedaan dukungan nmsalnya melalukepala sekolah. Faktor eksternal kelima: Sumber masukan bagsekolah. Sebagamana dnyatakan oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sstem Penddkan Nasonal, bahwa “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
 Di Indonesia, nampaknya tanggung jawab sekolah masih lebih besar dbebankan kepada phak pemerntah dan orang tua sswa.  Peran masyarakat khususnya yang ada dlngkungan sekolah belumlah dapat dmanfaatkan secara optmal.  Sehingga nampak ada jurang pemisah antara lembaga persekolahan dengan masyarakat.  Umumnya, masyarakat belum merasakan bahwa lembaga sekolah yang ada dwlayahnya adalah juga tanggung jawabnya. Idealnya tentu saja harus ada kesadaran dari semua pihak bahwa maju mundurnya sekolah atau baik tidaknya sekolah akan sangat tergantung kepada tga phak d atas. Demikianlah beberapa pokok penjelasan/pembahasan tentang faktor-faktor eksternal sebagai bahan analisis dalam penyusunan desain pembelajaran. Selanjutnya marilah kita perhatikan beberapa penjelasan faktor internal sebagai bahan analisis situasi.
Faktor internal pertama: Sswa.  Hal-hal yang berkatan dengan sswa melputbakat, kecakapan dan kebutuhan akan penddkan sswa. Darsemua faktor, bak eksternal maupun nternal, yang pertama kalperlu mendapat perhatan darpara perencana kurkulum adalah sswa.  Sfat, karakter dan pembawaan sswa dsekolah berbeda satu sama lan sehngga analss stuasseyoganya mempertmbangkan pula perbedaan ndvdu sswa dan mengupayakan agar mengenal pola persamaannya.  Perbedaan yang dapat diidentifikasi dari siswa yang berada di sekolah misalnya adalah perbedaan kepribadian walaupun secara fisik dan usia mungkin sama. 
Untuk mengenal perbedaan siswa, guru sebagai perencana pembelajaran dapat mendapat informasi dengan cara menanyakan kepada guru-guru darsswa sebelumnya atau kepada lngkungan dmana sswa tu berada dan dbesarkan. Pemahaman guru terhadap siswanya dalam upaya mendesain pembelajaran PKn sangat penting.  Hal ini bahkan sejalan dengan ciri guru profesional yang pertama, ialah guru harus mengenal peserta ddk secara mendalam.  Mengapa guru perlu mengenal siswanya secara mendalam?  Ya, karena pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang meliputi multidomain. 
Guru perlu membelajarkan aspek kognitif, afektif, dan keterampilan/perilaku.  Pembelajaran untuk tiga domain tersebut akan sulit tercapai apabla guru tdak mengenal sswanya secara mendalam.  Demkan pula upaya untuk menghidupkan suasana kelas, agar pembelajaran lebih menarik dna menyenangkan, maka guru perlu mengenal sswanya dengan bak. Aspek apa saja yang perlu dikenali oleh guru? Aspek-aspek tentang sswa sebagabahan analss faktor nternal dapat dgolongkan berdasarkan: 1) Karakteristik sekolah, jenjang dan kelasnya, misalnya berapa banyak jumlah siswa dalam satu kelas?, berapa usanya, bagamana persebaran pada tap kelas?, apakah latar belakang etns sswa? 2)  Kemajuan/prestasi belajarnya di sekolah 3) Perkembangan fisik, seperti keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan kesehatan 4) Perkembangan emosonal dan sosal, msalnya bagamana hubungan antar sesama sswa, antara sswa dengan guru dan dengan orang tua? 5) Perkembangan intelektual, misalnya kesiapan belajar, kecakapan, tingkat perkembangan kogntf, bakat khusus, dan pengalaman. 6) Karakterstk personal, msalnya keprbadan, karakter, perkembangan moral, nladan skap, motvas, aspras, rasa percaya dr, kecenderungan skap ant-sosal dan pro-sosal serta perbedaan prlaku.
Aspek-aspek nlah yang perlu mendapat perhatan/ pertmbangan guru dalam merancang/mengembangkan pembelajaran dari faktor internal khususnya yang berkaitan dengan faktor sswa.   Faktor internal kedua: Guru. Karena fungsguru adalah sebagaperencana (designer) dan pelaksana (implementer) kurikulum, maka dalam proses mendesain pembelajaran ini perlu pula memperhatikan indikator kemampuan guru apa saja yang dapat mempengaruhi proses pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran.  Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sangatlah menentukan keberhasilan belajar siswa.
 Dengan demikian, dalam proses pengembangan desain pembelajaran pun guru perlu mempertimbangkan kemampuan diri guru khususnya kelak pada saat melaksanakan desain pembelajaran di kelas.  Model desain pembelajaran yang layak adalah model yang telah disesuaikan dengan kebutuhan sswa tanpa melupakan akan kemampuan guru untuk mengmplementaskannya dkelas. Laure Brady (1990) mengemukakan beberapa karakterstk kemampuan guru yang harus mendapat perhatian pada saat menyusun desain pembelajaran. 1)  Kekuatan dan kelemahan yang ada pada drguru.  Dalam penggunaan metode mengajar, misalnya, ada guru yang mahir menggunakan metode diskusi namun kurang mahir dalam berceramah.  Kemahran dan kekurangan nhendaknya dsadarpada saat mendesain pembelajaran sehingga guru perlu mengurangi penggunaan metode ceramah. 2)  Ketertarkan guru.  Kekuatan kecakapan guru akan bervarassesuadengan hobdan ketertarkannya pada suatu obyek. 3)  Harapan guru. Guru memlkharapan yang berbeda dari siswa yang berbeda.  Harapan guru terhadap siswa yang pandaakan lebh besar darpada harapannya terhadap sswa yang kurang panda. 4)  Sikap guru terhadap pengembangan dan inovasi pembelajaran.  Tdak semua guru memiliki sikap inovatif terhadap upaya peningkatan mutu pembelajaran atau penddkan.  Hal nakan mempengaruhterhadap kualtas hasl maupun proses penyusunan desain pembelajaran. 5)  Gaya mengajar.  Sikap ingin maju dari guru akan mempengaruhi pemilihan pengalaman belajar dalam proses perencanaan pembelajaran. 
Ada guru yang lebih memusatkan perhatiannya pada gaya mengajar demokaratis namun ada yang lebih tertarik dengan gaya mengajar otoriter dan laissez faire. 6)  Evaluasdrguru sendr.  Banyak guru profesonal yang selalu mengevaluaskemampuannya bak oleh diri sendiri maupun  oleh orang lan, msalnya oleh sswa.  Kebiasaan guru menilai kualitas mengajar, mengakui kelemahan/ kesalahannya dan mengembangkan strategi untuk mengatasi kesalahan-kesalahan ini merupakan kemampuan guru yang patut dihargai dari sudut profes keguruan. 7)  Peran guru.  Peran guru dalam kegatan pengembangan kurikulum seperti melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perlu mendapat pertimbangan dalam proses penyusunan desain pembelajaran.
 Dalam forum MGMP, idealnya guru akan mendapat banyak pengalaman sebagabahan untuk analss stuasdar faktor nternal. Demkanlah beberapa aspek nternal yang berkatan dengan guru. Karena guru lah yang berperan atau pelaksana pembelajaran maka semua aspek di atas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil desain pembelajaran. Faktor internal ketiga: Ethos sekolah.  Istilah ‘ethos’ serng dgunakan untuk menggam barkan iklim, atmosfir, sifat sekolah sebagai suatu organisasi. Bagaimana persepsorang atau masyarakat terhadap sekolah, bagamana perasaan seseorang yang mengunjungi sekolah, apakah suasana lingkungan sekolah tersebut cukup bersahabat atau menunjukkan sikap tidak bersahabat (hostile).  Perasaan-perasaan nhanya dapat diungkapkan oleh setiap orang yang pernah berkunjung ke sekolah tersebut.  Ethos sekolah akan banyak mempengaruhi guru dalam proses penyusunan desain pembelajaran.  Apakah iklim atau atmosfir organisasi sekolah cukup kondusif bagi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pengembang kurikulum.
Dari sejumlah faktor iklim organisasi sekolah yang menentukan kualitas desain pembelajaran buatan guru antara lain: Apakah kepala sekolah banyak terlibat dalam kegiatan guru pada waktu penyusunan desain pembelajaran? Adakah kerjasama dan kedekatan antar guru dalam melakukan tugas-tugas guru sehar-har? Indkator-ndkator nlah yang sedkt banyak akan mempengaruhdan perlu mendapat perhatan darguru dalam menyusun desain pembelajaran.  Oleh karena itu, guru sebagai perencana perlu melakukan evaluas terhadap klm organsassekolah sebagasalah satu aspek analss stuas.Namun demikian, ada peluang terjadinya dilema bagi guru apabila iklim organisasi sekolah tersebut tidak kondusif bagi guru dalam mengembangkan desain pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, Miles (1975) menyarankan sejumlah pendekatan dalam menciptakan iklim organisasi yang sehat antara lain dengan cara mengkaji diri (self- study) dan menekankan salng hubungan dalam suasana kelompok darpada suasana ndvdual yang tersolr.  Dengan cara/pendekatan nmaka dharapkan ethos sekolah yang dipertimbangkan selama proses penyusunan desain pembelajaran akan memberikan masukan postf terhadap penngkatan kualtas analss stuas. Faktor internal keempat: Sumber-sumber bahan pembelajaran.  Pekerjaan guru dalam penyusunan desain pembelajaran perlu juga mempertimbangkan bahan-bahan pelajaran, peralatan peralatan dan semua fasilitas yang ada di sekolah. 
Kelangkaan sumber-sumber belajar ini sering menjadi penghambat dalam proses penyusunan desain pembelajaran namun sebaliknya kelengkapan sumber pelajaran akan lebih mempermudah bagi guru dalam mendesain pembelajaran. Misalnya, ketika guru akan mengajar tentang karakteristik sejumlah wilayah yang ada di Indonesia, seperti tinggi- rendah tanah,  penghaslan setap daerah, kekayaan budaya, dll. Apakah terseda peta atau atlas di sekolah? Tanpa adanya alat bantu pelajaran ini maka guru akan mengalami kesulitan mengajar dan siswa akan mengalami kesulitan belajar.
 Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan pemanfaatan sumber bahan pelajaran oleh guru dalam penyusunan desain pembelajaran tergantung pada fasilitas yang ada di sekolah, kebijakan penggunaan fasilitas tersebut, kebijakan dan pemanfaatan fasilitas yang ada di masyarakat, ketersediaan pusat sumber belajar, jenis dan jumlah bahan pelajaran, alokasi dana untuk bahan pelajaran, kualitas perpustakaan beserta stafnya.  Ketersediaan semua aspek sumber bahan pelajaran ini akan sangat tergantung kepada kemampuan dan kebijakan pimpinan sekolah. Faktor internal kelima: Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang drasakan dalam kurkulum yang berlaku. Munculnya kengnan mengembangkan kurkulum baru, basanya dlatarbelakangoleh adanya rasa ketdakpuasan terhadap kurkulum yang ada.
 Tugas guru sebagai perencana kurkulum adalah memastkan hakekat sebenarnya darrasa ketdakpuasan tersebut. Tentu tidak semua aspek dirasakan tidak memuaskan sehngga perlu ada seleksterhadap aspek-aspek kurkulum tersebut.  Mungkn aspek bahan pelajaran dianggap oleh guru masih relevan dengan kondisi saat ini sehingga yang perlu disesuaikan adalah tujuan dan/atau metode pembelajaran. Adanya perubahan terhadap kurkulum yang berlaku karena adanya kekurangan atau masalah merupakan upaya inovasi dalam pembelajaran. Namun perlu disadari bahwa mash ada masalah atau hambatan dalam upaya novaspenddkan. 
Laure Brady (1990) mengemukakan bahwa sering inovasi mengalami kegagalan karena: •          rendahnya tingkat pemahaman guru terhadap inovasi; • rendahnya tngkat pemahaman guru atas peran barunya yang dtuntut oleh novas; •   rendahnya keahlan guru dalam memenuhperan barunya; •  rendahnya sumber-sumber pelajaran yang diperlukan; •rendahnya komunkasi disekolah (kesempatan untuk melakukan umpan balik); •          organsasi sekolah yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan novas. Dengan adanya temuan ini, guru sebagai perencana haruslah menyadari dan memaklumi tentang kondisi yang umumnya terjadi dalam sistem pendidikan khususnya dalam lingkup mikro atau persekolahan.  Untuk mengatasi sejumlah masalah dan kekurangan yang ada dalam lngkungan persekolahan khususnya pada kemampuan guru, maka upaya inovasi dalam proses perencanaan pembelajaran perlu dilakukan secara menyeluruh.  Dalam hal nupaya yang perlu mendapat perhatan sungguh-sungguh adalah penngkatan dalam kemampuan profesonalisme guru, pengadaan berbagai fasilitas dan sumber belajar, iklim organisasi sekolah serta memperhatikan karakter dan kebutuhan sswa.
 Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa mengembangkan desain pembelajaran merupakan tugas tim, baik melibatkan guru atau tdak melibatkannya.  Namun, ada hal yang mendapat tekanan dalam pengembangan desain pembelajaran, ialah mengembangkan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru.  Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya Permendknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isadalah tugas satuan pendidikan.  Melalupanduan Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP) yang dkeluarkan oleh Departemen Penddkan Nasonal, guru memlkkewenangan yang lebh luas dalam pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran.  Seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa pengembangan desain pembelajaran merupakan tugas awal bagguru dalam mengembangkan kurikulum.
 Ada tiga langkah yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam menyusun desain pembelajaran sebagai bagan dartugas pengembangan kurkulum dsatuan penddkan, alah:
1.    Mengkaji dan menentukan Standar Kompetensi
2.    Mengkaji dan menentukan Kompetensi Dasar
3.    Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Baik,
























1 komentar:

  1. Coin Casino Review - Play With £/$200 Bonus
    Coin Casino is 바카라 an online Casino that brings together the 제왕 카지노 best in games – from Blackjack to 인카지노 Baccarat to Roulette. It's built for Canadians.

    BalasHapus

KOMISIONER KPU KARO TERPILIH PERIODE 2018-2023

https://www.hetanews.com/article/141331/ini-nama-nama-komisioner-kpu-kabupaten-karo-terpilih-yang-diumumkan-kpu-ri-tertanggal-24-oktober-201...